hukum selama delapan tahun, ketiga perusahaan ini dikenai denda sebesar Rp dan usahanya ditutup (Nicholson, 2010). Berdasarkan kedua kasus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba dan implikasinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 PENUTUP. corporate governance pada tingkat mandatory disclosure konvergensi IFRS.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap. pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Selama bertahun-tahun perusahaan hanya fokus pada tujuannya untuk

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

kepada 10 direksi remunerasi sebesar Rp 67,6 miliar dan 6 komisaris sebesar Rp 17,5 miliar. Porsi bonus ini di bawah 1 persen dari laba 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Corporate social responsiblity

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. (profit), tetapi juga bertanggung jawab kepada masyarakat (people) dan bumi

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan lembaga yang selama ini dapat memberikan keuntungan bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB I PENDAHULUAN. laba. Sehingga informasi yang tepat sangat berpengaruh dalam menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan salah satu standar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. korporasi tersebut menunjukkan bahwa organ-organ perusahaan

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 DAFTAR INDIKATOR GOOD CORPORATE GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

: Ayu Sulistya NPM : : Dr. Ir. Waseso Segoro, MM

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan pengelolaan risiko. Sebuah bisnis yang berkembang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam Tendean (2015) mengungkapkan bahwa Agency Theory adalah

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekonomi menjadi barang dan jasa agar dapat dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan memperhatikan dampak aktivitas operasinya terhadap lingkungan agar dapat mempertahankan keberlanjutan bisnisnya. Hal ini tercantum dalam triple bottom lines yaitu demi mencapai tujuannya untuk memperoleh laba (profit), perusahaan harus dapat bersinergi dengan alam (planet) dan manusia (people). Jika perusahaan tidak dapat memenuhi tanggung jawab lingkungan sebagai akibat dari aktivitas operasinya, maka akan terjadi perlawanan dari masyarakat selaku pihak yang terdampak dari menurunnya kondisi lingkungan. Bentuk perlawanan masyarakat akibat kasus pencemaran lingkungan diilustrasikan oleh kasus-kasus berikut ini. Kasus litigasi akibat ledakan minyak di Teluk Meksiko dialami oleh British Petroleum Exploration & Production Inc. (BP), salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia. BP dituntut oleh U.S. Justice Department atas ledakan minyak di Teluk Meksiko pada 20 April 2010 lalu. Pemerintah AS menuntut BP karena tidak mematuhi aturan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengeboran minyak lepas pantai yang menewaskan 11 pekerja dan rusaknya ekosistem laut. Atas kejadian ini, BP membayar klaim senilai lebih dari 14 miliar dolar AS dan wajib melakukan restorasi Teluk Meksiko selama lima tahun terhitung sejak 2010 yang menghabiskan dana 700 juta dolar AS (British Petroleum, 2015). Kasus gugatan pencemaran lingkungan serupa juga dialami oleh tiga perusahaan di Pekalongan, Jawa Tengah. Tiga perusahaan yaitu PT Kesamtex, PT Bintang Triputratez dan CV Enzritek digugat oleh warga Desa Dekoro melalui YAPHI ke Pengadilan Tinggi Jawa Tengah pada tahun 1990 karena tidak memiliki instalasi pengolahan limbah sehingga membuang langsung limbahnya ke Kali Banger. Setelah melalui proses 1

