1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, yang mana untuk selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. maka daerah akan lebih paham dan lebih sensitif terhadap kebutuhan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. lama bahkan sejak sebelum kemerdekaan, dan mencapai puncaknya PADa era

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pertumbuhan..., Edi Tamtomo, FE UI, 2010.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tujuan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif dalam menangani sejumlah masalah berkaitan dengan stabilitas dan. pertumbuhan ekonomi di dalam suatu negara demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai keberhasilan Otonomi Daerah. hanya mencakup reformasi akuntansi keuangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. wadah negara kesatuan RI yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tugas Pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap anggaran tahunan jumlahnya semestinya relatif besar. publik. Beberapa proyek fisik menghasilkan output berupa bangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

TENTANG BUPATI PATI,

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta perubahan-perubahannya. Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun demikian, diberlakukannya otonomi daerah seringkali memberi dampak pada masyarakat. Salah satu diantaranya adalah upaya pemerintah daerah, terutama pemerintah kabupaten, yang berusaha menghimpun penerimaan yang disebut pendapatan asli daerah (PAD) dalam bentuk pajak dan pungutan, sebanyak mungkin Humanika (2001). Dalam meningkatkan PAD tersebut, bahkan dijumpai adanya kecenderungan membebani masyarakat kalangan bawah. Keluhan masyarakat mengenai semakin banyaknya pungutan berbagai macam pajak, secara umum hampir terjadi di semua daerah. Masalah ini mungkin tidak terlalu disoroti dan ditanggapi negatif apabila diimbangi dengan volume anggaran belanja daerah yang dialokasikan pemerintah cukup proporsional dengan jumlah pajak yang ditarik dari masyarakat. Salah satu populasi masyarakat yang sebagian besar anggotanya masih tergolong miskin dan cukup merasakan dampak tersebut adalah para nelayan yang berdomisili di pantai Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan pendapatan per kapita, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya masyarakat nelayan di pesisir masih tergolong miskin. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya, diantaranya upaya melalui program penanggulangan kemiskinan. Faktanya hingga saat ini kehidupan masyarakat nelayan masih cenderung tertinggal. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan dan kritikan pada berbagai kebijakan pemerintah selama diberlakukannya otonomi daerah yang dianggap tidak memihak pada kalangan masyarakat golongan bawah seperti para nelayan

2 tersebut. Namun demikian walaupun tergolong miskin, ternyata pendapatan daerah berupa pajak, sebagian besar didapat dari nelayan yang berdomisili di pesisir pantai Provinsi Sulawesi Barat. Peningkatan pendapatan daerah sebenarnya dapat dilakukan dengan tanpa membebani masyarakat, yakni terlebih dahulu meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan proporsi anggaran belanja daerah dan mengalokasikan pada sektor-sektor yang secara langsung dapat mempengaruhi pendapatan para nelayan. Khususnya masyarakat nelayan di Pantai Sulawesi Barat, salah satu sumber utama pendapatannya adalah dari laut dan tambak. Hal ini disebabkan sebagian besar profesi atau mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan yang bergerak dalam bidang/sektor perikanan tangkap dan petambak di wilayah pesisir. Oleh karena itu, ada baiknya jika kebijakan pemerintah diarahkan pada upaya peningkatan sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya tambak untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan. Sumberdaya alam laut dan tambak merupakan sumberdaya alam utama yang secara langsung mempengaruhi pendapatan para nelayan yang hidup di pesisir pantai Provinsi Sulawesi Barat. Saat ini kedua sumberdaya ini cenderung mengalami penurunan kualitas akibat aktivitas pembangunan yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan overeksploitasi terhadap sumberdaya. Jika hal ini dibiarkan berlanjut, akan berdampak pada semakin menurunnya pendapatan para nelayan. Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah kabupaten dan kota yang memiliki populasi nelayan yang relatif banyak di wilayah pesisir mempertimbangkan untuk mengalokasikan sejumlah anggaran belanja daerah untuk memperbaiki sumberdaya alam yang langsung mempengaruhi pendapatan nelayan. Anggaran belanja daerah dalam satu kabupaten yang dialokasikan oleh pemerintahnya kadang tidak didasarkan atas pertimbangan cermat yang mengacu pada aspek produktivitas dan rasa keadilan. Bahkan kadang dalam satu pemerintah kabupaten, anggaran belanja ditetapkan tanpa mempertimbangkan kemajemukan profesi, wilayah, tingkat pendapatan dan kultur sosial budaya masyarakat. Penyusunan anggaran dalam satu kabupaten umumnya dibuat berdasarkan sektor secara umum, meskipun populasi penduduk yang berkepentingan langsung dengan sektor itu terdiri atas beragam profesi dan wilayah serta prioritas tingkat kebutuhan yang berbeda. Hal ini terjadi selain

