PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN LIMBAH STYROFOAM DAN FLY-ASH TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN STRUKTURAL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN LIMBAH STYROFOAM DAN FLY-ASH TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN STRUKTURAL SKRIPSI OLEH: ROCHMAT KASTUBI K

TINJAUAN PENAMBAHAN LIMBAH STYROFOAM DAN FLY ASH TERHADAP BERAT JENIS, KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON RINGAN STRUKTURAL

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PENGARUH TERAK SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN DAN BERAT JENIS PADA BETON NORMAL

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

PEMANFAATAN FOAM AGENT DAN MATERIAL LOKAL DALAM PEMBUATAN BATA RINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

BAB III LANDASAN TEORI

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

Scanned by CamScanner

PEMANFAATAN FOAM AGENT DAN MATERIAL LOKAL DALAM PEMBUATAN BATA RINGAN

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis Pemakaian Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Mengurangi Pemakaian Semen pada Campuran Beton Mutu Kelas II

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAPASITAS LENTUR DAN TARIK BETON SERAT MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH FLY ASH

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (TETES TEBU) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

ANALISA KAJIAN TEGANGAN BETON DENGAN CAMPURAN SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) ABSTRAK

Pengaruh Pemanfaat Tailing Batu Apung... H. Surya Hadi 44

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

PENGARUH RECYCLING ASPAL SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN SERAT BENDRAT PADA KUAT DESAK, PENETRASI DAN PERMEABILITAS BETON

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

ALTERNATIF PEMAKAIAN AGREGAT LEMPUNG BAKAR PADA BETON RINGAN NON PASIR. Alternative Fuel Use of Aggregate Clay Lightweight Concrete in Non Sand

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

PENGARUH ABU TERBANG SEBAGAI FILLER UNTUK KUAT TEKAN BETON

NILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI

PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARI BERBAGAI QUARRY PADA PRODUKSI BETON

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

PENGARUH TERAK SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TARIK DAN BERAT JENIS BETON DENGAN METODE CAMPURAN PERBANDINGAN 1:2:3

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO (141M)

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN LIMBAH STYROFOAM DAN FLY-ASH TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN STRUKTURAL Rochmat Kastubi, Taufiq Lilo Adi Sucipto 2, Ernawati Sri Sunarsih 3 Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret e-mail: rochmatkastubi@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah : Meninjau kuat beton dengan bahan tambah fly-ash dan limbah styrofoam, untuk mendapatkan kuat lentur yang sesuai dengan standar beton ringan struktural. Penelitian ini disebut penelitian eksperimen. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beton berbentuk balok (panjang 600mm, lebar 150mm, dan tinggi 150mm) sebanyak 39 buah benda uji dengan mutu beton 25 MPa. Identifikasi kuat lentur dan pengujiannya dilakukan setelah perawatan 28 hari. Komposisi penambahan agregat fly-ash yaitu pada persentase 0%, 20%, 30% dan 40% terhadap semen. Sedangkan komposisi penggantian limbah Styrofoam yaitu pada persentase 0%, 20%, 30% dan 40% terhadap volume agregat kasar. Hasil penelitian kuat lentur optimal yaitu sebesar 2,847 MPa, didapatkan pada persentase penggantian 30% fly-ash dan 20% limbah Styrofoam. Dengan demikian, berbagai persentase bahan tambah fly-ash dan limbah Styrofoam yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat digunakan untuk menghasilkan beton ringan struktural. Untuk itu perlu dicoba dengan bahan tambah lain. Ini menunjukkan bahwa beton dengan bahan tambah fly-ash dan limbah Styrofoam, dalam campuran beton didapatkan hasil kuat lentur yang belum memenuhi syarat beton ringan struktural. Kata Kunci: limbah styrofoam, fly-ash, beton ringan struktural. ABSTRACT The purpose of this research is: review of flexural strenght concrete by the use of flyash and styrofoam waste, to get flexural strenght in accordance with the standards of structural lightweight concrete. The study called research experiments. As for the samples used in this study is a concrete beams (600 mm x 150 mm x 150 mm) by as much as 39 pieces of quality concrete test objects with 25 MPa. Identification of the type and the weight of the flexural test done after 28 days of treatment. Addition of flyash aggregate composition in percentage 0%, 20%, 30% and 40% of cement. While the composition of waste Styrofoam replacements were 0%, 20%, 30% and 40% of coarse aggregate volume. Results of flexural strenght research which are as big as 2,847 MPa, obtained on a percentage of the replacement of 30% addition of flyash and 20% of waste Styrofoam. Thus, the various percentages of ingredients add flyash and waste Styrofoam used in this study cannot be used to generate structural lightweight concrete. Therefore must to be tried with other added ingredients. This indicates that the added ingredients of concrete with flyash and Styrofoam waste, in a concrete mix obtained results of flexural streght that had not meet in the standart of lightweight structural concrete. Key words: Styrofoam waste, Flyash, structural lightweight of concrete. 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 1 2 Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 3 Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS

PENDAHULUAN Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan pembentuknya mudah dan banyak terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya relatif terjangkau. Akan tetapi dengan penggunaan struktur beton dikhawatirkan kerusakan saat terjadi gempa sangat tinggi karena beton sendiri memiliki berat jenis yang sangat tinggi. Di beberapa negara maju mulai dilakukan penelitian penggunaan bahan styrofoam yang ringan untuk membuat beton ringan. Beberapa persyaratan untuk beton ringan struktur yaitu mempunyai berat jenis antara 1400-1800 kg/m 3 dan kuat tekannya > 17,5 MPa. Dari penelitian sebelumnya diperoleh hasil bahwa dengan penambahan styrofoam pada beton membuat campuran adukan beton memiliki kemudahan pengerjaan (workability) yang tinggi, lebih kedap air serta berat jenis beton lebih ringan. Telah dilakukan penelitian styrofoam digunakan sebagai bahan pengisi beton dan dapat mengurangi berat beton, sehingga didapatkan beton yang lebih ringan, sekaligus dengan pemanfaatan styrofoam yang banyak menjadi limbah di lingkungan kita dapat mengurangi beban pemerintah kita dalam menanggulangi limbah styrofoam yang tidak dapat teruraikan di alam. Styrofoam adalah suatu bahan yang terbuat dari polistirin yang dikembangkan atau expanded polysteryne yang mempunyai berat satuan sangat ringan yaitu sekitar 13 kg/m 3 sampai 16 kg/m 3. Karena ringannya bahan styrofoam ini, maka beton yang dihasilkan juga akan sangat ringan bila dibandingkan dengan menggunakan batu pecah atau kerikil pada umumnya. Selain bahannya yang ringan, beton dengan menggunakan styrofoam sebagai bahan pengganti sebagian agregat kasar ini mempunyai keuntungan yang lain yaitu biaya pembuatan yang murah karena memanfaatkan bahan limbah, tahan terhadap cuaca, mempunyai berat yang ringan karena berat struktur berkurang, maka beban gempa yang bekerja juga akan lebih kecil sehingga struktur akan lebih aman dan sangat cocok untuk perumahan di daerah gempa. Dalam penelitian ini styrofoam yang digunakan adalah styrofoam dari limbah kotak pembungkus barang pada kargo pesawat terbang (waste styrofoam). Akan tetapi dengan penambahan styrofoam pada beton mengakibatkan kekuatan beton mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kekuatan styrofoam jauh lebih kecil dibandingkan kekuatan agregat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat meningkatkan kekuatan beton. Tujuannya adalah agar beton yang dihasilkan nantinya meskipun ringan tetapi memiliki kekuatan sehinnga bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bahan alternatif yang bisa digunakan yaitu abu terbang (fly-ash). Fly-Ash berguna sebagai bahan pengganti semen (cementitious). Penggantian penggunaan semen ini dapat mengurangi biaya pembuatan beton serta dapat mengurangi pemanasan global yang ditimbulkan dari produksi semen karena menurut Bilodeau dan Malhotra (2000) yang mengadakan penelitian tentang High Volume Fly Ash System: Concrete Solution for Sustainable Development menyebutkan bahwa, produksi semen Portland selama ini melepaskan gas CO 2 ke asmofer bumi, dimana gas CO 2 memberikan sumbangan terbesar dalam pemanasan global. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan penggantian sebagian besar penggunaan semen Portland pada produksi beton, dan bahan pengganti semen yang cukup tersedia banyak adalah fly-ash, limbah hasil pembakaran batu bara pada pembangkit listrik. Fly-ash berfungsi sebagai bahan tambah mineral (additive) yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan tambah mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kuat tekan 2

