PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS VIIK SMP NEGERI 1 NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN MENYUNTING KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XD SMA NEGERI 1 SELEMADEG

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 KUBU

PEMANFAATAN VIDEO KARTUN ANIMASI BANG ONE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS OPINI SISWA KELAS XI IPB 1 DI SMA NEGERI 1 UBUD

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUNTING PARAGRAF ARGUMENTATIF DARI SEGI BAHASA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS X.4 SMA SARASWATI SERIRIT

PENERAPAN PEMBELAJARAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS VIII 1 SMP NEGERI 4 TEJAKULA

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

PEMANFAATAN OBJEK LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI SISWA KELAS XD SMA NEGERI 1 KINTAMANI

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI TENTANG PENGALAMAN LIBUR SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BERMANI ILIR KABUPATEN KEPAHIANG

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

Keywords: REIS techniques and storytelling abilities.

oleh Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL CIRCUIT LEARNING DI KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN BANTUL ARTIKEL JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

e-journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS TANGGAPAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMPN I WAY JEPARA

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE I AM THE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA MAS

PENERAPAN TEKNIK MENULIS FIKSI MINI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG SISWA KELAS VII SMP 26 SAROLANGUN

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA DENGAN BERBAGAI KALANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUTIARA SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA TELUK BETUNG. Oleh

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA JURNAL

PENGGUNAAN MEDIA BROSUR PERJALANAN WISATA SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS VII SMPN 13 BANDARLAMPUNG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN FILM PENDEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 GEROKGAK

BAB III METODE PENELITIAN

FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN JURNAL ILMIAH

OLEH NI WAYAN SRI DAMAYANTI NIM

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG

PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TUMIJAJAR. Oleh

PENERAPAN METODE FIELD TRIP SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA DI KELAS VII A.3 SMP NEGERI 1 SINGARAJA

KETERAMPILAN MEMBACA TEKS DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 30 PADANG ARTIKEL MIA JULITA SARI NPM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 SIJUNJUNG DENGAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA JURNAL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN/RESENSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KOTAGAJAH. Oleh

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PARIAMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

THE ABILITY OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP DAREL HIKMAH PEKANBARU IN READING SEQUENCES AND READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

PENGGUNAAN VIDEO MONOLOG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 4 GEROKGAK. oleh

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2014 ISSN

Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumber Jaya Lampung Barat

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh Yayan Antono

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

PENINGKATAN MENARASIKAN TEKS WAWANCARA DENGAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VII.4 SMPN 6 BUKITTINGGI

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kurikulum 2013 tercatat sebagai perubahan ketiga selama era politik

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

Oleh Warniatul Ulfah ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

Mardhatillah 1 *, Nora Akmalia 2.

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG

ARTIKEL PENGARUH METODE COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS X SMA NUSANTARA LUBUKPAKAM T.

Pertama Diterima: 27 April 2017 Bukti Akhir Diterima: 06 Mei 2017

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X

Oleh. Ni Putu Aryani Utami, NIM

KESESUAIAN ISI DAN BAHASA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VIII TERBITAN KEMDIKBUD. Oleh

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Transkripsi:

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS VIIK SMP NEGERI 1 NEGARA Ni Made Mita Anggraeyani 1, I Made Sutama 2, I Gede Nurjaya 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: mitaanggrae035@gmail.com, imadesutamaubd@gmail.com, gedenurjaya@gmail.com ABSTRAK Penelitian Deskriptif ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan teknik pemodelan, (2) mendeskripsikan prestasi siswa dalam menulis cerpen dengan penerapan teknik pemodelan, (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara yang berjumlah 36 siswa. Objek penelitian ini adalah penerapan teknik pemodelan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode angket/kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) terdapat 17 langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh guru dalam menerapkan teknik pemodelan. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh adalah (a) orientasi cerpen, (b) analisis struktur cerpen, (c) menganalisis model cerpen, (d) menulis cerpen, (e) mempresentasikan produk cerpen, dan (f) merivisi produk cerpen, (2) siswa memperoleh prestasi yang baik karena diterapkannya teknik pemodelan, dan (3) siswa memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen. Kata kunci: teknik pemodelan, menulis, cerpen, respons. ABSTRACT The aims of this descriptive study are (1) to describe the proper steps in implementing modeling technique, (2) to describe students achievements on writing short story by the implementation of modeling technique, (3) to describe students responses to the implementation of modeling technique. The subjects of this study are the teacher and a class of students in VIIK class, which consists of 36 students, at SMP Negeri 1 Negara. The object of this study is the implementation of modeling technique. The method of collecting the data used in this study are observation, test, and questionnaire method. The data is analyzed by the descriptive qualitative and descriptive quantitative techniques. The result of this study are (1) there are 17 learning steps used by the teacher in implementing modeling technique. In general, the learning steps which used are (a) short story orientation, (b) the analysis of short story structure, (c) analyzing short story model, (d) writing short story, (e) presenting short story

