BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Istilah difabel sebagai kepanjangan dari Different Abled People atau orang yang memiliki kemampuan berbeda, sudah dikenal sejak tahun 1988. Istilah tersebut secara substansi bertujuan untuk menggantikan istilah penyandang cacat. Menurut World Health Organization (WHO 2001), difabel merupakan ketidakmampuan atau keterbatasan seseorang akibat adanya ketidaknormalan atau hilangnya struktur, fungsi psikologis, dan anatomis untuk melakukan aktifitas yang dianggap normal bagi manusia. Penyebab adanya ketidak normalan fungsi anggota tubuh tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti bawaan dari lahir, adanya kelainan, penyakit tertentu, ataupun karena kecelakaan. Dalam menjalankan aktifitasnya, sebagian jenis penyandang difabel biasanya dapat melakukan kegiatannya sendiri, baik tanpa menggunakan bantuan alat ataupun menggunakan bantuan alat yang dapat menunjang semua kegiatannya sehari-hari. Namun ada pula penyandang difabel yang membutuhkan bantuan dari manusia lainnya dan bergantung alat bantu. Sebagai mahluk hidup, manusia memerlukan makan untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup. Hasil dari proses makanan tersebut akan dikeluarkan sebagai kotoran yang tidak lagi bermanfaat bagi tubuh. Tahap ini dilakukan oleh organ percernaan di dalam tubuh manusia. Proses pengubahan dari makanan hingga menjadi sisa yang tidak dapat lagi di serap oleh tubuh dinamakan proses pencernaan. Sedangkan proses pengeluaran kotoran tersebut dinamakan eliminasi. Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua jenis, yakni eliminasi urin (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi / fekal (kebutuhan buang air besar). Pada kenyataan sehari-hari, memperlihatkan bahwa eliminasi merupakan kebutuhan setiap manusia. 1
Namun kegiatan eliminasi termasuk salah satu kegiatan yang memerlukan privacy. Sehingga saat melakukan kegiatan ini, kebanyakan manusia membutuhkan waktu untuk menyendiri, karena hal tersebut mempengaruhi kenyamanan manusia saat melakukan kegiatan eliminasi. Bagi manusia yang tidak bekebutuhan khusus, kegiatan eliminasi di dalam kamar mandi akan mudah dilakukan, karena mereka tidak memiliki keterbatasan fisik. Namun tidak semua penyandang difabel yang menggunakan kursi roda dengan mudah melakukan kegiatan eliminasi sendiri tanpa bantuan orang lain. Kapasitas tubuh mereka menjadi terbatas dalam melakukan aktifitas tersebut, karena fungsi pada bagian tubuh mengalami keterbatasan serta tidak dapat berfungsi sempurna. Pada kamar mandi khusus bagi penyandang difabel, biasanya telah tersedia pegangan tangan yang berfungsi untuk memudahkan penyandang difabel untuk berpindah tempat menuju kloset, namun keberadaan sarana bantu tersebut harus di dukung oleh ukuran luas kamar mandi yang dapat memuat kursi roda untuk masuk kedalam ruangan. Karena sarana tersebut digunakan oleh penyandang difabel untuk berpegangan serta menopang badan pengguna kursi roda ketika berpindah dari atas kursi roda menuju kloset yang tersedia. Gambar 1.1 Fasilitas toilet untuk difabel pada sebuah pusat perbelanjaan (Sumber : Data Penulis, 2015) 2
Sedangkan menurut survey yang telah dilakukan, belum semua kamar mandi tersedia sarana bantu pegangan tangan tersebut, Salah satunya pada kamar mandi rumah tinggal penyandang difabel. Ukuran kamar mandi rumah tinggal setiap penyandang difabel yang berbeda-beda, serta ukuran kamar mandi yang terbatas membuat sarana pegangan tangan tersebut kurang efektif bila di terapkan atau di instalasi didalam kamar mandi rumah tinggal penyandang difabel yang rata-rata tidak mampu memuat kursi roda untuk masuk kedalamnya. Hal ini yang menjadikan penyandang difabel masih jarang yang menggunakan sarana bantu ketika ketika menuju kamar mandi, Sehingga pada saat melakukan kegiatan eliminasi, penyandang difabel tersebut masih merasa kesulitan dan memerlukan bantuan dari orang lain. Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dibahas, untuk memudahkan para penyandang difabel ketika melakukan kegiatan eliminasi dengan sarana yang dapat menyesuaikan dengan kondisi kamar mandi yang berada di rumah tinggalnya, maka dibutuhkan sebuah solusi berupa Perancangan Sarana Kegiatan Eliminasi Untuk Penyandang Difabel Kaki Dengan Studi Kasus Pada Kamar Mandi Rumah Tinggal 1.2 Masalah Perancangan 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang mengenai maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut : a. Kamar mandi rumah tinggal penyandang difabel tidak menggunakan fasilitas yang aksesibel. b. Sarana dan fasilitas khusus yang menunjang kebutuhan penyandang difabel kaki dapat meminimalkan penyandang difabel dari kesulitan serta terjadinya cedera atau kecelakaan lainnya. 3