3 karena kemudahan dalam penyusunannya, juga karena kurangnya informasi bagi pemerintah mengenai faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat produktivitas setiap kelompok masyarakatnya. Pada kondisi seperti itu jelas bahwa sangat sulit untuk mengalokasi anggaran belanja daerah yang berkeadilan dan berimbang dengan kontribusi masyarakat dalam pendapatan daerah yang mampu mendorong pertumbuhan produktivitas masyarakat termasuk para nelayan. Selain minimnya anggaran, khusus untuk perbaikan lingkungan dan fasilitasi terhadap faktor-faktor produksi yang secara langsung mempengaruhi sumber pendapatan utama, juga karena alokasi anggaran yang ada seringkali tidak memenuhi sasaran dengan tepat. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dilaksanakan, dengan harapan dapat menganalisis dan memberikan informasi mengenai perimbangan antara kontribusi pendapatan dengan anggaran pembangunan untuk perbaikan lingkungan masyarakat nelayan di pesisir Sulawesi Barat. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kualitas lingkungan pesisir Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat. 2. Mengetahui karakteristik masyarakat nelayan berdasarkan aspek ekonomi, sosial dan budaya di lokasi penelitian. 3. Mendapatkan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang sangat mempengaruhi tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangga nelayan di pesisir pantai Sulawesi Barat. 4. Mengestimasi nilai perbandingan/perimbangan antara kontribusi pendapatan dan jumlah anggaran pembangunan yang dialokasikan untuk perbaikan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi produktivitas masyarakat nelayan pesisir kabupaten Polewali Mandar. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain: (1) memberikan informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan dan pengalokasian anggaran belanja daerah yang berimbang, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan; (2) mendorong pemerintah dan masyarakat nelayan untuk memperhatikan kualitas lingkungan pesisir; dan (3)