hukum selama delapan tahun, ketiga perusahaan ini dikenai denda sebesar Rp49.184.000 dan usahanya ditutup (Nicholson, 2010). Berdasarkan kedua kasus di atas, secara umum penyebab dari munculnya gugatan dari masyarakat atas aktivitas operasi perusahaan adalah buruknya pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Jika diruntut ke akar permasalahannya, buruknya pengelolaan lingkungan dipicu oleh kurangnya perhatian manajemen perusahaan atas etika, kepatuhan dan corporate governance (British Petroleum, 2015). Perbedaan yang ditemukan pada dua kasus di atas terdapat pada pembenahan corporate governance setelah gugatan diajukan. Sejak kasus tumpahan minyak di Teluk Meksiko, U.S. Environmental Protection Agency menangguhkan kontrak kerja hingga Maret 2014, setelah BP memenuhi syarat untuk mematuhi aturan keselamatan kerja, etika dan kepatuhan, serta pembenahan corporate governance (British Petroleum, 2015). Sementara itu, pada kasus di Pekalongan, Jawa Tengah, ketiga perusahaan tidak meningkatkan kepatuhan dan etika lingkungan serta tidak melakukan pembenahan corporate governance. Akibatnya, Pengadilan Tinggi Jawa Tengah menutup ketiga perusahaan ini pada tahun 1997. Keputusan ini merupakan bentuk konsekuensi atas tindakan manajemen perusahaan yang tidak mematuhi peraturan lingkungan hidup yang berlaku (Nicholson, 2010). Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan oleh perusahaan dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Peraturan ini memberikan mandat salah satunya kepada perusahaan publik yang tercatat di bursa untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup. Dengan adanya peraturan ini, perusahaan akan merespons tekanan dari pemerintah seperti yang diungkapkan oleh Guthrie & Parker (1990) dalam Lee & Hutchison (2005), bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan 2

lingkungan terjadi karena adanya reaksi atas tekanan dari pemerintah dan publik. Kasus-kasus gugatan lingkungan yang mengemuka akibat dampak aktivitas operasi perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan perlu memiliki sensitivitas tinggi terhadap pemenuhan tanggung jawab lingkungan. Di samping itu, jika perusahaan memperoleh gugatan akibat pencemaran lingkungan, maka informasi mengenai gugatan tersebut wajib diungkapkan di laporan tahunan. Tidak hanya informasi mengenai perkara penting seperti gugatan, namun status penyelesaian gugatan dan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan wajib dimuat dalam laporan tahunan (BAPEPAM LK, 2012a). Hal ini dilakukan demi mewujudkan komitmen perusahaan pada lingkungan. Komitmen perusahaan pada lingkungan dapat tercermin dari aktivitas pengelolaan dan pemulihan lingkungan yang secara sukarela diungkapkan dalam laporan keberlanjutan. Informasi mengenai perhatian perusahaan pada lingkungan yang diungkapkan perusahaan dalam voluntary disclosure merupakan media komunikasi antara manajemen perusahaan dengan pemangku kepentingan yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Hal ini didukung oleh teori pemangku kepentingan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan nilai, salah satunya bagi lingkungan hidup. Pengungkapan lingkungan membuat investor dan pemangku kepentingan mampu memberikan penilaian terkait efisiensi dan dampak dari keputusan dan tindakan yang diambil oleh manajer dengan menilai prospek, peluang dan risiko masa depan (Deegan, 2004 dalam Iatridis, 2013). Pengungkapan lingkungan pada perusahaan terkait diperlukan pula oleh manajemen dan pemangku kepentingan untuk mempengaruhi persepsi publik (Patten, 2000 dalam Cong & Freedman, 2011) agar terhindar dari pemberitaan buruk di media dan risiko litigasi. Teori keagenan, salah satu teori yang mendasari corporate governance mengasumsikan adanya perbedaan kepentingan dan tujuan 3

