PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

Pelatihan. Oleh: A.A. Oka Mahendra (Konsultan Martabat) Seri Pendapat Hukum PH - I / 2015

16 MASALAH POKOK Daftar Inventaris Masalah (DIM) dari Pemerintah, 9 Mei 2011 Terhadap RUU BPJS Sistem Jaminan Sosial Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pertemuan 4

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

BAB II OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) REGIONAL 5 SUMATERA BAGIAN UTARA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI

PH-5/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

PENDAPAT HUKUM. perumahan dan/atau manfaat lain tidak sesuai dengan Pasal 37 UU. SJSN. Kedua, Pasal 26 ayat (5) PP No. 46 Tahun 2015 diubah dengan PP

2014, No Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB I. KETENTUAN UMUM

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

BAB I. KETENTUAN UMUM

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

TINJAUAN HUKUM TENTANG PENGAWASAN BANK DAN PERLINDUNGAN NASABAH OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN CHAIRIL SUSANTO / D

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang didirikan berdasarkan Undang-

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

INDEPENDENSI OJK TERUSIK? Oleh: Wiwin Sri Rahyani *

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun 1997, banyak kejadian-kejadian penting yang

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pilar utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sistem perbankan memegang

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 256, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5486) sebagaimana telah diubah dengan Perat

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

No peserta harus dapat dipenuhi dari Iuran tersebut. Untuk itu, badan penyelenggara harus dapat mengelola dan mengembangkan secara terarah dan

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/POJK.05/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

PRACTICAL CHALLENGE IN IMPLEMENTING PSAK 28, PSAK 36, PSAK 62 AN EXTERNAL AUDITOR PERSPECTIVE PENDAHULUAN

SIARAN PERS OJK TERBITKAN TIGA PERATURAN TINDAK LANJUT UU PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN

2 Bank dan pertumbuhan ekonomi, kebijakan dimaksud perlu disesuaikan kembali. Kebijakan countercyclical ini difokuskan untuk mendorong pertumbuhan Pem

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

Yth. 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan; dan 2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan; di tempat.

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

- 1 - RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG

-2- Dengan mempertimbangkan hal di atas dan sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

PERANAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 TENTANG PENGAWASAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

Transkripsi:

Seri Pendapat Hukum PH II / 2015 KONSULTAN HUKUM DAN PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS MANAJEMEN JAMINAN SOSIAL DAN PELAYANAN KESEHATAN PELATIHAN MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No. 31, Jl. Boulevard Bintaro Jaya, Pusat Kawasan Niaga, Sektor 7, Oleh: _A.A. Oka Mahendra _Adhi Kristian Tangerang Selatan, 15224 T. +62.21.74870811, F. +62.21.74870811 ekst 401E. martabat@jamsosindonesia.com, W.http://www.jamsosindonesia.com

BPJS termasuk Lembaga Jasa Keuangan Lain yang wajib membayar pungutan yang dikenakan oleh OJK sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 37 ayat (2) UU OJK. BPJS termasuk Lembaga Keuangan Lain yang bersifat Khusus. Pungutan terhadap BPJS dapat dikenakan hingga 0% dengan berkoordinasi dengan Menteri Keuangan

1 MENGANAI PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS I PENGANTAR Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Surat Menteri Keuangan No.S-651/MK.011/2014 tanggal 25 September 2014 tentang tarif pungutan BPJS 5% dari besarnya tarif pungutan yang ditetapkan dalam PP No. 11 Tahun 2014, dan Surat Kementerian Setneg No. B-174/Kemsetneg/D-I/DK/00.03/10/2014 tanggal 2 Oktober 2014 hal undangan rapat Kemensetneg, Kemenkeu, OJK dan BPJS Ketenagakerjaan, menegaskan kembali bahwa BPJS dikenakan pungutan sebesar 5%. Rekomendasi a. OJK agar berkoordinasi dengan Menteri Keuangan untuk menetapkan pungutan kepada BPJS sebesar 0% dari besaran pungutan yang ditetapkan dalam lampiran PP No. 11 Tahun 2014. Pada tanggal 21 Januari 2015 ketua DJSN berkirim Surat kepada OJK tentang Pungutan OJK sekaligus menanggapi menanggapi Surat Kepala Eksekutif Pengawasan Industri Keuangan Non Bank OJK No. S-18/D.05/2014, 24 Desember 2014. Dalam surat tersebut DJSN berpendapat bahwa BPJS bukan merupakan objek pungutan OJK sehingga tidak perlu dikenakan pengutan 5%. BPJS Ketenagakerjaan menyatakan keberatan. Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan mengirim surat kepada ketua DJSN perihal Pungutan OJK, tertanggal 1 April 2015, No. B/2879/042015. Kemudian menanggapai hal tersebut, DJSN meminta opini BPK tentang Pungutan OJK tersebut dengan Surat DJSN No. 178/DJSN/IV/2015, tanggal 6 April 2015. Sambil menunggu opini BPK, DJSN melalui Surat No. 237/DJSN/V/2015, tertanggal 4 Mei 2015, menyarankan agar BPJS tidak membayar pungutan OJK. b. BPJS atau peserta jaminan sosial sebagai pihak yang dirugikan atas pengenaan pungutan oleh OJK melakukan Uji Materi Pasal 1 angka 10 jo Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) UU OJK. BPK menjawab Surat DJSN tersebut, tanggal 18 Juni 2015, dengan Surat No. 319/5/XX/06/2015. Dalam surat tersebut, BPK menyoroti aspek kelembagaan BPJS dengan membandingkan kelembagaan Perseroan. Kesimpulannya bahwa BPJS bukanlah badan usaha. BPK berpendapat, terkait dengan aspek formalitas kelembagaan dengan penyebutan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (menurut UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK) dan Badan Hukum Publik (menurut UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS) akan menimbulkan mispersepsi. Untuk itu Kementerian Keuangan, OJK, DJSN dan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan perlu duduk bersama melakukan kajian dan penyatuan pendapat yang lebih mendalam lagi demi tercapainya keputusan berlandaskan ketentuan yang berlaku.