4 membantu pemerintah setempat dalam mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan pengeluaran berbagai karakteristik populasi masyarakat nelayan di pesisir Sulawesi Barat. 1.4. Perumusan Masalah Masalah umum yang terjadi pada masyarakat nelayan di hampir semua daerah adalah masih tingginya persentase penduduk yang masih tergolong miskin dengan tingkat kesejahteraan rendah. Masalah ini tentu ada penyebabnya dan memerlukan solusi yang tepat untuk memecahkannya. Apa yang menyebabkan tingkat kesejahteraan rendah pada sebagian besar masyarakat nelayan dan bagaimana mengatasi masalah tersebut, merupakan masalah yang menarik untuk diteliti. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, maka mutlak harus meningkatkan produktivitasnya. Produktivitas dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan dan menekan tingkat pengeluaran. Agar pendapatan nelayan dapat ditingkatkan, maka perlu diidentifikasi sektor produksi utama yang menjadi sumber pendapatan para nelayan di wilayah pesisir. Faktorfaktor internal dan eksternal masyarakat nelayan yang mempengaruhi pendapatan merupakan efek multifaktor dari berbagai variabel. Umur, modal, tingkat pendidikan dan keahlian (skill) merupakan faktor internal yang diketahui cukup berpengaruh terhadap pendapatan. Faktor lingkungan yang terkait dengan sumberdaya alam, sistem pasar, teknologi dan inflasi merupakan variabel eksternal yang sangat menentukan tingkat pendapatan nelayan. Faktor mana yang paling besar dan dominan pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan sebaiknya menjadi prioritas penanganannya. Untuk mengetahuinya mutlak diperlukan penelitian yang cermat dalam mengkaji dan mengidentifikasi pengaruh berbagai variabel terhadap tingkat pendapatan. Produktivitas nelayan tidak akan meningkat walaupun pendapatannya meningkat, namun laju pengeluaran seimbang dengan laju pendapatan. Sebaliknya meskipun pendapatan tetap, tetapi dengan menekan laju pengeluaran, maka produktivitas dapat meningkat. Idealnya agar produktivitas dapat ditingkatkan secara maksimal, maka maka perlu upaya-upaya untuk memaksimalkan pendapatan dan menekan seminimal mungkin pengeluaran secara simultan. Namun demikian yang menjadi masalah adanya keraguan apakah mungkinkah hal itu dapat dilakukan dan bagaimana peran pemerintah?

5 Hal tersebut sebenarnya dapat saja dilakukan dengan cara menetapkan kebijakan pemerintah yang memungkinkan kondisi itu terjadi. Oleh karena itu sebaiknya terlebih dahulu harus dilakukan adalah mengidentifikasi sektor-sektor pengeluaran masyarakat nelayan dan mengidentifikasi sektor mana yang berkontribusi secara langsung dan tidak langsung dengan pendapatan daerah. Kebijakan yang perlu diambil adalah bagaimana pengeluaran yang minimal dari masyarakat nelayan dapat berkontribusi cukup besar terhadap pendapatan daerah. Oleh karena itu perlu diketahui alur pengeluaran masyarakat dalam membelanjakan pendapatannya melalui konsumsi dan non konsumsi. Saat ini model kebijakan pemerintah sering mendapat protes dan kritikan dari masyarakat bawah karena dianggap terlalu membebani dan tidak berkeadilan, terutama dalam era otonomi daerah yang cenderung membebankan peningkatan pendapatan daerah melalui penarikan sejumlah pajak secara langsung, oleh karena itu kebijakan yang ada perlu ditinjau ulang. Namun demikian masih sulit untuk menentukan model kebijakan yang dianggap dapat meningkatkan pendapatan daerah tampa terlalu membebani dan terasa adil bagi masyarakat, khususnya bagi nelayan. Hal ini tentu dapat dilakukan dengan kebijakan yang berorientasi pada usaha perbaikan sektor pendapatan dan meminimalkan pengeluaran, namun dari pengeluaran minimal itu dapat memberikan kontribusi yang relatif tinggi terhadap pendapatan daerah. Dalam rangka mewujudkan kebijakan yang tidak membuat masyarakat terlalu terbebani, maka upaya penarikan pajak harus diimbangi dengan upaya meningkatkan pendapatan. Selain itu rasa keadilan juga dapat diciptakan dengan memperhatikan keseimbangan antara jumlah atau kontribusi masyarakat nelayan terhadap pendapatan daerah dengan alokasi anggaran pembangunan untuk kepentingannya. Selain itu volume anggaran sebaiknya dialokasikan dengan memperhatikan tingkat pendapatan kelompok populasi masyarakat dalam satu kabupaten. Masyarakat tertinggal dengan tingkat pendapatan rendah sebaiknya diprioritaskan untuk mendapat alokasi anggaran yang lebih, dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang lebih sejahtera dengan tingkat pendapatan yang relatif lebih besar, agar rentang pendapatan tidak menjadi semakin lebar. Sektor produksi dan pengeluaran para nelayan yang cukup variatif dan kemajemukan pola kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dalam satu kabupaten merupakan faktor penting yang perlu dicermati. Variabilitas antar kelompok masyarakat nelayan dan non nelayan maupun antar masyarakat nelayannya itu