product, and (f) revising short story product, (2) the students obtain good achievement caused by the implementation of modeling technique, and (3) the students give very positive responses to the implementation of modeling technique in writing short story learning. Keyword: modeling technique, writing, short story, responses. PENDAHULUAN Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan manusia untuk saling berhubungan dengan satu sama lain. Oleh karena itu, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis, manusia harus mampu menguasai empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tersebut meliputi (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis (Tarigan, 1986: 1). Keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya adalah satu kesatuan dan memiliki peranan yang sama penting dalam berkomunikasi. Satu di antara empat keterampilan berbahasa yang penting dikuasi, khususnya oleh siswa, adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis. Melalui keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitasnya dan dapat menggunakan bahasa untuk menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Menulis sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa dan bersastra, memiliki kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh keterampilan menulis. Selain dapat memudahkan siswa berpikir secara kritis, menulis juga dapat digunakan siswa untuk mengomunikasikan perasaan, pendapat, dan pengalaman kepada orang lain. Nurgiyantoro (2001: 294) menyatakan bahwa dibanding keterampilan lain, kemampuan menulis lebih dikuasai oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam menulis diperlukan keterampilan penguasaan terhadap unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Unsur bahasa maupun konten harus terjalin dengan baik agar dapat menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Sejalan dengan pendapat itu, Kartono (2009) menyatakan, Menulis merupakan sebuah aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimat-kalimat, melainkan lebih daripada itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikan kepada khalayak. Dengan demikian, perlu dilakukan pembinaan yang intensif terhadap kemampuan menulis dengan tidak mengabaikan aspek bahasa lain. Keterampilan menulis dapat dicurahkan ke dalam dua bentuk, yakni menulis sastra dan menulis nonsastra. Salah satu contoh keterampilan menulis sastra adalah menulis cerpen. Sumardjo (2001:84) berpendapat bahwa menulis cerita pendek adalah seni/keterampilan menyajikan cerita. Dawud (2004:49) menyatakan bahwa cerpen merupakan jenis karangan yang berisi suatu cerita, pada umumnya cerpen ditujukan untuk menggerakkan aspek emosi dengan cerita pembaca dapat membentuk citraan atau imajinasi dalam benaknya. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan seni/keterampilan menyajikan suatu cerita yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran ke dalam bentuk tulisan. Untuk dapat menghasilkan cerita pendek yang baik, ada beberapa hal yang harus dikuasai seorang penulis untuk bisa