DAFTAR ISI I. PENGANTAR 1 II. POKOK PERMASALAHAN 3 III. IV. ANALISIS 1. Apakah OJK berwenang mengenakan pungutan kepada pihak yang melaksanakan kegiatan di sektor jasa keuangan dan pungutan apa yang dapat dikenakan? 2. Apakah BPJS secara yurudis termasuk pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan? 3. Berapa besaran pungutan yang dapat dikenakan oleh OJK dan tata cara penetapannya? PENUTUP 1. Kesimpulan 8 2. Saran 8 Hlm 3 5 5 2

3 II POKOK PERMASALAHAN 1. Apakah OJK berwenang mengenakan pungutan kepada pihak yang melaksanakan kegiatan di sektor jasa keuangan dan pungutan apa yang dapat dikenakan? 2. Apakah BPJS secara yurudis termasuk pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan? 3. Berapa besaran pungutan yang dapat dikenakan oleh OJK dan tata cara penetapannya? III ANALISIS 1. Dasar Kewenangan Pungutan OJK terhadap Sektor Jasa Keuangan dan Jenis Pungutan Terlebih dahulu perlu dikemukakan kedudukan, fungsi, tugas, dan wewenang OJK sebagai berikut: Sesuai Pasal 1 angka 1 UU OJK, Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Mengenai fungsi, tugas, dan wewenang OJK tersebut, diatur dalam Pasal 5,6,7 UU OJK, yaitu sebagai berikut: Fungsi OJK: OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan 1. Tugas OJK: OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap 2 : a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. 1 Pasal 5 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK 2 Pasal 6 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK

Wewenang OJK Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang 3 : a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: 1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa; b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. sistem informasi debitur; 4. pengujian kredit (credit testing); dan 5. standar akuntansi bank; c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatihatian bank, meliputi: 1. manajemen risiko; 2. tata kelola bank; 3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan 4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan d. pemeriksaan bank Berdasarkan Pasal 37 ayat (1) UU OJK, OJK mengenakan pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. Kemudian pada ayat (2) ditentukan bahwa Pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan wajib membayar pungutan yang dikenakan OJK. Dua Jenis Pungutan OJK Untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya, OJK mendapat Pendanaan yang berasal dari 2 sumber, yaitu APBN dan/atau Pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor keuangan 4. Jenis Pungutan tersebut 5 : 4 a. biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pengesahan, dan penelaahan atas rencana aksi korporasi; dan 3 Pasal 7 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK 4 Pasal 34 ayat (2) UUJ OJK, Anggaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. 5 Pasal 5 ayat (1) PP No. 11 Tahun 2014.

5 b. biaya tahunan dalam rangka pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian. 2. BPJS Termasuk Lembaga Jasa Keuangan Lain Menurut UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK Menurut Pasal 1 angka 10 UU OJK, BPJS termasuk dalam kategori lembaga jasa keuangan lainya. Lembaga Jasa keuangan Lainnya yang dimaksud, sesuai Pasal 1 angka 10 UU OJK, adalah pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pergadaian, penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, serta lembaga jasa keuangan lain yang dinyatakan diawasi oleh OJK berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial sebagai bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (Pasal 1 angka 1 dan 2 UU BPJS). BPJS diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas independen yang melakukan pengawasan eksternal terhadap BPJS. 6 3. Besaran Pungutan terhadap BPJS dan Tata Cara Penetapannya Besar Pungutan Besar Pungutan OJK dapat memungut dana kepada BPJS sebagai Biaya Tahunan untuk Pengaturan, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penelitian. Penetapan besaran pengutan dilakukan dengan tetap memperhatikan kemampuan pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. Menurut lampiran PP No. 11 Tahun 2014 tentang Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan, besaran pungutan terhadap lembaga keuangan lainnya sebagai Biaya Tahunan untuk Pengaturan, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penelitian ditetapkan 0,045% dari aset atau paling sedikit Rp. 10 juta. Peraturan Pemerintah ini juga 6 Penjelasan Pasal 39 ayat (3) UU BPJS