beton, sehingga bahan tambah mineral ini cenderung bersifat penyemenan (cementitious). Keuntungan menggunakan flyash pada beton antara lain, dapat menggantikan semen karena berifat pozzolanic, meningkatkan workability, mengisi rongga-rongga dengan material cementitious dan berfungsi sebagai pengisi (filler), sehingga dapat mengurangi total area permukaan yang harus ditutup oleh semen, memperlambat timbulnya panas hidrasi, dan meningkatkan kekuatan (strength), serta membuat beton lebih kedap air. Pada penelitian ini pemanfaatan flyash tidak hanya untuk kepentingan bahan bangunan, tetapi juga merupakan suatu usaha untuk membantu menanggulangi masalah lingkungan, sebagai contoh; fly-ash dari limbah industri Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya, diperkirakan akan menghasilkan 750.000 ton pertahun apabila ketujuh unit PLTU-nya sudah beroperasi. Flyash yang sebagian besar unsur utamanya adalah silica dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan bila tidak ditangani secara memadai. Dengan meninjau keuntungankeuntungan yang terdapat pada styrofoam dan fly-ash, maka akan mencoba melakukan penelitian rekayasa bahan material beton dengan menggunakan fly-ash sebagai pengganti sebagian semen dan styrofoam sebagai bahan pengganti sebagian agregat kasar (kerkil). Penelitian ini akan menentukan sifat fisik dan mekanik dari beton ringan yang menggunakan bahan pengganti sebagian agregat kasar dan semen yaitu fly-ash dan styrofoam. Setelah didapat informasi awal dari material tersebut, maka dilakukan perencanaan campuran agar diketahui kuat lenturnya. Dengan menggunakan perbandingan antara semen dan fly-ash yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan bahan yang murah dan kekuatan yang masih memenuhi untuk beton ringan, maka dilakukan pengujian dan analisa hasil campuran beton ringan dengan menambahkan styrofoam sebagai bahan pengganti sebagian agregat untuk mendapatkan informasi besarnya kuat lentur beton ringan dengan bahan-bahan penyusunnya adalah semen, fly-ash dan styrofoam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perpaduan penggunaan fly-ash dan styrofoam terhadap kuat lentur beton ringan struktural serta untuk mengetahui nilai optimal perpaduan penggunaan fly-ash dan styrofoam untuk nilai kuat lentur maksimal beton ringan struktural Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membuat masa padat (SK SNI 03-2847-2002). Menurut Neville dan Brooks (1987) beton ringan dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: beton ringan struktur (Structural Lightweight Concrete), beton ringan untuk pasangan batu (Masonry Concrete), dan beton ringan penahan panas (Insulating Concrete). Styrofoam adalah hasil bahan olahan dari polyester yang berupa butiran sintetik yang saling rekat yang mempunyai sifat tidak bisa tenggelam dan mampu menahan suhu ruangan lebih lama. Penelitian ini digunakan limbah styrofoam dari pembungkus paket kargo pesawat terbang yang tidak digunakan lagi. 3

Pengukuran nilai kuat lentur adalah dengan menggunakan rumus di bawah ini (ASTM C 78 02):... (I) Keterangan : P : Hasil uji dari mesin MILANO-ITALY p : panjang benda uji l : lebar benda uji t : tinggi benda uji Gambar. 1 Styrofoam Abu terbang merupakan pozolan, yaitu bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif (PUBI-1982). Spesifikasi Abu Terbang Sebagai Bahan Tambahan untuk Campuran Beton disebutkan ada 3 jenis abu terbang (SK SNI S-15-1990-F), yaitu: abu terbang kelas F, N dan C. Gambar 2. Fly Ash Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya, sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas (SNI 03-4431-1997). Gambar 3. Gambar Penampang Benda Uji dan Pembebanannya METODOLOGI 1. Bahan Semen yang digunakan adalah Semen Portland yang telah memenuhi persyaratan dalam spesifikasi SK-SNI-S- 04-1989-F. Pasir yang digunakan adalah pasir Muntilan, Magelang. Hasil uji laboratorium menunjukkan kadar lumpur sebesar 2,5%, kadar air 2,06%, kadar zat organik kuning muda, Bulk Specific Gravity SSD 2,53, modulus kehalusan 3,8 dan tergolong zona II. Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil Woro dengan diameter berukuran maksimal 20 mm. Hasil uji laboratorium menunjukkan abrasi sebesar 44%, Bulk Specific Gravity SSD 2,59, modulus kehalusan 6,64, absorbsi 7,33% dan berat satuan volume 1,32 gr/cm 3. Air yang digunakan adalah air yang memenuhi persyaratan SK SNI S-04-1989-F. 4

