I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelompok usia lain dan diperkirakan pada tahun 2015 populasi lanjut usia di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan khususnya pembangunan dalam bidang kependudukan, keluarga

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia mengalami peningkatan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. umum dari tujuan nasional, yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT: Pelbagai Survei FKG UGM. Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG-UGM

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami peningkatan populasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember 2 Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian berdampak kepada peningkatan proporsi lanjut. adalah suatu proses menghilangnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 2. September 2014

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

Status jaringan periodontal dan kebutuhan perawatan jaringan periodontal pada manula Suku Bugis dan Suku Mandar

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di samping penyakit gigi dan mulut lainnya. Hasil survei penyakit

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan, selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh yang akhirnya mempengaruhi kemampuan fisik secara keseluruhan (Sudirman, 2011). Lansia (lanjut usia) umumnya digunakan untuk pria dan wanita yang telah berusia lanjut. Berdasarkan pengertian secara umum, seseorang disebut lansia apabila berkisar antara 60-65 tahun (Saptorini, 2011). Menurut WHO (1989) dalam Maryam (2010), batasan lansia adalah kelompok usia 45-59 tahun sebagai usia pertengahan (middle/ young elderly), usia 60-74 tahun disebut lansia (ederly), usia 75-90 tahun disebut tua (old), usia diatas 90 tahun disebut sangat tua (very old). Menurut Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Batasan lanjut usia di Indonesia adalah 60 tahun keatas, 1

hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) bertambah lebih cepat dibandingkan kelompok usia lain. Tahun 2011, United Nations Development Programme (UNDP) mencatat bahwa usia harapan hidup penduduk Indonesia telah mencapai 69,4 tahun, sedangkan menurut CIA World Factbook telah mencapai 70,7 tahun. Tahun 2020 dinyatakan oleh WHO bahwa peningkatan jumlah lansia di Indonesia akan terus mengalami kenaikan yang sangat besar, diperkirakan jumlah lansia akan mencapai 11,34% dari jumlah penduduk yang ada atau sekitar 28,8 juta jiwa. Populasi penduduk lansia meningkat seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia. Hal ini akan menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak negara berpopulasi lansia setelah Cina, India dan Amerika. Hal ini merupakan tantangan kepada para perencana kebijakan kesehatan dan sosial, karena pada lansia banyak dijumpai penyakit-penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker dan diabetes. Penyakit kronik dan ketidakmampuan (disability) pada lansia banyak terjadi di negara berkembang dan dapat dikurangi dengan upaya health promotion untuk meningkatkan kualitas hidup (Sari dkk., 2014 ). Lansia mengalami proses penuaan secara biologis yang berlangsung terusmenerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik dan semakin rentan terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Peningkatan persentase pasien lansia menyebabkan pentingnya menilai jumlah perawatan yang diperlukan sebagai strategi pencegahan dan interseptif untuk mengurangi beban penyakit 2

(Sharma et al., 2012). Penuaan merupakan suatu fenomena alami yang terjadi di seluruh dunia. Proses penuaan akan menimbulkan berbagai masalah fisik-biologik, psikologik dan sosial. Proses menua dipengaruhi oleh penyakit-penyakit degeneratif, kondisi lingkungan serta gaya hidup seseorang yang akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang berlangsung secara bertahap pada berbagai organ tubuh dan perubahan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan, termasuk penyakit jaringan periodontal pada rongga mulut. Sekitar 40% para lanjut usia mengeluh tentang mulut kering, massa otot-otot mastikasi mengecil, yang berpengaruh pada kekuatan mengunyah, gigi banyak yang hilang mengakibatkan gangguan proses komunikasi dan gangguan estetik (Prawiro, 2012). Perubahan jaringan periodontal yang terjadi akibat proses penuaan apabila tidak dicegah menyebabkan penyakit periodontal semakin parah (Lumentut dkk., 2013). Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit kronis yang ditandai adanya peradangan jaringan periodontal. Penyakit periodontal banyak terlihat pada orang tua yang disebabkan karena kontak yang terlalu lama. Penyakit periodontal yang terdapat pada lansia dengan faktor resiko berupa periodontitis. Periodontitis akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada tulang alveolar yang mengakibatkan terlepasnya gigi dari soketnya (Sari dkk., 2014). Hasil penelitian Sari dkk., (2014) lansia di panti sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dengan kelompok umur 65 tahun ke atas mengalami kehilangan seluruh gigi mencapai 17,6%, jauh di atas target WHO (2010) yaitu 5%. 3

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau RISKESDAS (2013), penduduk Indonesia mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 25,9%, di antara masalah gigi dan mulut tersebut adalah karies dan penyakit periodontal. Karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama kehilangan gigi lansia di Indonesia (Indirawati et al., 2015). Penyakit periodontal juga merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit ini sebagai sesuatu yang tidak dapat dicegah. Penyakit periodontal lambat laun akan mengalami perkembangan yang semakin parah, sehingga jika tidak dilakukan perawatan akan menyebabkan kehilangan gigi (Ratmini et al., 2011). Usia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya penyakit periodontal. Penelitian di India terhadap kelompok lansia berusia lebih dari 70 tahun, 86% di antaranya mengalami moderate periodontitis dan 25% di antaranya mengalami kehilangan gigi (Koshi et al., 2012). Prevalensi dan tingkat keparahan penyakit periodontal meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan degeneratif jaringan terkait proses penuaan dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit periodontal. Attachment loss dan bone loss terjadi akibat seringnya terpapar faktor resiko lainnya selama hidup. Perubahan-perubahan terkait proses penuaan seperti pemakaian obat, penurunan fungsi imun dan perubahan status nutrisi serta faktor-faktor resiko lainnya juga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit periodontal (Sari dkk., 2014 ). Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta merupakan salah satu panti yang dimiliki pemerintah kota Solo. Panti tersebut merupakan satu-satunya panti yang 4