menulis adalah dari segi kebahasaannya. Persyaratan ini meliputi penguasaan ejaan bahasa Indonesia, diksi (pilihan kata), dan kalimat. Dengan demikian, untuk dapat menulis dengan baik khususnya dari segi kebahasaan, siswa mutlak memerlukan pengetahuan tentang ejaan, diksi, dan kalimat dalam bahasa Indonesia. Dari hasil kegiatan inilah, kemampuan siswa dapat diketahui dalam penguasaan ejaan, diksi, tata bahasa siswa, serta hambatanhambatan siswa dalam menulis cerpen. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan menulis akan semakin penting karena kegiatan ini dapat dijadikan salah satu cara untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai ejaan,diksi, dan tata bahasa. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 1 Negara, informasi yang didapat dari salah satu guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara yakni Ni Putu Wati Ningsih, S.Pd. adalah ada dua penyebab yang sangat berpengaruh terhadap hasil tulisan siswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa mengenai (1) ejaan yang disempurnakan (EyD) dan (2) kurangnya contoh dari guru cara menulis yang benar. Menyadari permasalahan tersebut, kepiawaian seorang guru sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Mengingat kompleksnya pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki seorang penulis yang baik, dalam pembelajaran, guru dituntut untuk memilih teknik yang dapat mengarahkan siswa memperoleh pengetahuan sekaligus keterampilan menulis. Dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis khususnya menulis cerpen, akhirnya guru menerapkan sebuah teknik sebagai alternatif. Salah satu teknik sebagai alternatif yang digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen adalah teknik pemodelan. Upaya penerapan teknik pemodelan dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen sangat efektif dilaksanakan. Pemodelan dapat diartikan sebagai upaya pemberian contoh (model) yang berkaitan dengan materi dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa (Nuryatin, 2010:34). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Nurhadi (2004:16) mengungkapkan bahwa teknik pemodelan merupakan pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu dengan menggunakan contoh (model) yang bisa ditiru. Dengan demikian, siswa akan belajar melalui contoh (model) yang diberikan oleh guru. Dalam teknik ini guru menyiapkan contoh (model) tulisan yang dapat ditiru oleh siswa dalam menulis cerpen yang baik dan benar, mengingat tujuan dari teknik pemodelan itu sendiri adalah untuk mendorong terjadinya proses belajar pada diri sendiri. Dalam penerapan teknik pemodelan ini, siswa akan dapat membangun pengetahuannya sendiri dari contoh (model) yang diberikan oleh guru. Tentunya siswa akan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari contoh (model) untuk dapat menulis dengan benar. Pemberian model dapat dilakukan dengan memberikan sebuah contoh cerpen untuk ditiru, bukan kata demi kata atau kalimat demi kalimat, tetapi cara atau teknik pengembangan paragrafnya. Dalam hal ini, teknik pemodelan berangkat dari pemberian contoh (model) tulisan, membaca teks model, menganalisis teks model, dan berlatih menulis dengan meniru konstruksi teks model. Dengan demikian, guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, melainkan siswa lebih aktif untuk mengembangkan pengetahuannya sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa itu sendiri. Penerapan teknik pemodelan ini membuat siswa memperoleh contoh tulisan cerpen yang benar. Melalui teknik ini pula siswa dapat membangun pengetahuannya tentang cara menulis yang benar. Siswa diajak secara aktif untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen maupun pengembangan paragraf. Selain itu, keberadaan teks model juga membantu mengurangi kesulitan siswa dalam menuangkan gagasannya menjadi sebuah tulisan yang runtut dan padu. Oleh karena itu, siswa akan menjadi lebih terampil dalam menulis khususnya menulis cerpen. Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasikan cara guru

menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan yang diinginkan guru agar dilakukan oleh siswanya. Rusman (2010:208) mengemukakan bahwa adanya teknik pemodelan ini dilatarbelakangi oleh permasalahan-permasalahan seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan siswa semakin berkembang dan beraneka. Ini sebabnya dikatakan bahwa guru tidak lagi satusatunya sumber belajar bagi siswa karena teknik pemodelan juga dapat membantu dalam mengatasi keterbatasan yang dimiliki guru. Dengan adanya model, akan mempermudah para administrator apabila menemukan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan terasa adanya ketidakefektifan dan ketidakproduktifan. Walaupun banyak kegunaan suatu model, Rosiadi (2012:4) mengemukakan bahwa terdapat kelemahan dalam penggunaan teknik pemodelan, yaitu dapat menjadikan seseorang kurang berinisiatif dalam mengkreasikan kegiatan-kegiatan. Dipilihnya SMP Negeri 1 Negara sebagai tempat penelitian karena berdasarkan observasi awal dan wawancara yang dilakukan di sekolah tersebut, terlihat keberhasilan guru bahasa Indonesia menerapkan teknik pemodelan dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa. Hal ini terlihat dari kemauan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kemampuan siswa dalam memahami teks model yang diberikan oleh guru juga disertai nilai dan hasil tulisan yang maksimal. Diperoleh informasi bahwa 38 siswa di kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara mendapat skor sesuai KKM yaitu 78. Itu menandakan bahwa ketuntasan pembelajaran menulis cerpen telah tercapai. Berdasarkan hal itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara sudah baik. Harapan peneliti setelah dilaksanakannya penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada peneliti dan peneliti lain berupa cara mengimplementasikan teknik pemodelan saat pembelajaran berlangsung. Ada dua penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain terkait dengan penerapan teknik pemodelan. Penelitian pertama, yakni Penerapan Teknik Pemodelan untuk Meningkatkan Kemampuan Menyunting Karangan Argumentasi Siswa Kelas XD SMA Negeri 1 Selemadeg yang dilakukan oleh Ni Wayan Wina Noviantari pada tahun 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan menyunting karangan argumentasi siswa kelas XD SMA Negeri 1 Selemadeg. Penelitian lain, Penerapan Teknik Pemodelan untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu yang dilakukan oleh Ni Kadek Ina Suryani pada tahun 2014. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu dan respons siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui penerapan teknik pemodelan sangat positif. Berdasarkan uraian di atas, terdapat pemikiran untuk mendeskripsikan penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Selain itu, sangat menarik dilakukan guna melengkapi sisi lain penelitian-penelitian tersebut. Maka dari itu, diangkat sebuah penelitian yang berjudul Penerapan Teknik Pemodelan dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah (1)bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh oleh guru dalam menerapankan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara? (2) bagaimanakah prestasi menulis cerpen dengan menerapkan teknik pemodelan pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara? (3) bagaimanakah respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara? tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh oleh guru dalam menerapkan teknik pemodelan

dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara, (2) mendeskripsikan prestasi menulis cerpen dengan menerapkan teknik pemodelan pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara, (3) mendeskripsikan respons terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara. METODE PENELITIAN Dalam pemecahan masalah diperlukan penyelidikan yang hati-hati dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data skunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa factorfaktor yang berhubungan dengan pokokpokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Sugiyono (2010:2) menjelaskan metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wirartha (2006:68) mengungkapkan metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporan) berdasarkan fakta-fakta atau gejala secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Rancangan penelitian deskriptif kualitatif adalah rancangan yang digunakan untuk mengungkapkan fenomena yang terjadi pada saat penelitian ini berlangsung. Penelitian ini diajukan untuk mendeskripsikan penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen.sedangkan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif merupakan rancangan penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau variabel yang diperoleh dalam bentuk angka. Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan, rancangan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen di SMP Negeri 1 Negara. Penggunaan rancangan penelitian deskriptif kualitatif memberikan gambaran secara sistematis, akurat, dan lebih menekankan pada data faktual, sedangkan penggunaan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dipilih untuk menggambarkan terkait prestasi dan respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan. Jadi, dalam penelitian ini digunakan rancangan deskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk menganalisa tentang kualitas dan kuantitas yang akan dihasilkan dalam penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIK di SMP Negeri 1 Negara dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIIIK di SMP Negeri 1 Negara. Objek penelitian yang penulis teliti adalah penerapan teknik pemodelan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama metode observasi. Observasi memungkinkan untuk merasakan sesuatu yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula mereka menjadi sumber data. Pemilihan metode observasi ini dilakukan, karena keinginan menemukan hal-hal di luar persepsi responsden sehingga diperoleh gambaran yang lebih komperehensif. Jenis metode observasi yang digunakan adalah observasi tanpa partisipasi atau nonpartisipan. Artinya, peneliti memang hadir dalam kegiatan, namun peneliti tidak aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Singkatnya, peneliti hanya mengamati penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara dengan menggunakan catatan dan rekaman dalam rangka mengumpulkan informasi untuk menjawab rumusan masalah pertama. Metode pengumpulan data kedua yaitu metode tes. Metode tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian berupa penugasan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga

menghasilkan skror mengenai prestasi siswa. Dalam penelitian ini, metode tes ini digunakan untuk memecahkan masalah kedua, yakni untuk mengetahui menulis cerpen dengan menerapkan teknik pemodelan pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara. Tes yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah tes tertulis berupa menulis cerpen. Guru pengajar melakukan evaluasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Data yang dihasilkan dari tes menulis cerpen merupakan data kuantitatif yang dianalisis secara kuantitatif.penggunaan metode ini bertujuan mengetahui kemampuan siswa dalam menulis. Metode pengumpulan data terakhir yaitu metode kuesioner. Metode Kuesioner diperlukan dalam pengumpulan data tentang respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen.ini berarti metode kuesioner digunakan untuk mendapatkan data permasalahan ketiga yakni respons siswa.instrumen yang digunakan dalam metode kuesioner adalah pedoman kuesioner berupa angket respons yang bersifat tertutup. Dalam penelitian ini digunakan instrumen lembar observasi dan alat perekam (handycam atau HP) untuk metode observasi. Guna mendapat data yang relevan, peneliti mengamati teknik guru dalam pembelajaran menulis dari awal hingga akhir pembelajaran dengan merekamnya. Perekaman dilakukan dengan merekam seluruh kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan alat perekam (handycam atau HP). Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui prestasi siswa dalam menulis cerpen. Dalam metode ini digunakan pedoman penugasan untuk mengukur kemampuan menulis siswa. Selain metode observasi dan metode tes, digunakan juga kuesioner dalam penelitian ini yang digunakan untuk mendapatkan data berupa respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan.. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Teknik deskriptif kualitatif dilakukan dengan cara menggambarkan atau menyampaikan data dengan menggunakan uraian naratif ataupun penggambaran kata-kata mengenai penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis di kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara secara jelas. Sedangkan analisis data deskriptif kuantitatif dilakukan dengan cara menggambarkan fenomena atau variabel yang diperoleh dalam bentuk angka. Data yang diperoleh selanjutnya dihitung atau diolah berdasarkan statistik deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mencakup tiga hal, yaitu (1) langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh oleh guru dalam menerapankan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara, (2) prestasi menulis cerpen dengan menerapkan teknik pemodelan pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara, (3) respons terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara. Langkahlangkah yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis cerpen sebagai berikut. 1. Guru menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa, 2. Guru memberikan apersepsi, 3. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, 4. Guru menyampaikan penjelasan terkait kegiatan menulis cerpen, 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami penjelasan dari guru terkait dengan materi yang diberikan, 6. Guru bertanya kepada siswa mengenai pengetahuan siswa tentang cerpen 7. Guru memberikan contoh (model) cerita pendek, 8. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa terkait dengan unsur-unsur yang terdapat dalam contoh (model) cerpen yang diberikan, 9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan berdiskusi tentang unsur-unsur yang terkandung dalam cerpen,

