BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengambilan keputusan, laporan tahunan sangat penting bagi investor sebagai acuan sumber informasi yang ada. Laporan tahunan juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik, pengungkapan laporan tahunan menjadi faktor yang signifikan. Oleh karena itu, berdasarkan kepentingan para investor dan pemakai informasi lainnya, maka risk management disclosure haruslah diungkapkan sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya agar investor dan para pemakai informasi lainnya tidak keliru dalam mengambil keputusan investasi. Laporan tahunan terdiri dari komponen keuangan maupun non keuangankarena komponen keuangan saja tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan stakeholder (Maines et al., 2002 dalam Amran, Rosli, dan Hassan 2009). Informasi mengenai sifat dan tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan dapat berupa pengungkapan kualitatif dan pengungkapan kuantitatif (PSAK No. 60 Revisi 2010). Dalam pengungkapan kualitatif entitas harus mengungkapkan eksposur risiko, bagaimana risiko timbul,tujuan, kebijakan dan proses pengelolaan risiko serta metode pengungkapanrisiko. Sedangkan dalam pengungkapan kuantitatif, entitas disyaratkan untuk mengungkapkan 1
risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar termasuk membuat analisa sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar. Semakin banyaknya perusahaan besar yang mengalami masalah kebangkrutan seperti Enron dan World Com, serta kegagalan perusahaan yang terjadi di Indonesia dalam mengelola risiko valuta asing pada saat krisis moneter tahun 2008 telah mengakibatkan banyaknya prusahaan yang terpaksa harus menjalani proses penyehatan, berganti pemilik, atau bahkan dipailitkan. PT Allianz pada tahun 2012, melakukan manipulasi kontrak asuransi proyek dan memanipulasi laporan keuangan sehingga investor beranggapan bahwa kinerja perusahaan sangatlah baik. Hal ini mengindikasikan adanya kelemahan dalam proses manajemen risiko. Fenomena tersebut menimbulkan keraguan para pengguna laporan keuangan terhadap keakuratan dan transparasi laporan laporan keuangan tahunan perusahaan. Risk management disclosure merupakan salah satu solusi untuk membantu mengembalikan kepercayaan publik dan membantu mengembalikan kepercayaan publik dan membantu mengontrol aktifitas manajmen sehingga dapat meminimalisir terjadinya praktik kecurangan pada laporan keuangan, sehingga pengungkapan risiko manajemen harus diungkapkan sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya agar investor dan pemakai informasi lainnya tidak keliru didalam mengambil keputusan investasi. Peraturan mengenai pengungkapan risiko dibeberapa ngara telah menunjukkan keseriusan dunia terhadap pengungkapan manajemen risiko. 2
Pengungkapan risiko menjadi sebuah keharusan bagi perusahaan sebagai bentuk pelaporan dan pertanggungjawaban perusahaan terhadap para pengguna laporan tahunan perusahaan. Indonsia pun sudah mulai serius dengan pengungkapan risiko terbukti dari diberlakukannya peraturan pemerintah antara lain PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang instrumen keuangan : pengungkapan dan keputusan ketua BAPEPAM dan LK Nomor : Kep-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten dan perusahaan publik. Disclosure memberikan implikasi bahwa keterbukaan merupakan basis kepercayaan publik terhadap manajemen didalam sistem korporasi. Dengan kata lain, kualitas mekanisme corporate governance seharusnya dapat dilihat dari tingkat keterbukaan atau transparansi (Lins dan Warnock, 2004). Sebagai dasar pengambilan keputusan investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya, maka informasi yang disajikan harus dapat dipahami, diprcaya, relevan dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Risiko merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari suatu perjalan bisnis. Perusahaan harus selalu siap mengahadapi segala risiko dengan cara menemukan solusi antisipatif untuk mengahadapi segala kemungkinan yang kelak akan terjadi. Demi mewujudkan asas going concern, tentunya perusahaan harus melewati dan menyelesaikan segala tantangan yang ada dengan cara yang efektif dan efisien. Langkah-langkah antisipatif yang diterapkan oleh perusahaan penting untuk diketahui oleh stakeholder. Dengan 3
