BAB IV. A. Pendapat Tokoh Agama Tentang Pernikahan Ayah dengan Anak Tiri Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERNIKAHAN BAPAK TIRI DENGAN ANAK TIRI BA DA AL- A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bapak Tiri Yang Menikahi Anak Tiri Ba da

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN PERKAWINAN JILU DI DESA DELING KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB V PENUTUP. yang dapat kita ambil dari pembahasan tesis ini. Yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya.

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syari ah.

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu keluarga melalui sebuah pernikahan, dari sebuah pernikahan inilah

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENOLAKAN PETUGAS KUA ATAS WALI NIKAH MEMPELAI HASIL HUBUNGAN DI LUAR NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid. Penterjemah: Pengaturan:

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

Kaidah Fiqh SEMUA KERABAT HARAM DINIKAHI KECUALI EMPAT, SEDANGKAN SEMUA IPAR HALAL DINIKAHI KECUALI EMPAT. Publication: 1435 H_2014 M

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

dipelajari lebih dalam karena hal ini menyangkut norma-norma kemanusiaan. membolehkan karyawan yang belum menjadi karyawan tetap untuk menikah

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TENTANG MANIPULASI AKTA NIKAH DALAM PERKAWINAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1) Nama : KH.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, bukan hanya antara suami istri dan keturunannya tapi juga. juga merupakan jalan yang ditetapkan oleh Islam untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat.

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB V ANALISIS DATA. A. Analisis Data Terhadap Pendapat Ulama Muhammadiyah di Banjarmasin Tentang Hukum Kawin Hamil Karena Zina

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

BAB IV ANALISIS STATUS PENISBATAN ANAK HASIL PERKAWINAN SIRRI MENURUT MASYARAKAT HADIPOLO DITINJAU DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

ار ا خ ط ب ا خ ذ ك ى ا ي ر اأ ة ف ق ذ ر أ ر ب غ ض ي ا ذ ع ا ن ك اح ا ف ه ف ع م. )ر ا اح ذ اب دا د(

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

BAB II PERKAWINAN DALAM ISLAM

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB DAN TENTANG STATUS WALI DALAM PERKAWINAN

Pertama, batas kepatutan untuk suami yang melakukan masa berkabung

BAB V PEMBAHASAN. pemaparan data sebagai hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan para

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Pengangkatan Anak Di Pengadilan Agama Bantul (Studi Kasus Penetapan

ب س م الل ه ال رح م ن ال رح ي م

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

BAB I PENDAHULUAN. membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengikuti perkembangan fashion. Fashion dianggap dapat membawa

Ilmu Al-Qur an. -Pengantar - Pengertian Pisau Analisis - Manthuq & Mafhum - Haqiqi & Majazi - Muthlaq & Muqayyad

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB IV. A. Penerapan Perda Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Larangan Menggunakan

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.

BAB I PENDAHULUAN. juga diperintahkan oleh Nabi. Banyak perintah-perintah Allah dalam al-qur an

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENDAPAT TOKOH AGAMA TENTANG PERNIKAHAN AYAH DENGAN ANAK TIRI DI DUSUN BALONGREJO DESA BADAS KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG A. Pendapat Tokoh Agama Tentang Pernikahan Ayah dengan Anak Tiri Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang Di Dusun Balongrejo telah terjadi pernikahan yang tidak wajar antara seorang bapak tiri dengan anak tirinya. Pernikahan ayah dengan anak tiri ini merupakan kasus dan permasalahan yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat Dusun Balongrejo. Pernikahan ini bermula ketika ayah menikah dengan ibu dari anak tiri tersebut, ibu dari anak tiri tersebut janda yang sudah lanjut usia, sedangkan sang ayah masih perjaka. Pernikahan ayah dengan sang ibu sudah berjalan kurang lebih hanya berkisar satu tahun. Setelah satu tahun lebih Sang ayah mulai menaruh rasa kepada anak tirinya dan membawa anak tiri tersebut ke tempat kelahiran sang ayah yaitu di Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang, ayah dan anak tiri datang kedesa sudah berstatus menjadi suami-istri. Beberapa tokoh agama di Dusun Balongrejo melarang dan menolak dan mengharamkan pernikahan ayah dengan anak tirinya, karena ada alasan-alasan tertentu. Sebagaimana dapat diketahui dari hasil wawancara maka dapat disimpukan yakni Ustadah Ammah mengetahui bahwa apabila pernikahan ayah dengan anak tiri tidak sah jika ibunya sudah dikumpuli. Namun beliau tidak melarang dan tidak mengharamkan pernikahan tersebut. Karena faktor kasihan dan tidak tega karena hasil dari pernikahan ayah dengan anak tiri tersebut sudah dikaruniai anak Menurut H. Atoillah berpendapat bahwa dilarang dan diharamkan pernikahan ayah dengan anak tiri di Dusun Balongrejo, apalagi sang ibu yang dinikahinya sudah digauli atau sudah dicampuri. Beliau menjelaskan mengenai pernikahan ayah dengan anak tirinya terdapat di surat An-nisa ayat 23 bahwa anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya, jadi haram dinikahi apalagi ibunya yang sudah dicampuri. Sedangkan menurut ustadz Zainul Arifin Pernikahan antara Maskan dengan Atin itu secara syariat tidak bisa dibenarkan haram hukumnya, hal ini disebabkan 1