c. Sarana bantu pegangan tangan yang sudah ada belum dapat berfungsi maksimal jika kursi roda tidak dapat masuk ke dalam kamar mandi. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dalam menyelesaikan masalah maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: a. Faktor apa saja yang menyebabkan kamar mandi rumah tinggal penyandang difabel tidak menggunakan fasilitas yang aksesibel? b. Sarana apa yang dapat memudahkan serta mengurangi resiko kecelakaan bagi penyandang difabel kaki ketika melakukan kegiatan eliminasi kamar mandi? c. Sarana apa yang dapat membantu kegiatan eliminasi yang dapat menyesuaikan dengan kondisi rumah tinggal penyandang difabel? 1.2.3 Batasan Masalah Pada perencanaan kali ini digunakan batasan masalah yaitu: 1. Perancangan ditujukan untuk penyandang difabel kaki atau tunadaksa pengguna kursi roda yang memiliki keterbatasan gerak dari bagian pinggang hingga telapak kaki namun bagian anggota badan atas serta tangan masih dapat berfungsi normal. 2. Perancangan sarana bantu kegiatan eliminasi di dalam kamar mandi rumah tinggal yang dilengkapi dengan kloset duduk. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari kegiatan perancangan ini adalah untuk mengetahui solusi seperti apakah yang dapat didapatkan dalam 4
permasalahan mengenai kegiatan eliminasi pada penyandang difabel, sehingga nantinya solusi yang ada dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas berupa sarana yang memudahkan serta mengurangi resiko kecelakaan saat berada di kamar mandi bagi penyandang difabel kaki ketika melakukan kegiatan eliminasi 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus mengenai permasalahan pada pada perancangan ini adalah : 1. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada difabel ketika akan melakukan kegiatan eliminasi di dalam kamar mandi. 2. Untuk merancang sarana yang dapat membantu meminimalisir kesulitan saat kegiatan eliminasi penyandang difabel yang sesuai dengan kondisi kamar mandi rumah tinggal masingmasing. 1.4 Manfaat Manfaat dilakukannya perancangan dan penelitian ini antara lain : 1. Bagi mahasiswa : Meningkatkan kemampuan dalam membaca sebuah masalah yang terjadi di masyarakat, maupun lingkungan sekitar. Dengan mampunya membaca masalah yang ada, kemudian dihubungkan menjadi sebuah ide hasilnya dapat berupa sebuah solusi yang berguna untuk menyelesaikan permasalahan yang di ambil. 2. Bagi pengguna : Dapat bermanfaat sebagai sarana yang membantu pengguna dalam melakukan kegiatan eliminasi di kamar mandi dengan aman dari resiko kecelakaan sehingga menjadi lebih mudah 5
1.5 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam proses penelitian dan perancangan sarana kegiatan eliminasi untuk penyandang difabel kaki meliputi beberapa hal yaitu : a. Jenis Penelitian Dalam penelitian mengenai perancangan sarana kegiatan eliminasi untuk penyandang difabel kaki ini menggunakan penelitian survei deskriptif. Subjek dalam penelitian dan perancangan yang dilakukan ialah penyandang difabel kaki dan dalam hal ini terfokus pada kegiatan eliminasi yang dilakukan oleh para penyandang difabel kaki di lingkungan yang berada dalam satu tempat yang digunakan sebagai studi kasus penelitian. Analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi komparatif. Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 2011 : 54). Survei deskriptif kemudian digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi tertentu di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun sebuah perencanaan perbaikan terhadap masalah yang terjadi dalam kegiatan atau aktivitas eliminasi penyandang difabel kaki. Studi komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. (Moh. Nazir, 2011 : 54). 6
b. Lokasi Penelitian Adanya lokasi penelitian bertujuan untuk membatasi ruang lingkup penelitian tersebut. Adapun lokasi penelitian yang dijadikan dalam perancangan fasilitas kegiatan eliminasi penyandang difabel kaki adalah rumah tinggal penyandang difabel dimana lokasi tersebut adalah lokasi yang dipilih sebagai studi kasus pada penelitian. c. Cara Pengumpulan Data Dalam hal ini cara pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Observasi Langsung Pengamatan langsung atau melalui observasi adalah metode dimana data dikumpulkan dengan pengamatan secara langsung, pencatatan, serta peninjauan langsung terhadap subjek. Pengamatan data secara langsung ini dilaksanakan terhadap subjek sebagaimana adanya dilapangan. 2. Wawancara Pada teknik pengumpulan data ini, informasi serta keterangan dalam proses pengumpulan data diperoleh langsung dari responden yang memiliki relevansi mengenai penelitian dan perencanaan yang dibahas. Pelaksanaannya dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian secara langsung. 3. Angket / Kuisoner Daftar pertanyaan yang diberikan kepada beberapa responden yaitu penyandang difabel kaki, kepada masyarakat, serta ahli yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Penyebaran sejumlah pertanyaan yang sering disebutkan dengan nama angket 7