berfungsi sebagai tempat penampungan para lanjut usia (lansia). Panti Wredha Dharma Kota Surakarta mempunyai kapasitas untuk 100 orang dan saat ini telah terisi sebanyak 95 orang lansia yang merupakan penduduk kota Solo. Survei awal lansia di Panti Wredha Dharma Kota Surakarta didapatkan sejak berdirinya panti tahun 1977 tidak pernah ada usaha promotif, preventif dan kuratif (CPITN) untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut lansia di panti tersebut (Panti Wredha, 2015). Berdasarkan uraian tersebut mendorong penulis mengadakan penelitian untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan periodontal berdasarkan Community Periodontal Index of Treatmen Needs (CPITN) khususnya pada lansia di panti Wredha Dharma Bhakti kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan periodontal pada lansia di panti Wredha Dharma Bhakti kota Surakarta tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui tingkat kebutuhan perawatan periodontal pada lansia berdasarkan indeks CPITN di panti Wredha Dharma Bhakti kota Surakarta. 2. Tujuan Khusus Mengetahui skor Community Periodonyal Index of Treatmen Needs (CPITN) lansia di Wredha Dharma Bhakti kota Surakarta. 5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan tentang kebutuhan perawatan periodontal pada lansia berdasarkan indeks CPITN di panti Wredha Dharma Bhakti kota Surakarta. 2. Manfaat Praktis a. Kedokteran gigi 1) Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi ilmiah mengenai kebutuhan perawatan periodontal pada lansia di panti Wredha Dharma Bakti Surakata. 2) Memberi tambahan informasi bagi dokter gigi tentang kebutuhan perawatan periodontal pada lansia berdasarkan indeks CPITN di panti Wredha Dharma Bhakti kota Surakarta. 3) Memberi tambahan informasi bagi dokter gigi dalam memberikan prosedur perawatan yang tepat dan keseluruhan khususnya pada jaringan periodontal di panti Wredha Dharma Bhakti kota Surakarta. b. Masyarakat Memberikan tambahan pengetahuan bagi lansia mengenai penyakit periodontal serta kebutuhan perawatan penyakit periodontal. 6

E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian No Judul Pengarang Hasil 1 Poket periodontal pada lanjut usia di posyandu lansia kelurahan Wonosari, kota Semarang 2 Gambaran kebutuhan perawatan Kriswiharsi Kun Saptorini (2011) Debby J. Suhanda, Damajanti H.C. pangenaman dan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi umur, semakin dalam poket periodontal. Lanjut usia berumur >65 tahun mempunyai resiko 6 kali lebih tinggi mempunyai poket periodontal 4-5 mm dibanding usia 60-65 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran kebutuhan periodontal pada Juliarti (2015). perawatan pada perokok di perokok di desa Matungkas, kecamatan Dimembe desa Matungkas, kecamatan Dimembe yaitu kebutuhan perawatan berdasarkan jumlah rokok dan lama merokok yang paling banyak ditemukan ialah tipe pelayanan II dengan 7

3 Status periodontal Reyna Agnes kebutuhan perawatan perbaikan OHIS disertai scalling. Penelitian ini menunjukkan dan kebutuhan Nastassia Lumentut, bahwa status periodontal perawatan pada usia lanjut Paulina N. Gunawan, Christy N. Mintjelungan (2013) pada usia lanjut paling banyak mengalami keparahan penyakit periodontal pada skor 2 dan skor 3 yaitu 18 orang (43,90%). Kebutuhan perawatan jaringan periodontal secara menyeluruh pada usia lanjut di desa Ratatotok Muara yaitu instruksi menjaga oral hygiene personal, membutuhkan perawatan pembersihan gigi seperti penyikatan gigi personal. 8

4 Hubungan Ratih Larasati Banyak yang beranggapan, kebersihan mulut (2012) termasuk di kalangan dengan penyakit kesehatan, efek merusak dari sistemik dan usia harapan hidup penyakit gigi hanya terbatas pada gigi dan gusi. Bahkan, ada sebagian masyarakat memandang remeh karena penyakit gigi tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pemahaman tersebut terbentuk karena kebanyakan orang cenderung berfikir bahwa mulut bukan bagian dari tubuh. 5 Hubungan Ratmini, Arifin Adanya pro dan kontra, yang kesehatan mulut (2011). mana pendapat satu dengan kualitas mengatakan bahwa hidup lansia. permasalahan kesehatan oral yang serius menurunkan kualitas hidup para pasien, sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap lansia, didapatkan tidak ada 9

hubungan yang bermakna secara statistik antara kesehatan mulut lansia dengan kualitas hidup, karena lansia mengangap kesehatan mulutnya yang buruk adalah wajar sehubungan dengan usianya. Berdasarkan informasi yang diperoleh, telah banyak dilakukan penelitian tentang kebutuhan perawatan periodontal, namun belum pernah dilakukan penelitian tentang kebutuhan perawatan periodontal yang dilakukan di panti Werdha Dharma Bhakti kota Surakarta. 10