Fly-ash yang digunakan adalah mutu F dari PT. Varia Usaha. Styrofoam yang dipakai adalah limbah pembungkus barang kargo pesawat terbang yang telah dihancurkan tak beraturan. Beton yang sudah mengalami perawatan selama 28 hari selanjutnya dilakukan pengujian kuat lentur. 2. Pembuatan Benda Uji Penggantian agregat styrofoam dalam beton direncanakan dengan berbagai variasi, yaitu 0%, 20%, 30% dan 40% terhadap volume agregat kasar serta penggantian Fly-ash dalam beton direncanakan dengan berbagai variasi, yaitu 0%, 20%, 30%, dan 40% terhadap berat total semen. Perancangan campuran menggunakan acuan SK. SNI 03-2847- 2002. Proses pembuatannya dengan mencampur semen, Fly-ash, pasir, kerikil dan styrofoam sampai rata, selanjutnya menambahkan air secukupnya dan diaduk sampai homogen. Memasukkan adonan tersebut ke dalam cetakan dan dilakukan pengepresan dengan cara dipadatkan, kemudian diamkan hasil cetakan tersebut sampai kering. Beton yang dihasilkan berupa balok dengan dimensi 60 x 15 x 15 cm. Jumlah sampel beton yang dibuat adalah 39 buah. Gambar 3. Alur Tahap Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian kuat lentur beton ditunjukkan pada tabel 1, 2 dan 3 sebagai berikut: Gambar 2. Hasil Cetakan Beton 3. Pengujian Tabel 1. Hasil pengujian kuat lentur beton dengan persentase styrofoam 20% Styrofoam flyash Kuat lentur rata2 (MPa) 20% 0% 2,207 20% 20% 2,739 20% 30% 2,847 20% 40% 2,394 Tabel 2. Hasil pengujian kuat lentur beton dengan persentase styrofoam 30% 5