10. Guru mengamati pelaksanaan diskusi dan memberikan bimbingan serta arahan kepada siswa, 11. Guru menugaskan siswa untuk menulis cerpen dengan bantuan contoh (model) yang sudah diberikan oleh guru, 12. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil tulisan, 13. Guru melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam menulis cerpen, 14. Guru memberikan umpan balik terhadap kegiatan menulis cerpen, 15. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran, 16. Guru memberikan penghargaan terhadap usaha yang dilakukan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen, 17. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pada intinya, implementasi teknik pemodelan yang dikemukakan oleh Nurhadi (2004:25) dalam pembelajaran menulis cerpen sudah dilakukan oleh guru, dimulai dengan merancang kegiatan utama pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar. Dalam penelitian ini dilakukan tes berupa menulis cerpen untuk mengetahui prestasi siswa. Kemudia dilakukan penilaian dengan menggunakan empat criteria penilaian yang sudah diterapkan. Keempat kriteria penilaian itu adalah (1) kelengkapan aspek formal cerpen (judul cerpen, nama pengarang, dialog, narasi), (2) kelengkapan unsur cerpen (tokoh/penokohan, alur, sudut pandang, gaya bahasa, pengembangan tema yang relevan dengan judul), (3) keterpaduan unsur cerpen (kaidah plot dan penahapan plot, dimensi tokoh, dimensi latar) dan (4) kesesuaian penggunaan bahasa (keajegan penulisan, ragam bahasa yang digunakan tokoh). Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa adalah menulis cerpen dengan tema bebas. Dari hasil tes yang telah dilakukan di kelas VIIK diperoleh skor rata-rata kelas yaitu 82,92 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat digambarkan bahwa dari keseluruhan siswa kelas VIIK yang berjumlah 36 orang siswa, diperoleh 11 orang siswa (30,56%) yang diraih oleh siswa dengan nomor absen 1, 6, 7, 9, 12, 14, 16, 28, 29, 35, dan 36 mendapat nilai sangat baik dan 25 orang siswa (69,44%) mendapat nilai dengan kategori baik. Dari 36 siswa yang mengikuti tes, hanya 1 siswa yang mendapat nilai sangat baik yakni 92 yang diraih oleh siswa nomor absen 16 dengan cerpen yang berjudul Misteri Gubuk Tua. Ini juga merupakan usahanya sendiri yang dimulai dari mengapresiasi karya sastra, sehingga ia bisa menemukan hal-hal apa saja yang harus ditampilkan dalam karya sastra. Hasil menulis cerpennya sudah me nunjukkan adanya organisasi struktur pembangun cerpen yang saling berkaitan. Ceritanya tidak monoton, konflik yang ditampilkan juga sudah sesuai dengan suasana atau latar yang mendukung dalam cerita, dan penggunaan narasi dan dialog mampu membuat karakter tokoh menjadi seolaholah hidup di dalam cerpen. Alur yang ditampilkan dalam cerpen dimulai dari pemaparan, penampilan masalah, masalah memuncak, puncak ketegangan, ketegangan menurun, dan bagian akhir. Tema dalam cerpen yang ditulisnya juga sudah relevan dengan judul. Perolehan skor berkategori baik diperoleh oleh 25 orang siswa. Mereka yang mendapatkan kategori baik bersungguh-sungguh, berantusias, dan memperhatikan saat pelaksanaan pembelajaran yang telah diberikan oleh guru. Mereka selalu aktif untuk bertanya mengenai kesulitankesulitan yang dijumpai ketika proses pembelajaran. Mereka mengajukan pertanyaan kepada guru tidak hanya pada saat jam pembelajaran berlangsung, namun di luar jam pelajaran mereka pun aktif untuk bertanya terkait dengan pembelajaran cerpen. Data tersebut mengindikasi bahwa pemodelan dapat membantu dalam mencapai ketuntasan hasil belajar siswa hususnya dalam menulis cerpen. Sejalan dengan pendapat Tarigan (1986:192) yang menyatakan bahwa media pembelajaran yang berupa model (contoh) digunakan untuk memudahkan dan mempercepat proses belajar mengajar. Hal itu terbukti setelah digunakannya model (contoh) cerpen, siswa lebih mudah menangkap materi pelajaran, sehingga secara tidak

langsung akan mempercepat proses belajar mengajar. Siswa juga merespons sangat positif terhadap penerapan teknik pemodelan yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Hal ini terbukti dari hasil yang menunjukkan sebanyak 36 siswa yang mengisi angket, ada 11 orang siswa (30.56%) merespons sangat setuju dan 25 orang siswa (69.44%) merespons setuju. Tidak ada siswa (0%) yang memberikan pendapat kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju terhadap pernyatan nomor (1) Pembelajaran ini membuat saya lebih aktif di kelas. Untuk pernyataan mengenai pembelajaran tersebut dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang dismak, diperoleh hasil sebanyak 15 orang siswa (41.67%) menyatakan sangat setuju dan 21 orang siswa (58.33%) yang menyatakan setuju. Tidak ada siswa (0%) yang merespons kurang setuju, tidak setuju, dan tidak setuju. Selanjutnya, 16 orang siswa (44.44%) merespons sangat setuju, dan 20 orang siswa (55.56%) merespons setuju terhadap penyataan ketiga yaitu setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa merasa suasana kelas sangat menyenangkan. Tidak ada siswa (0%) yang merespons kurang setuju, tidak setuju, dan tidak setuju. Kemudian, pernyataan keempat yakni pembelajaran yang diterapkan guru sangat bermanfaat bagi siswa. Dari 36 siswa, diperoleh hasil 20 orang siswa (55.56%) merespons sangat setuju dan 16 orang siswa (44.44%) merespons setuju. Tidak ada siswa (0%) yang merespons kurang setuju, tidak setuju, dan tidak setuju terhadap pernyataan keempat. Demikian pula dengan pernyataan kelima yakni Pembelajaran ini mampu meningkatkan keterampilan siswa. Tercatat 10 orang siswa (27.78%) memberikan respons sangat setuju dan 26 orang siswa (72.22%) memberikan respons setuju terhadap pernyataan tersebut. Sedangkat pendapat kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju tidak ada siswa (0%) yang merespons. Pada pernyataan terakhir mengenai pembelajaran ini membuat siswa bisa berinteraksi dengan teman lain terdapat 21 orang siswa (58.33%) yang merespons sangat setuju dan 15 orang siswa (41.67%) memberikan respons setuju. Sementara pendapat kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju tidak ada siswa (0%) yang memberikan respons. Berdasarkan rekapitulasi respons siswa terhadap pembelajaran cerpen, 31 orang siswa (86.11%) memberikan respons sangat positif, 5 orang siswa (13.89%) memberikan respons positif, dan tidak ada siswa (0%) yang memberikan respons cukup positif, kurang positif, dan sangat kurang positif terhadap teknik pemodelan yang diterapkan guru dalam pembelajaran menulis cerpen. PENUTUP Ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, terdapat 16 langkah-langkah penerapan teknik pemodelan yang sangat efektif dalam pembelajaran menulis cerpen: 1. Guru menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa, 2. Guru memberikan apersepsi, 3. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, 4. Guru menyampaikan penjelasan terkait kegiatan menulis cerpen, 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami penjelasan dari guru terkait dengan materi yang diberikan, 6. Guru memberikan contoh (model) cerita pendek, 7. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa terkait dengan unsure-unsur yang terdapat dalam cerpen, 8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan berdiskusi tentang unsur-unsur yang terkandung dalam cerpen, 9. Guru mengamati pelaksanaan diskusi dan memberikan bimbingan serta arahan kepada siswa, 10. Guru menugaskan siswa untuk menulis cerpen dengan bantuan contoh (model) yang sudah diberikan oleh guru, 11. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil tulisan,