6 sendiri juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu karakteristik kelompok populasi nelayan perlu dipelajari terlebih dahulu. Pola pemanfaatan sumberdaya lingkungan, variabel utama yang berpengaruh dalam pendapatan dan pengeluaran dan prioritas kebutuhan pada masing-masing kelompok perlu dideterminasi secara tepat. Hal ini tentu menyulitkan dalam menetapkan pola kebijakan yang tidak didukung oleh data-data faktual yang valid. Kebijakan yang ditetapkan tidak dapat dilakukan dengan metode sitem uji coba atau tray and error. Oleh karena itu, maka pendekatan yang paling mungkin dilakukan adalah dengan merumuskan suatu model dinamis yang didasari oleh kajian ilmiah dan data-data faktual yang memungkinkan kita untuk mensimulasi beberapa skenario yang dapat dibangkitkan. Hasil simulasi ini memungkinkan untuk mengestimasi hasil kemungkinan yang dicapai apabila suatu kebijakan ditetapkan. Dengan demikian, maka akan memungkinkan untuk mendapatkan solusi yang dianggap optimal sesuai hasil kajian, sehingga dapat merekomendasikan suatu model kebijakan yang optimal. Pada penelitian ini masyarakat nelayan yang menjadi objek sangat dipengaruhi oleh sumberdaya alam lingkungan sebagai variabel yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatannya. Oleh karena itu maka model yang akan dirumuskan pada penelitian ini akan mengkombinasikan antara faktor lingkungan dengan pendapatan dan pengeluaran yang terkait dengan kontribusinya terhadap pendapatan daerah dengan anggaran pembangunan yang dialokasikan untuk perbaikan kualitas lingkungan. Dalam model ini akan dievaluasi bagaimana pengaruh alokasi anggaran pembangunan terhadap perbaikan lingkungan laut dan pesisir terhadap pendapatan dan pengeluaran masyarakat nelayan serta dampaknya terhadap volume pendapatan daerah yang didapatkan dari masyarakat. Selanjutnya dari sini diharapkan dapat direkomendasikan suatu perimbangan nilai antara kontribusi masyarakat nelayan dalam pendapatan daerah dengan anggaran pembangunan. Untuk lebih jelasnya Kerangka berpikir dan rumusan masalah secara skematis disajikan pada Gambar 1.

7 Pendapatan Daerah Masyarakat Nelayan Pengeluaran Pendapatan Kontribusi Pemerintah Daerah Anggaran Pembangunan Fasilitasi Lingkungan Hipotesis Perimbangan Penelitian Karakteristik Variabel Kunci Data Untuk Model Analisa data Multivariet, ANOVA, Regresi, Simulasi Model Hasil Evaluasi Estimasi Rekomendasi Proporsi Berimbang Gambar 1. Diagram rumusan dan kerangka pemecahan masalah penelitian 1.5. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini antara lain : Alokasi anggaran pembangunan untuk masyarakat nelayan di pesisir pantai barat Sulawesi Barat tidak didasarkan pada perimbangan dengan kontribusinya terhadap pendapatan daerah dan jumlah anggaran masih sangat minim dalam upaya perbaikan lingkungan. Ada perbedaan karakteristik masyarakat nelayan, baik dalam satu kabupaten maupun antar kabupaten.

8 Ada parameter utama yang membedakan tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran dan dapat bervariasi antar kelompok masyarakat nelayan. 1.6. Novelty Penelitian Kebaharuan dari penelitian ini adalah Model perimbangan antara kontribusi pendapatan dan anggaran pembangunan untuk perbaikan kualitas lingkungan, sehingga diharapkan dapat menyelesaikan masalah ketimpangan antara anggaran pembangunan dan perbaikan kualitas lingkungan.