Kuat lentur beton (Mpa) Styrofoam flyash 30% 0% 1,869 30% 20% 2,586 30% 30% 2,600 30% 40% 2,368 Kuat lentur rata2 (MPa) Tabel 3. Hasil pengujian kuat lentur beton dengan persentase styrofoam 40% Styrofoam flyash Kuat lentur rata2 (MPa) 40% 0% 1,842 40% 20% 1,875 40% 30% 1,944 40% 40% 1,789 Analisis data menggunakan program komputer Statistcal Package for the Social Science 21 (SPSS 21), yaitu dengan uji Regression. Analisa regresi mempunyai cakupan yang cukup luas, didalamnya mencakup beberapa metode analisis seperti uji t, uji F/ANOVA, analisis korelasi dan koefisien determinasi. Hasil SPSS 21 dengan uji analisa regresi berganda dimana sebagai variabel bebas adalah variasi styrofoam dan variasi flyash dan sebagai variabel terikat adalah kuat lentur beton, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari hasil uji F/ANOVA diperoleh bahwa nilai Sig. lebih kecil dari alpha 5% (0,001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa dari kedua variabel bebas yang diuji (variasi styrofoam dan variasi fly-ash), minimal terdapat 1 variabel bebas yang mempengaruhi kuat lentur beton. Atau bisa juga diinterpretasikan sebagai bukti bahwa secara bersama-sama variabel bebas (variasi styrofoam dan variasi fly-ash) mempengaruhi variabel terikat (kuat lentur beton). 2. Hasil uji t menunjukkan bahwa dari kedua variabel yang diuji (variasi styrofoam dan variasi fly-ash) ternyata variasi styrofoam dan variasi fly-ash sama-sama berpengaruh pada kuat lentur beton. Kesimpulan ini didapatkan dari nilai Sig. kedua variabel yaitu untuk variasi styrofoam dengan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan untuk variasi fly-ash dengan nilai Sig. 0,032 < 0,05. Model persamaan regresinya adalah : Dari persamaan regresi bisa disimpulkan bahwa penggantian sebagian agregat kasar dengan styrofoam berpengaruh negatif atau mengurangi kuat lentur beton, sedangkan penggantian sebagian semen dengan fly-ash berpengaruh positif atau meningkatkan kuat lentur beton. 3. Nilai korelasi (R) hubungan ketiga variabel tersebut sebesar 0,579 dimana hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi sedang antara penggantian sebagian agregat kasar dengan styrofoam dan penggantian sebagian semen dengan fly-ash terhadap kuat lentur beton. Sedangkan pada koefisien determinasinya (R square) sebesar 0,335 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel variasi styrofoam dan variasi fly-ash mempengaruhi naik turunnya nilai kuat lentur beton sebesar 33,5% dan sisanya yaitu 66,5% dipengaruhi oleh variabel yang lain. 3,400 3,200 3,000 2,800 2,600 2,400 2,200 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 Hubungan variasi styrofoam dan variasi flyash dengan kuat lentur beton y = -0,0013x 2 + 0,0560x + 2,1949 R² = 0,9362 y = -0,0012x 2 + 0,0594x + 1,8689 R² = 0,9999 y = -0,0002x 2 + 0,0089x + 1,8353 R² = 0,5668 0 20 40 60 Prosentase fly ash (%) Styrofoam 20% Styrofoam 30% Styrofoam 40% Gambar 4. Grafik hubungan variasi styrofoam dan variasi flyash dengan kuat lentur beton Dari hasil analisa regresi menyatakan bahwa penggantian sebagian agregat kasar 6

dengan styrofoam dan penggantian sebagian semen dengan fly-ash memberikan pengaruh sedang terhadap kuat lentur beton. Dimana penggantian sebagian agregat kasar dengan styrofoam memberikan dampak berkurangnya kuat lentur beton, semakin besar prosentase styrofoam maka semakin rendah kuat lentur beton. Beton dengan kekuatan yang baik diperoleh apabila interaksi antara komponen pembentuknya terjadi dengan baik, interaksi ini akan diperoleh bila antara komponenkomponen pembentuk beton memiliki ikatan/lekatan yang kuat satu dengan yang lain. Styrofoam merupakan bahan kedap air dan memiliki permukaan yang licin, sehingga lekatannya dengan pasta semen tidak baik. Saat pasta semen mengeras akan terjadi penyusutan pada beton, proses ini akan membentuk retakan kecil pada daerah lemah (weak zone) yaitu daerah disekitar butiran styrofoam. Semakin banyak jumlah styrofoam yang ditambahkan dalam campuran beton, maka akan semakin banyak microcrack pada daerah lemah yang akan terbentuk pada saat pasta semen mengalami proses pengerasan. Jumlah retakan kecil dalam beton akan mempengaruhi kekuatan beton. Sedangkan penggantian sebagian semen dengan fly-ash berdampak meningkatkan kuat lentur beton. Peningkatan itu terjadi karena fly-ash yang bersifat hidrolik bereaksi mengikat kapur bebas atau kalsium hidroksida Ca(OH) 2 yang dilepaskan semen saat proses hidrasi. Reaksi kimia yang terjadi tersebut membuat kapur bebas yang semula adalah mortar udara mengeras bersama air dan fly-ash yang akhirnya akan mempengaruhi kekuatan beton. Kadar kalsium hidroksida yang berkurang karena adanya pengikatan yang terjadi dengan fly-ash menyebabkan porositas dan permeabilitas berkurang sehingga membuat beton menjadi lebih padat dan lebih kuat. Namun jika penambahan fly ash terlalu berlebihan maka akan mengakibatkan penurunan kekuatan beton. Hal ini dikarenakan jumlah semen yang semakin sedikit sehingga fungsi semen yang merupakan bahan perekat tidak mencukupi untuk merekatkan semua bahan penyusun beton, sehingga ikatan tidak sempurna dan akibatnya kekuatan beton menjadi menurun. Gambar grafik 3 mempunyai persamaan garis hasil dari analisa regresi adalah sebagai berikut: Untuk variasi styrofoam 20%: Y = -0,0013X 2 + 0,0560X + 2,1949 Untuk variasi styrofoam 30% : Y = - 0,0012X 2 + 0,0594X + 1,8689 Untuk variasi styrofoam 40% : Y = -0,0002X 2 + 0,0089X + 1,8353 Dan dari persamaan regresi tersebut dapat diperoleh penggantian sebagian semen oleh fly-ash yang optimal yaitu untuk variasi styrofoam 20%, 30% dan 40% masing-masing adalah 21,54%, 24,751% dan 22,25% dengan besar kuat lentur maksimalnya masing-masing adalah 2,798 MPa, 2,604 MPa, dan 1,934 MPa. SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh penggunaan limbah styrofoam dan fly-ash terhadap kuat lentur beton ringan struktural, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggantian sebagian agregat kasar dengan styrofoam memberikan dampak berkurangnya kuat lentur beton, semakin besar prosentase styrofoam maka semakin rendah kuat lentur beton, sedangkan penggantian sebagian semen dengan flyash berdampak meningkatkan kuat lentur beton. 2. Penggantian sebagian semen oleh fly-ash yang optimal yaitu untuk variasi styrofoam 20%, 30% dan 40% masing-masing adalah 21,54%, 24,751% dan 22,25% dengan besar kuat lentur maksimalnya masingmasing adalah 2,798 MPa, 2,604 MPa, dan 1,934 MPa. SARAN 7

