Seri Pendapat Hukum PH II / 2015 KONSULTAN HUKUM DAN PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS MANAJEMEN JAMINAN SOSIAL DAN PELAYANAN KESEHATAN PELATIHAN MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No. 31, Jl. Boulevard Bintaro Jaya, Pusat Kawasan Niaga, Sektor 7, Oleh: _A.A. Oka Mahendra _Adhi Kristian Tangerang Selatan, 15224 T. +62.21.74870811, F. +62.21.74870811 ekst 401E. martabat@jamsosindonesia.com, W.http://www.jamsosindonesia.com
BPJS termasuk Lembaga Jasa Keuangan Lain yang wajib membayar pungutan yang dikenakan oleh OJK sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 37 ayat (2) UU OJK. BPJS termasuk Lembaga Keuangan Lain yang bersifat Khusus. Pungutan terhadap BPJS dapat dikenakan hingga 0% dengan berkoordinasi dengan Menteri Keuangan
1 MENGANAI PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS I PENGANTAR Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Surat Menteri Keuangan No.S-651/MK.011/2014 tanggal 25 September 2014 tentang tarif pungutan BPJS 5% dari besarnya tarif pungutan yang ditetapkan dalam PP No. 11 Tahun 2014, dan Surat Kementerian Setneg No. B-174/Kemsetneg/D-I/DK/00.03/10/2014 tanggal 2 Oktober 2014 hal undangan rapat Kemensetneg, Kemenkeu, OJK dan BPJS Ketenagakerjaan, menegaskan kembali bahwa BPJS dikenakan pungutan sebesar 5%. Rekomendasi a. OJK agar berkoordinasi dengan Menteri Keuangan untuk menetapkan pungutan kepada BPJS sebesar 0% dari besaran pungutan yang ditetapkan dalam lampiran PP No. 11 Tahun 2014. Pada tanggal 21 Januari 2015 ketua DJSN berkirim Surat kepada OJK tentang Pungutan OJK sekaligus menanggapi menanggapi Surat Kepala Eksekutif Pengawasan Industri Keuangan Non Bank OJK No. S-18/D.05/2014, 24 Desember 2014. Dalam surat tersebut DJSN berpendapat bahwa BPJS bukan merupakan objek pungutan OJK sehingga tidak perlu dikenakan pengutan 5%. BPJS Ketenagakerjaan menyatakan keberatan. Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan mengirim surat kepada ketua DJSN perihal Pungutan OJK, tertanggal 1 April 2015, No. B/2879/042015. Kemudian menanggapai hal tersebut, DJSN meminta opini BPK tentang Pungutan OJK tersebut dengan Surat DJSN No. 178/DJSN/IV/2015, tanggal 6 April 2015. Sambil menunggu opini BPK, DJSN melalui Surat No. 237/DJSN/V/2015, tertanggal 4 Mei 2015, menyarankan agar BPJS tidak membayar pungutan OJK. b. BPJS atau peserta jaminan sosial sebagai pihak yang dirugikan atas pengenaan pungutan oleh OJK melakukan Uji Materi Pasal 1 angka 10 jo Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) UU OJK. BPK menjawab Surat DJSN tersebut, tanggal 18 Juni 2015, dengan Surat No. 319/5/XX/06/2015. Dalam surat tersebut, BPK menyoroti aspek kelembagaan BPJS dengan membandingkan kelembagaan Perseroan. Kesimpulannya bahwa BPJS bukanlah badan usaha. BPK berpendapat, terkait dengan aspek formalitas kelembagaan dengan penyebutan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (menurut UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK) dan Badan Hukum Publik (menurut UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS) akan menimbulkan mispersepsi. Untuk itu Kementerian Keuangan, OJK, DJSN dan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan perlu duduk bersama melakukan kajian dan penyatuan pendapat yang lebih mendalam lagi demi tercapainya keputusan berlandaskan ketentuan yang berlaku.