demikian, maka diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai (Sudamarji, 2007). Pengelolaaan risk management merupakan cara yang harus diambil oleh perusahaan untuk mengurangi dampak yang mungkin dapat terjadi. Dengan pengelolaan risk management yang baik, perusahaan dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif serta tujuan yang direncanakan dapat dicapai. Risk management disclosure dapat diartikan sebagai pengugnkapan atas risiko-riisko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan Risk management disclosure risiko dimasa mendatang (Amran et al, 2009). Manfaat pengugkapan informasi oleh perusahaan perusahaan pencari laba (profit making enterprise) berdasarkan pada tiga kategori kepentinagan yaitu, kepentinagn perusahaan, kepentingan investor, kepentingan nasional. Proses pengeolaan risiko sebaiknya diungkapkan oleh perusahaan melalui pengungkapan risk management. Salah satu media yang sering digunakan adalah annual report. merupakan halyang penting dalam pelaporan keuangan, karena pengungkapan risiko perusahaan adalah dasar dari praktik akuntansi dan investasi (Abraham dan Cox, 2007). Dengan adanya risk management disclosure yang baik, stakeholder dapat memperoleh dasar pertimbangan yang baik pula dalam pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi risk management disclosure dalam penelitian ini antara lain struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage dan ukuran perusahaan. 4
Faktor pertama adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah pihak manajerial dalam suatu perusahaan yang secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan. Pihakpihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan (Wahidahwati, 2011 dalam Fathimiyah et al, 2012). Manajemen sangat berperan dalam menjalankan kelangsungan usaha suatu perusahaan. Dimana, manajemen tidak hanya berperan sebagai pengelola perusahaan saja melainkan juga berperan sebagai pemegang saham. Manajemen akan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan usaha yang telah dilakukannya dengan melakukan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Prosentase kepemilikan saham manajerial suatu perusahaan yang semakin tinggi menyebabkan semakin besar pula tanggung jawab manajemen dalam mengambil suatu keputusan sehingga risk management disclosure pun menjadi semakin tinggi (Dampsey dan Laber, 1993 dalam Fathimiyah et al, 2012). Faktor kedua adalah kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dan institusi lainnya (Wahidahwati, 2001). Tingkat kepemilikan intitusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak kepemilikan institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oppurtunistic manajer dalam risk management disclosure. 5
Faktor ketiga adalah leverage. Leverage adalah suatu cara untuk mengatur besarnya penggunaan hutang dalam membiayai investasi. Semakin besar leverage, maka semakin besar pula ketergantungan perusahaan terhadap kreditor. Perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih tinggi cenderung spekulatif dan beresiko (Wardhana, 2013). Faktor keempat adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan meruapakan faktor yang juga dapat mempengaruhi risk management disclosure. Besar kecilnya perusahaan dapat dilihat melalui jumlah aktiva scara keseluruhan yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demandakan informasi mengenai risk management yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Permintaan para stakeholder akan pengungkapan yang lebih luas, menuntut perusahaan untuk mengungkapkan informasi khususnya informasi mengenai risiko secara transparan dan lengkap. Menurut teori stakeholder, dengan mengungkapkan informasi risiko secara lebih mendalam dan luas menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholder. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum dan Chariri (2013) tentang Pengaruh kepemilikan institusional dan karaketirstik dewan komisaris terhadap pengungkapan manajmen risiko. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah kepemilikan institusional, latar belakang pendidikan dewan komisaris, dan pengalaman dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko, sedangkan dewan 6
komisaris independen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Fathimiyah Venny dkk (2012) yang meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikian terhadap risk management disclosure. Penelitian ini menggunakan data perusahaan Industri Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, leverage berpengaruh positiftidak signifikan terhadap risk managament discosure, sedangkan kepemilikan institusi asing, kepemilikan publik berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap risk management disclosure, dan untuk variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap risk management disclosure. Penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari dan Anisykurlillah (2014) yang meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap luas pengungkapan manajemen risiko. Penelitian ini menggunakan data perusahaan hotel, restoran, dan pariwisata yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu leverage dan profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan manajemen risiko, sedangkan ukuran perusahaan dan reputasi auditor berpengaruh positif tidak signifikan terhadap luas pengungkapan manajemen risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Wardhana (2013) tentang Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan risiko (studi empiris pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI). Kesimpulan yang 7