2 proses pernikahannya dilakukan Ba da dukhul artinya terjadinya pernikahan setelah terjadi hubungan sebadan dengan ibunya maka secara otomatis anak yang dibawa oleh Sutani (ibu atin) menjadi makhram atau menjadi intisa>b dengan Maskan yang disebabkan karena adanya pernikahan, kasusnya berbeda bila pernikahannya qabla duhkul kemudian dipisah maka tidak jadi masalah. Karena pada dasarnya tidak ada pernikahan yang kedua pernikahan semacam itu ketika sudah menikah dengan orang tuanya artinya menikah ibunya, maka status anak tirinya kan Mahramatan menjadi mahram, menjadi haram dinikahi. Secara tinjauan hukum syariat jelas nikahnya rusak secara otomatis (Fasakh), hanya saja kita di Indonesia ini kan memakai KHI sehingga proses kuasa itu ditentukan oleh KUA, tetapi secara agama jelas otomatis tidak boleh, kemudian permasalahan anak jelas anaknya tidak sah karena anak tersebut termasuk anak zina, bahkan Islam apabila seorang anak dinikah dengan Maskan tidak masalah, karena mereka bukan status nya bukan anak, lah nanti kalau menjadi wali nikah ini juga tidak boleh karena tetap al-walad al-firash artinya anak tersebut disanadkan pada ibu, jadi orang tuanya bukan orang tua biologis karena nikahnya saja salah apalagi dihasilkan juga salah. B. Analisis hukum Islam terhadap pendapat tokoh agama tentang pernikahan ayah dengan anak tiri di Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang Perkawinan merupakan hal yang memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup, baik bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Khususnya bagi manusia, pernikahan merupakan suatu ikatan atau perjanjian yang sangat kuat antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat suci, sehingga dalam Islam pernikahan disebut juga dengan istilah mi>thaqan ghali>dzan. Karena setelah pernikahan terjadi, maka hal-hal yang semulanya diharamkan bagi mereka berdua, menjadi halal dan diperbolehkan menurut agama. Selain itu juga dengan adanya pernikahan, maka eksistensi manusia di permukaan bumi dapat dipertahannkan keberadaanya. Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah satu hal yang perlu difahami hukum-hukumnya secara menyeluruh dan mendalam, karena bila tidak difahami secara mendalam maka akibat yang ditimbulkan setelah pernikahan akan muncul seperti masalah nasab, waris dan lain sebagainya.

3 Pernikahan bukan merupakan hal yang tidak bisa dianggap enteng, yang tidak memerlukan aturan didalamnya. Pernikahan merupakan salah satu perintah agama, yang di dalamnya terdapat aturan-aturan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh manusia yang hendak melasanakannya. Ketentuan yang dimaksud adalah adanya rukun dan syarat, yang merupakan sesuatu yang menjadi penentu apakah pernikahan tesebut sah atau tidak. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya halangan pernikahan bagi calon mempelai. Halangan nikah yang dimaksud adalah halangan pernikahan sebagaimana yang ditetapkan dalam nash. Seperti halnya dalam masalah pernikahan ayah dengan anak tiri di Dusun Balongrejo yang membuat masyarakat heboh. Menurut Ustadz H. Atoillah berpendapat bahwa dilarang dan diharamkan pernikahan ayah dengan anak tiri di Dusun Balongrejo, karena terdapat kata usaha untuk mempunyai anak akan tetapi sang ibu tidak bisa mempunyai anak dikarenakan lanjut usia. Hal ini penulis menyimpulkan bahwa sang ibu yang dinikahinya sudah digauli atau sudah dicampuri. Beliau menjelaskan mengenai pernikahan ayah dengan anak tirinya terdapat di surat An-nisa ayat 23 bahwa anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya, jadi haram dinikahi apalagi ibunya yang sudah dicampuri. Sedangkan menurut pendapat ustadz Zainul Arifin pernikahan antara Maskan dengan Atin itu secara syariat tidak bisa dibenarkan haram hukumnya, hal ini disebabkan proses pernikahannya dilakukan Ba da dukhul artinya terjadinya pernikahan setelah terjadi hubungan sebadan dengan ibunya maka secara otomatis anak yang dibawa oleh Sutani (ibu atin) menjadi makhram atau menjadi intisa>b dengan Maskan yang disebabkan karena adanya pernikahan, Firman Allah pada surat An-Nisa 23 yaitu و أ م ه ات ن س ائ ك م و ر ب ائ ب ك م الل ات ي ف ي ح ج ىر ك م م ن ن س ائ ك م الل ات ي د خ ل ت م ب ه ن ف إ ن ل م ت ك ىن ىا د خ ل ت م ب ه ن ف ل ا ج ن اح ع ل ي ك م ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya..

