BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming adalah peningkatan suhu rata-rata harian yaitu setidaknya 0,74 C pertahun selama dua dekade terakhir dengan dampak yang paling terasa adalah di daratan (UNEP, 2007). Selain itu krisis energi juga menjadi topik yang menarik perhatian mengingat kondisi persediaan unrenewable resource (energi tak terbaharui) yang semakin lama semakin menipis. Berdasarkan data dari World Green Building Council, di seluruh dunia, bangunan gedung setidaknya menyumbangkan 33% emisi CO2, mengkonsumsi 17% air bersih, 25% produk kayu, 30-40% penggunaan bahan mentah dan 40-50% penggunaan energi untuk pembangunan dan operasionalnya. Krishan (2001) mengemukakan bahwa jika dilihat komposisi penggunaan energi pada bangunan menurut sektor kegiatan, maka prosentase terbesar penggunaan energi adalah untuk kegiatan operasional (45%), selebihnya adalah untuk kegiatan industri (20%), transportasi (20%), proses konstruksi (5%), dan penggunaan lain-lain sebesar 10%. Pemanfaatan energi dalam operasional bangunan ini secara spesifik adalah untuk pemanasan, pendinginan dan pencahayaan bangunan, lihat Gambar 1.1. Pada industri konstruksi, beberapa data dan fakta tersebut memicu dikembangkannya sebuah konsep baru berupa aplikasi teknologi konstruksi yang ramah lingkungan dan lebih sadar energi. Gambar 1.1 Komposisi penggunaan energi menurut sektor kegiatan. (Sumber: Krishan, 2001) 1
Konsep efisiensi energi pada bangunan mewujud dalam proses konstruksi yang disebut green construction dengan produk utamanya yang disebut dengan green building. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan dan merupakan perwujudan satu kesatuan sistem hemat energi yang berlandaskan pada wacana optimasi dan efisiensi penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya. Konsep green building yang lazim diangkat adalah optimalisasi tingkat konsumsi energi yang mewujud dalam tata kelola energi listrik, sistem penghawaan, sistem tata cahaya, pengelolaan sumber daya air, pemilihan material daur ulang yang ramah lingkungan, serta sinergi antara metode pasif dan aktif pada aplikasi instrumen hemat energi. Konsep green building dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kerusakan lingkungan, meminimalkan emisi karbon sebagai penyebab utama global warming, dan meminimalkan serta mengatasi krisis energi yang muncul sebagai dampak dari pesatnya industrialisasi pada berbagai bidang, termasuk pada sektor konstruksi. Dalam mendukung dan mensosialisasikan penyelenggaraan bangunan dengan konsep green construction dan green building tersebut, telah dibentuk suatu lembaga independen yang disebut Green Building Council Indonesia (GBCI). Pada tahun 2010, GBCI telah mempublikasikan sistem rating yang disebut Greenship sebagai kriteria penilaian bagi seluruh bangunan gedung untuk menentukan peringkat dan sertifikasinya. Selain itu, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum juga telah merintis suatu pilot project green building di Indonesia dengan pembangunan Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2010. Namun demikian, proses audit dan sertifikasi pada bangunan gedung baik itu bangunan gedung dengan konsep green building maupun bangunan gedung konvensional masih belum banyak dilakukan. Belum banyak diketahui sejauh mana penerapan konsep green building pada bangunan-bangunan gedung di Indonesia. Meskipun sosialisasi dan diseminasi mengenai green building telah dilakukan dengan berbagai cara, namun belum pernah dilakukan suatu analisis perbandingan antara bangunan gedung green building dan bangunan gedung konvensional yang akan memperjelas persepsi masyarakat tentang green building 2
dan menumbuhkan kesadaran konstruktif untuk melakukan konservasi dan efisiensi terutama dalam kaitannya dengan konsumsi energi pada bangunan gedung. Penelitian ini mengangkat suatu analisis perbandingan konsumsi energi pada bangunan gedung dengan konsep green building dengan studi kasus Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan salah satu bangunan gedung non green building atau bangunan gedung konvensional yaitu Gedung Operasional Utama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum sebagai green building sudah benar-benar menerapkan konsep efisiensi energi pada kegiatan operasional dan pemeliharaannya? 2. Apakah Gedung Operasional Utama BMKG, sebagai bangunan konvensional sudah menerapkan konsep efisiensi energi pada kegiatan operasional dan pemeliharaannya? 3. Sejauh mana perbedaan tingkat konsumsi energi pada kegiatan operasional dan pemeliharaan Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Gedung Operasional Utama BMKG? 4. Sejauh mana perbedaan komponen biaya yang dikeluarkan pada bangunan Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Gedung Operasional Utama BMKG? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui sejauh mana penerapan efisiensi energi pada kegiatan operasional dan pemeliharaan Gedung Utama Kementerian PU dan Gedung Operasional BMKG. 2. Mengetahui tingkat perbedaan konsumsi energi antara bangunan gedung dengan konsep green building (Gedung Utama Kementerian PU) dan bangunan gedung konvensional (Gedung BMKG). 3