memberi dasar bagi pungutan 0% terhadap lembaga jasa keuangan khusus setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan 7. Tata Cara Penetapan BPJS dapat diklasifikasikan sebagai lembaga jasa keuangan khusus yang dibentuk Undang-Undang untuk melaksanakan program jaminan sosial sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 34 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Identifikasi BPJS sebagai lembaga jasa keuangan khusus dapat dijelaskan sebagai berikut: Meskipun BPJS mengimpun dana dari masyarakat tetapi memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan jasa keuangan lain pada umumnya. Berikut tabel aspek-aspek pembeda BPJS dengan Lembaga Jasa Keuangan pada umumnya: Status Hukum Sumber Aset ASPEK BPJS Bank, Pasal Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan Lembaga Keuangan lain (dalam UU OJK) Badan Hukum Publik dibentuk dengan Undang-Undang Dana dari pengalihan aset selama transformasi, dan presentase tertentu dari dana jaminan sosial nasional Privat Shareholder dan hasil pengembangan Tujuan / Orientasi Nirlaba / Kesejahteraan sosial Prolaba / keuntungan pemegang saham (Pribadi, kelompok tertentu) 6 7 Pasal 19 ayat (1) PP No. 11 Tahun 2014 menyebutkan OJK dapat mengenakan Pungutan sampai dengan 0% (nol persen) dari besaran Pungutan sebagaimana ditetapkan dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini terhadap lembaga jasa keuangan yang secara khusus dibentuk Undang-Undang atau dibentuk oleh Pemerintah. Ayat (2) menyebutkan pengenaan pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Lebih lanjut Penjelasan Pasal 19 ayat (1) menyebutkan lembaga jasa keuangan dibentuk untuk melaksanakan program pemerintah, yaitu Lembaga Pembiayaan Eksport Indonesia, Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, Penjaminan Infrastruktur Indonesia, Perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dan lembaga jasa keuangan sejenis yang dibentuk kemudian berdasarkan Undang-Undang atau dibentuk oleh Pemerintah.

7 Pemanfaat Keuntungan Sumber Pendanaan Peningkatan manfaat peserta jaminan sosial (seluruh penduduk) APBN dan Iuran Masyarakat Shareholder (pemegang saham)/pemilik. Industrialisasi Pribadi/swasta Karena perbedaan karakter tersebut, maka implikasi pungutan tersebut juga berbeda. Pungutan terhadap BPJS berimplikasi terhadap berkurangnya manfaat peserta jaminan sosial yang mencakup seluruh penduduk. Sedangkan pungutan terhadap jasa keuangan pada umumnya (Privat) berkurangnya keuntungan bagi pemilik (pemegang saham). Berikut diagram yang menggambarkan implikasi pungutan:

Gambar 2. Implikasi terhadap pungutan aset Lembaga Jasa Keuangan Privat P U N G U T A N 8 = pengurangan OJK berkoordinasi dengan Menteri Keuangan untuk mengambil kebijakan penetapan pengenaan pungutan sebesar 0% dari besaran pungutan sebagaimana tercantum dalam lampiran PP No. 11 Tahun 2014. IV KESIMPULAN 1. Kesimpulan 2. Saran a. BPJS termasuk lembaga jasa keuangan lain yang wajib membayar pungutan yang dikenakan oleh OJK sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 jo Pasal 37 ayat (2) UU OJK. b. BPJS termasuk lembaga keuangan lain yang bersifat khusus. Pungutan terhadap BPJS dapat dikenakan hingga 0% dengan berkoordinasi dengan Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan Pasal 19 PP No. 11 Tahun 2014. a. OJK agar berkoordinasi dengan Menteri Keuangan untuk menetapkan pungutan kepada BPJS sebesar 0% dari besaran pungutan yang ditetapkan dalam lampiran PP No. 11 Tahun 2014. b. BPJS atau peserta jaminan sosial sebagai pihak yang dirugikan atas pengenaan pungutan oleh OJK melakukan Uji Materi Pasal 1 angka 10 jo Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) UU OJK.

www.jamsosindonesia.com 9

www.jamkesindonesia.com 10