BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari banyak pulau yang dikenal dengan negara kepulauan. Letak negara yang diapit oleh 3 lempeng tektonik dunia (triple junction plate convergence) yaitu Eurasia, Samudra Pasifik, dan Indo- Australia yang senantiasa bergerak membuat daerah daerah di Indonesia menjadi rawan akan bencana alam, terutama bencana gempa bumi. Bencana gempa bumi merupakan sumber dari berbagai bencana lain, seperti tanah longsor dan tsunami. Tsunami berasal dari bahasa Jepang tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti ombak besar di pelabuhan. Pengertian tsunami sendiri adalah perpindahan perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba tiba. Perubahan air laut dapat disebabkan oleh banyak hal, yaitu gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung api laut, longsor bawah laut, ataupun hantaman metor yang terjadi di laut. Pada Desember 2004 silam bencana tsunami terjadi di belahan Indonesia bagian timur yang tepatnya di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang memakan banyak korban jiwa dan kerusakan struktural. Gambar 1.1 Denah lokasi jembatan yang berdampak tsunami di Aceh 1
2 Gambar 1.1 menjelaskan tentang lokasi jembatan akibat dampak tsunami Aceh yang dibahas oleh jurnal Report on the Tsunami Damage of Bridges in Banda Aceh and Some Possible Countermeasures tahun 2005. Salah satu jembatan yang dibahas, yaitu jembatan Ulee Lheu yang memiliki 3 bentang dengan tipe beton prategang pracetak dapat dilihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 Jembatan tiga bentang Ulee Lheu (No.2) Gambar 1.3 Pengikisan dekat abutmen jembatan Ulee Lheu Gambar 1.3 memperlihatkan kerusakan yang dialami jembatan Ulee Lheu berupa pengikisan dekat abutmen jembatan. Kemudian kerusakan pada sandaran dapat dilihat pada Gambar 1.4.
3 Gambar 1.4 Kerusakan pada sandaran jembatan Ulee Lheu Gambar 1.5 Jembatan Asoe Nanggroe (No.1) Gambar 1.5 menggambarkan kerusakan yang dialami jembatan Asoe Nanggroe. Terlihat bahwa sandaran jembatan tersebut rusak pasca dampak tsunami menerjang. Kerusakan girder dan abutmen terlihat pada Gambar 1.6. Kemudian pada Gambar 1.7 menggambarkan kerusakan yang dialami jembatan Peukan Bada. Terlihat jelas jembatan Peukan Bada mengalami pergeseran struktur atas pada ujung perletakan jembatan.
4 Gambar 1.6 Girder dan abutmen jembatan Asoe Nanggroe Gambar 1.7 Pergeseran jembatan Peukan Bada (No. 20) Dalam hal evakuasi dan penyaluran bantuan dalam bencana, memerlukan sarana transportasi yang memadahi. Jembatan adalah salah satu sarana transportasi utama penghubung 2 atau lebih daerah, sehingga exsistensi jembatan dalam hal transportasi penyaluran bantuan sangat diperlukan. Dalam hal ini jembatanjembatan di daerah pesisir pantai memerlukan perlakuan khusus, mengingat daerah pesisir rawan akan bencana gempa dan tsunami. Maka dari itu diperlukan suatu perhitungan struktur jembatan yang mampu mengakomodasi berbagai jenis beban umum, dan beban khusus seperti gaya tsunami. Sebagai contoh adalah Jembatan Congot II yang berada di pesisir pantai selatan Yogyakarta.
5 Jembatan Congot II merupakan jembatan eksisting yang terletak di jalan Deandles, Desa Congot, Kecamatan Dadirejo, Kabupaten Purworejo yang merupakan perbatasan antara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jembatan ini menggunakan struktur PCI girder dengan bentang total 102 m dengan lebar 10 m. Terletak sekitar 1,8 km dari bibir pantai selatan Yogyakarta menjadikan Jembatan Congot II memiliki potensi bencana tsunami yang besar. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang dapat ditarik rumusan masalah berupa : 1. Berapakah besar gempa maksimum sehingga struktur atas jembatan aman terhadap tsunami? 2. Bagaimanakah hasil analisis jembatan terhadap beban standar dan tsunami? 3. Apakah jembatan masih aman menahan beban standar dan tsunami? 1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui besar gempa maksimum sehingga struktur atas jembatan aman terhadap tsunami. 2. Mengetahui hasil analisis jembatan terhadap beban standar dan tsunami. 3. Mengetahui apakah jembatan aman terhadap beban standar dan tsunami. 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis hanya dilakukan pada struktur atas jembatan 2. Pada pembebanan tsunami, gempa pembangkit diasumsikan sebesar 8,5 sr. 3. Acuan yang digunakan : a. RSNI T-02-2005 tentang Perencanaan Pembebanan untuk Jembatan b. RSNI T-12-2004 tentang Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan 4. Pembebanan gaya angin dan tsunami secara horisontal dimodelkan sebagai beban garis merata. 5. Pembebanan tsunami hanya dimodelkan pada satu sisi jembatan. 6. Pembebanan akibat gaya tsunami tidak memperhitungkan lama pembebanan.