didapat yaitu Struktur kepemilikan berpengaruh negatif signifikan, dewan komisaris indpenden dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan, sedangkan leverage, komite audit independen, jenis auditor eksternal, jenis industri tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Ruwita (2012) tentang Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan corporate governance terhadap pengungkapan risiko perusahaan. Hasil yang didapat yaitu ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berhubungan secara signifikan dengan luas pengungkapan risiko, sedangkan likuiditas, kepemilikan saham publik, jenis kepemilikan perusahaan memiliki hubungan signifikan dengan luas pengungkapan risiko perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2012) tentang Analisis faktor yang mempengaruhi pengungkapan manajemen risiko mendapatkan hasil yaitu Hasil yang didapat bahwa tingkat leverage dan ukuran perusahaan berhubungan signifikan terhadap pengungkapan risiko, sedangkan jenis industry, tingkat profitabilitas, dan strukutr kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan dengan pengungkapan risiko perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Saputro dan Suryono (2014) tentang pengaruh struktur kepemilikan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. Kesimpulan yang didapat yaitu struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko, sedangkan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko. 8
Penelitian yang dilakukan oleh Kristiono (2014) tentang pengaruh struktur kepemilikan, struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap risk management disclosure pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Kesimpulan yang didapat yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap risk management disclosure, sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan isntitusional, dan struktur modal mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap risk management disclosure. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruh pengungkapan risiko masih beragam, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kembali mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pengungkapan risiko. Penelitian ini mengacu pada penelitian oleh Kristiono (2014) yang meneliti tentang Pengaruh struktur kepemilikan, struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap risk management disclosure. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Kristiono (2014) yaitu penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2010-2012, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor industi barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2012-2015. Penelitian ini mengganti variabel struktur modal dengan variabel leverage karena variabel leverage diyakini berpengaruh terhadap risk management disclosure. 9
Penelitian ini penting dilakukan karena memberikan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan dilihat dari tingkat struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional) leverage dan ukuran perusahaan terhadap risk management disclosure pada perusahaan sektor industri barang konsumsi selama periode 2012-2015. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap risk management disclosure? 2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap risk management disclosure? 3. Apakah leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk management disclosure? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap risk management disclosure? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat ditarik tujuan sebagai berikut: 10
a. Untuk menguji adanya pengaruh positif kepemilikan manajerial terhadap risk management disclosure. b. Untuk menguji adanya pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap risk management disclosure. c. Untuk menguji adanya pengaruh negatif leverage terhadap risk management disclosure. d. Untuk menguji adanya pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap risk management disclosure. 2. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan, hasilnya dapat memberikan manfaat dalam beberapa aspek sebagai berikut: a. Bagi Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pengguna informasi akuntansi sebagai informasi dalam ngambilan keputusan terhadap perusahaan yang melakukan pelaporan risiko tersebut dengan menetapkan harapan mengenai sejauh mana keterbukaan informasi. b. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan menambah studi literatur mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan risiko pada laporan tahunan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan gagasan untuk penelitian-penelitian berikutnya yang berkaitan dengan pngungkapan risiko perusahaan. 11
c. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan dapat juga dijadikan sebagai tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya. 12