3. Mengetahui penerapan beberapa variabel utama efisiensi energi yaitu; pengaturan suhu dan kelembaban relatif udara, nilai OTTV dan RTTV, Intensitas Konsumsi Energi (IKE), dan intensitas konsumsi air. 4. Mengetahui dan melakukan analisis sederhana komponen biaya (lifecycle cost) yang dikeluarkan pada bangunan Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Gedung Operasional Utama BMKG. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya secara internal yaitu institusi Kementerian Pekerjaan Umum dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, dalam hal pengelolaan sarana prasarana berupa bangunan gedung agar tercapai suatu kaidah efisiensi energi pada kegiatan operasional dan pemeliharaannya. Bagi dunia pendidikan dan industri konstruksi pada umumnya diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap kriteria dan aplikasi konsep green building, prosedur evaluasi tingkat konsumsi energi dan kaidah efisiensi energi pada kegiatan operasional dan pemeliharaan bangunan gedung. 1.5 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis perbandingan dan evaluasi tingkat konsumsi energi dibatasi pada kegiatan operasional dan pemeliharaan Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Gedung Operasional Utama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2. Analisis penerapan kriteria green building yang diterbitkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) terutama Energy Efficiency & Conservation (EEC), Water Conservation (WAC), dan Indoor Health & Comfort (IHC) terhadap 4 variabel utama efisiensi energi yaitu; suhu dan kelembaban relatif udara, perhitungan nilai OTTV dan RTTV perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE), dan konsumsi air. 4
3. Konsumsi energi yang dievaluasi meliputi energi yang digunakan pada; sistem kelistrikan (pencahayaan, penghawaan/hvac, dan beban-beban lain) serta penggunaan dan pemanfaatan sumber daya air. 4. Perbandingan sederhana komponen biaya life cycle cost (kecuali replacement cost) pada kegiatan operasional dan pemeliharaan bangunan gedung dengan konsep green building (Gedung Utama Kementerian PU) dan bangunan gedung konvensional (Gedung BMKG). 1.6 Keaslian Penelitian Sudah cukup banyak penelitian yang mengkaji tentang penerapan konsep green building dan analisis konsumsi energi pada gedung konvensional, namun masih jarang yang membandingkan atau mengkaitkan antara keduanya, sehingga dapat dipastikan orisinalitas dari penelitian ini. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang bisa dijadikan acuan dan memiliki keterkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Andana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Penilaian Kriteria Green Building Pada Gedung Teknik Sipil ITS melakukan analisa deskriptif dengan melakukan scoring untuk mengetahui sejauh mana penerapan kriteria green building pada suatu bangunan. Hasil yang didapatkan dianalisa dengan metode mean dan standar deviasi untuk menentukan kriteria yang dianggap paling utama. Penelitian ini hanya sampai pada kesimpulan bahwa tingkat rating/sertifikasi green building, belum pada aspek perbandingan antara bangunan green building dan bangunan konvensional. Firsani (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Life Cycle Cost pada Green Building Diamond Building Malaysia. Penelitian tersebut mengkaji faktor biaya yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan suatu bangunan yang menerapkan konsep green building. Meskipun sudah mengkaji konsep-konsep green building pada bangunan, namun penelitian tersebut masih menitik beratkan pada aspek biaya saja, dan belum membandingkan aspek biaya tersebut secara lebih detail dengan bangunan konvensional. 5
Marzuki (2012) dengan judul penelitian Audit Energi pada Bangunan Gedung Direksi PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) melakukan analisis konsumsi energi pada suatu bangunan gedung melalui audit energi menyeluruh pada sebuah bangunan gedung. Dalam audit tersebut dikaji secara menyeluruh mengenai perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) baik itu, IKE Gross, maupun IKE Netto, tetapi tidak membandingkannya dengan konsumsi energi pada bangunan green building. Primo (2011) melakukan penelitian dengan judul Optimasi Pemakaian Energi pada Bangunan Kantor Eksisting dengan Bantuan Software Energyplus Dan GenOpt Mengacu pada Standar Green Building Indonesia. Penelitian ini mengkaji efisiensi konsumsi energi dan audit energi pada suatu bangunan dengan bantuan software khusus/software simulasi yaitu Energy-Plus dan Gen-Opt yang memiliki beberapa keunggulan dibanding software simulasi energi lainnya. Dari hasil simulasi tersebut diketahui bahwa dengan menggunakan sistem tersebut, tercapai sistem energi yang lebih efisien Penelitian tersebut tidak melakukan analisis perbandingan terhadap 2 (dua) atau lebih bangunan gedung akan tetapi hanya memfokuskan pada 1 (satu) bangunan gedung saja. 6