4 Pendapat dari Ustadz Zainul Arifin tersebut sesuai dengan Hukum Islam yakni salah satunya dalam Firman Allah pada surat An-Nisa 23 dalam Al-qur an yang secara jelas melarang pernikahan ayah dengan anak tirinya (ba da dukhul ) Karena pernikahan yang dilakukan oleh seseorang laki-laki yang menikah dengan janda yang mempunyai anak status anaknya lmenjadi mahram (tidak boleh) dinikahi walau keberadaan anak tersebut adalah orang lain hal ini disebabkan oleh pernikahan ba da dukhul dengan ibunya anak tersebut.. Pendapat dari Ustadz Zainul dapat disimpulkan diantara lain: a. Bahwa pendapat beliau sesuai dengan hukum Islam yang mana berdasarkan dari Surat An-nisa ayat 23. b. Dasar argumentasai ustad Zainul adalah hadis dari riwayat Abu darda : مب احم اهلل فهى حالل ومب حرم اهلل فهى حرام ومب سكت عنه فهى عفى فبقبلىا من اهلل عفيته فبن اهلل ال ينسى شيئب Artinya : sesuatu yang dihalalkan Allah adalah halal, sesuatu yang diharamkan Allah adalah haram. Sedangkan hal-hal yang tidak dijelaskan oleh Allah adalah merupakan pengampunan dari-nya. Maka terimalah pengampunan dari-nya. Dan Allah tidaklah lupa akan satu hal. c. Pendapat beliau didasari dengan beberapa kaidah, diantaranya: Kaidah الاصل يف الابضاع التحرمي yaitu hukum asal abdha> (vagina) adalah haram, dalam pandangan beliau bahwa makna kata bud un bentuk mufrad dari abdha> mempunyai arti yang sama dengan kata al-tajwi>j (menikah) dari sinilah bisa diambil pengertian bahwa, Kaidah ini bila dikaitkan dengan pernikahan Maskan memberikan argumentasi dan pengertian yang jelas bahwa ketika telah terjadi hubungan sebadan dengan adanya pernikahan Maskan dengan Sutani (ibu Atin) secara otomatis atin yang setatusnya sebagai mahram ayah tirinya TIDAK HALAL (HARAM) dinikahi. Kaidah بقاء ما اكن عىل ما اكن,الاصل yaitu Hukum asal adalah ketetapan yang telah dimiliki sebelumnya.artinya dalam kasus ini Maskan statusnya masih menikah dengan Sutani yang setatusnya sebagai ibu kandung Atin, dari sini sudah jelas tidak ada celah bagi Maskan untuk menikahi anak tirinya sendiri (Atin) yang

5 disebabkan pernikahan yang dilakukan sebelumnya dengan Sutani ibu kandungnya sendiri apalagi proses pernikahannya dengan masih berlansung, ini jelas HARAM dan fasakh nikahnya secara langsung. Dari pendapat tokoh agama diatas disesuaikan dengan hukum islam, diantaranya pendapat dari Ustadzah Ammah mengetahui bahwa apabila pernikahan ayah dengan anak tiri tidak sah jika ibunya sudah dikumpuli. Namun beliau tidak melarang dan tidak mengharamkan pernikahan tersebut. Karena faktor kasihan dan tidak tega karena hasil dari pernikahan ayah dengan anak tiri tersebut sudah dikaruniai anak. Beliau mengetahui bahwa pernikahan ayah dengan anak tiri tersebut tidak sah apabila sudah dikumpuli atau sudah dicampuri. Akan tetapi beliau tidak melarang dan tidak mengharamkan pernikahan ayah dan anak tiri tersebut karena faktor kasihan dan tidak tega (kasihan) karena hasil dari pernikahan ayah dengan anak tiri tersebut sudah dikaruniai anak. Dalam masalah pernikahan ayah dengan anak tirinya di Dusun Balongrejo bahwa jelas terang dilarang dan diharamkan dalam surat An-Nisa ayat 23 Artinya :Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