atau kuisoner. Penyebaran angket baik berupa jenis angket atau kusioner terbuka dan tertutup yang dilakukan yaitu dengan penyebaran melalui beberapa responden yang telah disebutkan sebelumnya dan kemudian hasil penyebaran angket atau kuesioner tersebut dianalisa kembali untuk memperoleh data lapangan sebagai gambaran pada proses perancangan. 4. Data Literatur Teknik pengumpulan data berikutnya yaitu melalui data literatur dari berbagai buku yang berhubungan dengan penelitian dan perancangan mengenai sarana penunjang untuk membantu kegiatan eliminasi bagi penyandang difabel kaki, seperti buku mengenai difabel, proses eliminasi, perancangan produk, ergonomi, dan lain sebagainya. Selain itu studi literatur juga dapat diperoleh dari jurnal, artikel pada media cetak maupun media online yang berhubungan dengan permasalahanpermasalahan pada kegiatan eliminasi bagi penyandang difabel kaki. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada perancangan ini adalah : 1. Bab I Pendahuluan Berisi tentang bagian awal dan gambaran awal penelitian perancangan sarana bantu kegiatan mandi untuk penyandang difabel yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori/ perancangan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 8
2. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi penjelasan tentang tinjauan teoritis dan empiris yang dilakukan berdasarkan sumber yang valid yang dituangkan dalam beberapa bagian sesuai dengan keperluan. 3. Bab III Analisis Aspek Desain Berisi data yang didapat dari masalah desain, kemudian dalam prosesnya melakukan pertimbangan desain dari gagasan awal ke gagasan akhir. Juga berisi tentang konsep, proses dan visualisasi karya yang akan dilakukan. 4. Bab IV Konsep Perancangan Berisi visualisasi karya yang akan dilakukan. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan perancangan atau hasil penelitian sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian. 1.7 Tahapan Perancangan Tahapan perancangan yang akan dilakukan pada penelitian Perancangan Sarana Bantu Kegiatan Eliminasi Bagi Penyandang Difabel Kaki ini adalah sebagai berikut : 9
Tabel 1.1 Tabel tahap perancangan NO TAHAPAN TUJUAN STRATEGI LOKASI 1 Latar Belakang Masalah Menentukan fenomena yang akan diangkat sebagai topik perancangan tugas akhir Menemukan Masalah atau Urgesi yang perlu untuk di selesaikan. Mengetahui tujuan dilakukannya perancangan maupun tujuan penyempurnaan solusi yang telah ada sebelumnya. Menentukan ruang lingkup masalah Observasi tentang permasalahan yang akan di angkat. Pengumpulan data literatur serta lapangan tentang kegiatan eliminasi, sarana eliminasi, serta permasalahan yang ada tentang kegiatan eliminasi pada penyandang difabel. Rumah Tinggal penyandang difabel Bandung Independent Living Center Sekolah YPAC Bandung 2 Data Literatur ( Pustaka ) Mencari serta menemukan informasi atau data yang valid untuk mendukung penelitian Pencarian data yang sesuai dari berbagai sumber artikel, buku, berita, dan lainnya mengenai difabel, tuna daksa, toilet aksesibel, proses eliminasi serta data tentang perancangan produk. 3 Data Lapangan Mencari dan menemukan data yang ada di lapangan yang valid untuk mendukung penelitian Mengetahui secara nyata kondisi Yang berada di lapangan. Melakukan survey atau pengambilan data melalui pengamatan langsung yang dibuktikan dengan dokumentasi. Wawancara dan penyebaran kuisoner kepada pihak yang terkait dengan permasalahan yang akan diselesaikan Penyandang Difabel. Anggota Bandung Independent Living Center Murid, Orang tua murid serta guru pada Sekolah YPAC Bandung 10
4 Proses Desain Merancang sebuah desain yang sesuai dengan masalah yang telah ditemukan dalam penelitian. Merancang dan menentukan sistem dari alat / sarana tersebut Studi mengenai desain rancangan Membuat alternatif desain agar sarana atau alat sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan. 5 Pembuatan Model 6 Pembuatan Prototipe Mengaplikasikan rancangan menjadi sebuah model Mereview hasil pembuatan model Menentukan model yang akan di buat prototipe. Proses produksi hasil perancangan akhir menjadi prototipe Pengujian prototipe sesuai dengan rancangan Membuat studi model Melakukan eksperimen Meneliti kelebihan serta kekurangan model yang telah dibuat Memasuki proses produksi Melakukan eksperimen, uji coba serta perbaikan. 7 Kesimpulan Membuat kesimpulan akhir dari penelitian dan perancangan yang telah dilakukan. Memberikan saran sebagai penyempurnaan di penelitian selanjutnya mengevaluasi proses penelitian dan perancangan Tabel 1.1 Tabel tahap perancangan (Lanjutan) (Sumber : Data Penulis, 2015) 11