DAFTAR ISI I. PENGANTAR 1 II. POKOK PERMASALAHAN 3 III. IV. ANALISIS 1. Apakah OJK berwenang mengenakan pungutan kepada pihak yang melaksanakan kegiatan di sektor jasa keuangan dan pungutan apa yang dapat dikenakan? 2. Apakah BPJS secara yurudis termasuk pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan? 3. Berapa besaran pungutan yang dapat dikenakan oleh OJK dan tata cara penetapannya? PENUTUP 1. Kesimpulan 8 2. Saran 8 Hlm 3 5 5 2
3 II POKOK PERMASALAHAN 1. Apakah OJK berwenang mengenakan pungutan kepada pihak yang melaksanakan kegiatan di sektor jasa keuangan dan pungutan apa yang dapat dikenakan? 2. Apakah BPJS secara yurudis termasuk pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan? 3. Berapa besaran pungutan yang dapat dikenakan oleh OJK dan tata cara penetapannya? III ANALISIS 1. Dasar Kewenangan Pungutan OJK terhadap Sektor Jasa Keuangan dan Jenis Pungutan Terlebih dahulu perlu dikemukakan kedudukan, fungsi, tugas, dan wewenang OJK sebagai berikut: Sesuai Pasal 1 angka 1 UU OJK, Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Mengenai fungsi, tugas, dan wewenang OJK tersebut, diatur dalam Pasal 5,6,7 UU OJK, yaitu sebagai berikut: Fungsi OJK: OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan 1. Tugas OJK: OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap 2 : a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. 1 Pasal 5 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK 2 Pasal 6 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK
Wewenang OJK Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang 3 : a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: 1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa; b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. sistem informasi debitur; 4. pengujian kredit (credit testing); dan 5. standar akuntansi bank; c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatihatian bank, meliputi: 1. manajemen risiko; 2. tata kelola bank; 3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan 4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan d. pemeriksaan bank Berdasarkan Pasal 37 ayat (1) UU OJK, OJK mengenakan pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. Kemudian pada ayat (2) ditentukan bahwa Pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan wajib membayar pungutan yang dikenakan OJK. Dua Jenis Pungutan OJK Untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya, OJK mendapat Pendanaan yang berasal dari 2 sumber, yaitu APBN dan/atau Pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor keuangan 4. Jenis Pungutan tersebut 5 : 4 a. biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pengesahan, dan penelaahan atas rencana aksi korporasi; dan 3 Pasal 7 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK 4 Pasal 34 ayat (2) UUJ OJK, Anggaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. 5 Pasal 5 ayat (1) PP No. 11 Tahun 2014.
5 b. biaya tahunan dalam rangka pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian. 2. BPJS Termasuk Lembaga Jasa Keuangan Lain Menurut UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK Menurut Pasal 1 angka 10 UU OJK, BPJS termasuk dalam kategori lembaga jasa keuangan lainya. Lembaga Jasa keuangan Lainnya yang dimaksud, sesuai Pasal 1 angka 10 UU OJK, adalah pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pergadaian, penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, serta lembaga jasa keuangan lain yang dinyatakan diawasi oleh OJK berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial sebagai bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (Pasal 1 angka 1 dan 2 UU BPJS). BPJS diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas independen yang melakukan pengawasan eksternal terhadap BPJS. 6 3. Besaran Pungutan terhadap BPJS dan Tata Cara Penetapannya Besar Pungutan Besar Pungutan OJK dapat memungut dana kepada BPJS sebagai Biaya Tahunan untuk Pengaturan, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penelitian. Penetapan besaran pengutan dilakukan dengan tetap memperhatikan kemampuan pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. Menurut lampiran PP No. 11 Tahun 2014 tentang Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan, besaran pungutan terhadap lembaga keuangan lainnya sebagai Biaya Tahunan untuk Pengaturan, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penelitian ditetapkan 0,045% dari aset atau paling sedikit Rp. 10 juta. Peraturan Pemerintah ini juga 6 Penjelasan Pasal 39 ayat (3) UU BPJS