1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam sehingga didapatkan komposisi campuran styrofoam dan fly-ash yang optimal yang menghasilkan beton yang memenuhi syarat beton ringan struktural. 2. Untuk melihat pengaruh penambahan flyash yang lebih berarti perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan memperpanjang umur beton. 3. Fly-ash dapat diusahakan dan dipublikasikan agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menjadi bahan alternatif yang dapat digunakan dalam bidang konstruksi. 4. Penelitian ini dapat dimanfaatkan masyarakat dalam pengembangan teknologi tetapi perlu dilakukan penelitian yang lebih jauh lagi agar didapatkan hasil yang bisa diaplikasikan dalam bidang konstruksi. DAFTAR PUSTAKA Amri, Sjafel. (2005). Teknologi Beton A-Z. Jakarta: Yayasan John Hi-Tech Idetama Anonim. 1982. Annual Book of ASTM Standart. Anonim. 1989. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam), SK SNI S-04 1989- F, Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB, Bandung. Anonim. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung (Beta Version) SNI 03-2847- 2002, Departemen pemukiman Dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian Dan Pengembangan, Bandung. Anonim. (1997). Beton SNI 03-4431-1997 Anonim. (1990). Beton SNI S-15-1990-F Crawford, R. J. 1998. Plastics Engineering, Third Edition. Dipohusodo, Istimawan.1999. Struktur Beton Bertulang. Yogyakarta: Gramedia. Gambhir, A. M. 1986. Concrete Technology, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2006. Fly-Bottom Ash dan Pemanfaatannya, terdapat pada http://b3.menlh.go.id/3r/article.ph p? article_id=6. Diakses tanggal 11 Mei 2010. L.J. Murdock dan K.M. Brook. 1986. Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga. Neville, A. M. and Brooks, J. J. 1987. Concrete Technology, First Edition, Longman Scientific & Technical, England. Paul Nugraha dan Antoni, (2007). Teknologi Beton Jurusan dan Material, Pembuatan beton Kinerja Tinggi.Yogyakarta: Andi. Tim Praktek Beton. 2011. Modul Panduan Beton. Universitas sebelas Maret, Surakarta Suharwanto, 2000. Penggunaan Abu Terbang (Fly Ash) dalam Beton, 8

Prosiding Magang Intensif Beton, Pusat Antar Universitas (PAU) Ilmu Teknik, Yogyakarta. Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta. Tjokrodimuljo, K. (2004). Teknologi Beton. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Zunwanis. Tinjauan Kuat Lentur Beton Ringan Dengan Menggunakan Styrofoam Pada Campuran Beton. http://lib.unri.ac.id/skripsi/index.p hp?p=show_detail&id=17475 (diakses tanggal 1 Maret 2014) 9