6 Larangan untuk melakukan pernikahan disebabkan suatu hubungan darah yang sangat dekat dan juga larangan sebab hubungan pernikahan telah termuat dalam al-quran surah al-nisa ayat 23 Dalam pernikahan ayah dengan anak tiri merupakan pernikahan yang tidak memenuhi syarat sahnya suatu pernikahan, maka secara otomatis syarat-syarat untuk menghalalkan hubungan suami istri juga tidak akan terpenuhi. Dari segi agama, pandangan suatu pernikahan merupakan suatu segi yang sangat penting. Dalam agama, pernikahan itu dianggap suatu lembaga yang suci, yang kedua pihak dihubungkan menjadi pasangan suami istri atau saling meminta menjadi pasangan hidupnya dengan mempergunakan nama Allah sebagai diingatkan oleh (Q.S. At Taubah: 1). Artinya : (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka). Namun suatu pernikahan dianggap haram apabila bertentangan dengan ketentuan-ketentuan larangan pernikahan. Asal hukum melakukan pernikahan menurut pendapat sebagian sarjana hukum Islam adalah boleh atau halal. Seperti yang disebutkan dalam al-quran surat al-nur: 32 Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-nya) lagi Maha mengetahui Namun pernikahan dapat menjadi haram bagi orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak mampu melaksanakan hidup berumah tangga, melaksanakan kewajiban lahir seperti memberikan nafkah pakaian, tempat tinggal, dan kewajiban batin mencampuri serta nafsunya tidak mendesak.

7 Meskipun pernikahan ayah dengan anak tiri dilakukan oleh orang yang mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan keawajibankewajiban dalam rumah tangga dan pernikahan itu tidak mengandung unsur penelantaran bagi dirinya dan istrinya, bukan berarti pernikahan ayah dengan anak tiri tersebut diperbolehkan. Melainkan semua yang menyangkut tentang masalah pernikahan, sudah ada ketentuan dan bagiannya masing-masing. Dan pernikahan ayah dengan anak tirinya di Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang ini termasuk dalam ketentuan-ketentuan larangan pernikahan. Dalam hukum pernikahan Islam (Fiqih Munakahah) wanita yang haram dinikahinya berlaku pada lima sebab. Walaupun pada dasarnya tiap laki-laki Islam boleh melakukanpernikahan dengan wanita mana saja namun demikian juga di berikan batasan-batasan tertentu. Pembatasan tersebut bersifat larangan. Sifat larangan ini disebabkan karena antara lain: beda agama, hubungan darah, hubungan susuan, dan hubungan semenda, yang itu sifatnya untuk selama lamanya. Di samping juga ada larangan-larangan yang sifatnya sementara Secara garis besar larangan nikah antara seorang laki-laki dan perempuan dapat dikelompokkan dalam dua betuk, yaitu; 1. Mah{ra>m Mu abbad a. Karena adanya kekerabatan. b. \karena adanya ikatan pernikahan (musa>harah). c. Karena hubungan persusuan (rad>a ). 2. Mah{ra>m mu aqqat a. Menikahi dua orang saudara dalam satu masa. b. Larangan karena ikatan pernikahan (perempuan yang masih terikat dengan pernikahan). c. Larangan karena talak tiga. d. Larangan karena melakukan ihram. e. Larangan karena perzinahan. Maksudnya adalah larangan melaksanakan pernikahan terhadap laki-laki atau perempuan yang baik dengan pezina laki-laki atau perempuan. f. Larangan karena beda agama.

8 Dari penjelasan mengenai larangan pernikahan menurut Shara, baik yang terdapat di dalam al-qur'an maupun al-hadist dapat diketahui bahwa pernikahan ayah dengan anak tiri di Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang adalah merupakan pernikahan yang tidak diperbolehkan atau diharamkan dalam hukum Islam karena termasuk dalam larangan pernikahan yang bersifat abadi atau selamanya (Mahram Muabbad) karena adanya faktor Munakahat (pernikahan) sehingga terjadinya mahram. Pandangan tokoh agama Dusun Balongrejo Desa Badas mengenai pernikahan ayah dengan anak tiri yang dilarang dan diharamkan menurut Islam. Tokoh agama Dusun Balongrejo melarang dan mengharamkan pernikahan ayah dengan anak tiri, dikarenakan pernikahan tersebut tidak memenuhi salah satu syarat-syarat pernikahan, yaitu tidak ada halangan shara artinya bukan merupakan mahram dari calon laki-laki atau perempuan. Mereka menyebutkan ayat al-qur an, hadis serta dasar-dasar mengenai larangan atau diharamkannya pernikahan ayah dengan anak tiri. Namun mereka tidak bergerak aktif dalam menyelesaikan dalam kasus pernikahan ayah dengan anak tiri, artinya mereka bergerak pasif atau mereka tahu mengenai hukum-hukumnya atau dasar-dasarnya tentang larangan atau diharamkanya pernikahan ayah dengan anak tiri yang ada di Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang, akan tetapi tidak berupaya untuk mengambil langkah mengajukan pembatalan pernikahan yang sudah terjadi.