antara manajer perusahaan sebagai agen dan pemilik saham sebagai prinsipal sehingga menimbulkan benturan kepentingan antara kedua pihak. Berbagai skandal akuntansi yang muncul menunjukkan lemahnya penerapan corporate governance (Solomon, 2007 dalam Warsono, Amalia & Rahajeng, 2009), seperti kurangnya dewan komisaris dan dewan direksi yang independen, lemahnya pertanggungjelasan Chief Executive Officer dan Chief Financial Officer, dan kurangnya independensi komite audit (Cong & Freedman, 2011). Padahal kebijakan manajemen merupakan faktor kausal pentingnya desakan untuk pengungkapan informasi (Lee & Hutchison, 2005) sehingga manajemen memiliki peran penting dalam menentukan diungkapkan tidaknya suatu informasi. Berbagai kasus litigasi akibat pencemaran lingkungan oleh perusahaan yang terjadi di Indonesia antara lain disebabkan oleh lemahnya penerapan corporate governance dan kurangnya perhatian manajemen pada etika dan kepatuhan lingkungan hidup. Studi mengenai pengaruh corporate governance terhadap pengungkapan lingkungan sebelumnya telah cukup banyak dilakukan. Namun, penelitian bertajuk corporate governance dan pengungkapan lingkungan menunjukkan keragaman hasil yang disebabkan oleh ketidakkonsistenan model dan proksi pengukuran atau indikator yang digunakan (Belkaoui & Karpik, 1989 dalam Sembiring, 2006). Cong & Freedman (2011) melakukan analisis pada 50 perusahaan di Amerika Serikat dan menemukan bukti bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan pada periode awal setelah diterbitkannya Sarbanes-Oxley Act, namun sebaliknya berpengaruh negatif setelah pengembangan Sarbanes-Oxley Act. Iatridis (2013); Kock, Santalo & Diestre (2012) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan pengungkapan lingkungan lebih baik adalah perusahaan yang menerapkan corporate governance yang efektif. Berdasarkan kasus dan pemaparan di atas, penulis hendak menguji atribut corporate governance yang berhubungan dengan pengungkapan lingkungan untuk memahami corporate governance yang efektif 4

diterapkan di perusahaan publik demi menghindari risiko litigasi dan resistensi dari masyarakat akibat ketidakpatuhan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup. Studi yang akan dilakukan oleh penulis mengacu pada penelitian Iatridis (2013) yang menggunakan variabel independen yaitu proporsi komisaris independen, proporsi direktur independen, proporsi anggota komite audit independen, persentase kepemilikan saham manajerial, persentase kepemilikan saham institusional, dan tercatat lintas bursa efek. Penulis menambahkan tiga variabel independen yaitu adanya komite nominasi dan remunerasi, adanya komite kebijakan risiko dan adanya komite kebijakan corporate governance dan menggunakan dua variabel kontrol yaitu leverage dan return on asset. Setelah dilakukan purposive sampling, studi ini berfokus pada pengaruh corporate governance terhadap pengungkapan lingkungan pada 19 perusahaan publik non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 2013. Dengan demikian, penulis hendak menguji cakupan informasi lingkungan yang diungkapkan secara sukarela oleh perusahaan dipengaruhi oleh atribut corporate governance. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang akan dianalisis yaitu: 1.2.1 Apakah pengaruh komisaris independen, direktur independen, anggota komite audit independen, komite nominasi dan remunerasi, komite kebijakan risiko, komite kebijakan corporate governance, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, dan pencatatan lintas bursa secara individu terhadap pengungkapan lingkungan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Menguji hubungan komisaris independen, direktur independen, anggota komite audit independen, komite nominasi dan 5

remunerasi, komite kebijakan risiko, komite kebijakan corporate governance, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, dan pencatatan lintas bursa secara parsial terhadap pengungkapan lingkungan pada perusahaan publik non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 2013. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Menjadi bahan pertimbangan manajemen perusahaan mengenai corporate governance yang efektif untuk mendorong pengungkapan lingkungan di Indonesia; 1.4.2 Memberikan informasi mengenai praktik corporate governance yang berhubungan dengan pengungkapan lingkungan di Indonesia; 1.4.3 Menjadi bahan referensi selanjutnya dalam menganalisis praktik corporate governance dan pengungkapan lingkungan di Indonesia. 1.5 Batasan Penelitian Studi ini menggunakan pendekatan unweighted disclosure index untuk mengukur pengungkapan lingkungan di laporan keberlanjutan berdasarkan Sustainable Reporting Guidelines G3.1 (GRI, 2011), laporan tahunan untuk mengukur atribut corporate governance dan laporan keuangan. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan publik non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 2013. 6