12. Guru melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam menulis cerpen, 13. Guru memberikan umpan balik terhadap kegiatan menulis cerpen, 14. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran, 15. Guru memberikan penghargaan terhadap usaha yang dilakukan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen, 16. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Kedua, Melalui proses belajar mengajar yang baik dan terencana, hasil pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara dengan penerapan teknik pemodelan memperoleh hasil yang baik. Hal itu dapat diketahui dari adanya skor rata-rata siswa 82,92 dengan kategori baik. Dengan demikian, ketuntasan klasikal yang dicapai oleh siswa sudah memenuhi tuntutan kurikulum atau sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga, Penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara menumbuhkan respons positif terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Sebagian besar siswa memberikan respons sangat positif terhadadap tindakan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dari perolehan skor rata-rata respons siswa yaitu 267,22 yang tergolong sangat positif. Siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran ini karena diterapkannya teknik pemodelan. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu (1) teknik pemodelan dapat mengembangkan aktivitas berkarakter dan meningkatkan pemahaman konsep siswa, maka sebaiknya guru dapat menerapkannya sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran, (2) bagi guru yang akan menerapkan teknik pemodelan ini sebaiknya meperhatikan dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru juga hendaknya benar-benar mempersiapkan waktu dengan baik, menguasai materi, bisa mengelola kelas dengan baik, dan mampu bertindak cepat untuk bisa menyiasati kondisi di luar kegiatan yang sudah direncanakan, (3) kepada peneliti lain, paparan yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam meneliti masalah lain yang sejenis dengan penelitian ini secara lebih lanjut. Peneliti meyakini bahwa dalam penelitian ini masih ada hal yang belum dibahas dan belum diselesaikan. Oleh sebab itu, diharapkan pengadaan penelitian lanjutan yang sejenis dengan penelitian ini, sehingga diperoleh hasil yang lebih meyakinkan serta sebagai sumbangan bagi guru untuk bahan kajian dan peningkatan mutu pendidikkan. DAFTAR PUSTAKA Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga. Jacob, Sumardjo. 2001. Beberapa Petunjuk Menulis Cerpen. Bandung: Mitra Kencana. Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Nuryatin, Agus. 2010. Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen. Rembang:Yayasan Adhigama. Nurhadi.2004. Membaca Cepat dan Efektif.Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nurhadi. 2014. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Surabaya: Usaha Nasional. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Rosiadi, Dini. 2012. Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Mulia Mandiri Pers Sastra. Yogyakarta: BPFE. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Cv.Alfabeta. Tarigan, Hendry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wirartha, I Made. 2006. Pedoman Penulisan Usaha Penelitian Skripsi dan Tesis.Yogyakarta: Andi.