memberi dasar bagi pungutan 0% terhadap lembaga jasa keuangan khusus setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan 7. Tata Cara Penetapan BPJS dapat diklasifikasikan sebagai lembaga jasa keuangan khusus yang dibentuk Undang-Undang untuk melaksanakan program jaminan sosial sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 34 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Identifikasi BPJS sebagai lembaga jasa keuangan khusus dapat dijelaskan sebagai berikut: Meskipun BPJS mengimpun dana dari masyarakat tetapi memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan jasa keuangan lain pada umumnya. Berikut tabel aspek-aspek pembeda BPJS dengan Lembaga Jasa Keuangan pada umumnya: Status Hukum Sumber Aset ASPEK BPJS Bank, Pasal Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan Lembaga Keuangan lain (dalam UU OJK) Badan Hukum Publik dibentuk dengan Undang-Undang Dana dari pengalihan aset selama transformasi, dan presentase tertentu dari dana jaminan sosial nasional Privat Shareholder dan hasil pengembangan Tujuan / Orientasi Nirlaba / Kesejahteraan sosial Prolaba / keuntungan pemegang saham (Pribadi, kelompok tertentu) 6 7 Pasal 19 ayat (1) PP No. 11 Tahun 2014 menyebutkan OJK dapat mengenakan Pungutan sampai dengan 0% (nol persen) dari besaran Pungutan sebagaimana ditetapkan dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini terhadap lembaga jasa keuangan yang secara khusus dibentuk Undang-Undang atau dibentuk oleh Pemerintah. Ayat (2) menyebutkan pengenaan pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Lebih lanjut Penjelasan Pasal 19 ayat (1) menyebutkan lembaga jasa keuangan dibentuk untuk melaksanakan program pemerintah, yaitu Lembaga Pembiayaan Eksport Indonesia, Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, Penjaminan Infrastruktur Indonesia, Perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dan lembaga jasa keuangan sejenis yang dibentuk kemudian berdasarkan Undang-Undang atau dibentuk oleh Pemerintah.
7 Pemanfaat Keuntungan Sumber Pendanaan Peningkatan manfaat peserta jaminan sosial (seluruh penduduk) APBN dan Iuran Masyarakat Shareholder (pemegang saham)/pemilik. Industrialisasi Pribadi/swasta Karena perbedaan karakter tersebut, maka implikasi pungutan tersebut juga berbeda. Pungutan terhadap BPJS berimplikasi terhadap berkurangnya manfaat peserta jaminan sosial yang mencakup seluruh penduduk. Sedangkan pungutan terhadap jasa keuangan pada umumnya (Privat) berkurangnya keuntungan bagi pemilik (pemegang saham). Berikut diagram yang menggambarkan implikasi pungutan:
Gambar 2. Implikasi terhadap pungutan aset Lembaga Jasa Keuangan Privat P U N G U T A N 8 = pengurangan OJK berkoordinasi dengan Menteri Keuangan untuk mengambil kebijakan penetapan pengenaan pungutan sebesar 0% dari besaran pungutan sebagaimana tercantum dalam lampiran PP No. 11 Tahun 2014. IV KESIMPULAN 1. Kesimpulan 2. Saran a. BPJS termasuk lembaga jasa keuangan lain yang wajib membayar pungutan yang dikenakan oleh OJK sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 jo Pasal 37 ayat (2) UU OJK. b. BPJS termasuk lembaga keuangan lain yang bersifat khusus. Pungutan terhadap BPJS dapat dikenakan hingga 0% dengan berkoordinasi dengan Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan Pasal 19 PP No. 11 Tahun 2014. a. OJK agar berkoordinasi dengan Menteri Keuangan untuk menetapkan pungutan kepada BPJS sebesar 0% dari besaran pungutan yang ditetapkan dalam lampiran PP No. 11 Tahun 2014. b. BPJS atau peserta jaminan sosial sebagai pihak yang dirugikan atas pengenaan pungutan oleh OJK melakukan Uji Materi Pasal 1 angka 10 jo Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) UU OJK.
www.jamsosindonesia.com 9
www.jamkesindonesia.com 10