TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Kemasaman (ph) tanah yang cocok untuk kacang tanah adalah 6.5-7.0. Tanah yang baik sistem drainasenya akan menciptakan aerase yang lebih baik, sehingga akar tanaman akan lebih mudah menyerap air, hara nitrogen dan O 2. Drainase yang kurang baik akan berpengaruh buruk terhadap respirasi akar tanaman, karena O 2 dalam tanah rendah (Kasno, et.al., 1993 dalam Ratnapuri). Tanah dan lingkungan yang ideal untuk pertanaman kacang tanah adalah tanah yang cukup mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur hara mikro antara lain karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrigen (N), Fosfor (F), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S); sedangkan unsur hara mikro antara lain besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo), seng (Zn), cuprum (Cu), boron (B) dan klor (Cl) (Pitojo, 2005 dalam Simamora). Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam pada tanah yang remah dan berdrainase baik, terutama tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan memudahkan penembusan dan perkembangan polong, yang biasanya terjadi di bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998 dalam Simamora). Iklim Selain tanah, faktor iklim memiliki pengaruh besar terhadap pertanaman kacang tanah. Faktor iklim terdiri atas suhu, cahaya, dan curah hujan. Secara umum, tanaman ini tumbuh paling baik dalam kisaran suhu udara 25-35 0 C dan tidak tahan terhadap embun dingin. Suhu tanah merupakan faktor penentu dalam
perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanaman. Suhu tanah yang ideal untuk perkembangan ginofor adalah 30-34 o C, sementara suhu optimal untuk perkecambahan benih berkisar antara 20-30 o C (Pitojo, 2005 dalam Ratnapuri). Kacang tanah dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 0-500 m dpl. Tanaman ini tidak terlalu memilih tanah khusus. Diperlukan iklim yang lembab. Di daerah yang memiliki musim kemarau panjang, kacang tanah memerlukan pengairan, terutama pada fase perkecambahan, pembuahan dan pengisian polong (Mangoendidjojo, 2003 dalam Laksana). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga rontok dan tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus menerus akan mengakibatkan kelembapan di sekitar pertanaman kacang tanah yang mengakibatkan polong menjadi busuk (Yufdi et al, 2006 dalam Hamdani). Varietas Kacang Tanah Daya hasil kacang tanah varietas-varietas unggul di Indonesia kurang dari 2,5 ton/ha (Hidayat et al., 2000). Varietas unggul di USA sebagian besar termasuk dalam ssp. Hypogeae yang dicirikan oleh ketiadaan bunga pada cabang utama, tumbuh menjalar (runner), dan membentuk bunga dan polong yang tersebar pada sepanjang cabang lateral (Wynne dan Coffelt, 1982). Daya hasil varietas unggul Hypogeae di USA dapat melebihi 6 ton/ha (Cullbreath et al., 1997). Karakter agronomis yang mendukung daya hasil tinggi ssp. Hypogae antara lain memiliki polong dan biji berukuran besar, jumlah polong banyak yang berhubungan dengan tipe pertumbuhan menjalar atau setengah menjalar. Jika dibandingkan dengan yang tumbuh tegak, kacang tanah yang tumbuh menjalar berpotensi menghasilkan
polong lebih banyak karena jumlah ginofor yang dapat mencapai tanah dan membentuk polong lebih banyak. Polong kacang tanah terbentuk dari ginofor yang dapat mencapai tanah. Rata-rata panjang ginofor yang membentuk polong pada Arachis hypogaeaadalah 7 cm atau kurang (Ono,1979). Walaupun jumlah polong per tanaman tidak meningkat, daya hasil suatu galur atau varietas akan meningkat jika ukuran polong dan biji lebih besar. Varietas merupakan sekelompok tanaman yang mempunyai ciri khas yang seragam dan stabil serta mengandung perbedaan yang jelas dari varietas yang lain. Varietas kacang tanah pada umumnya berupa varietas murni yang berasal dari galur homozigot yang homogen. Hingga tahun 2005, masih di lepas 29 varietas kacang tanah, antara lain Varietas Gajah, Varietas Kelinci, Varietas Bima. Varietas Gajah memiliki hasil rata-rata, umur berbunga, umur polong tua, bobot 100 biji: 1,8 ton/ha, 30 hari, 100 hari, 53 g. Varietas Kelinci memiliki hasil ratarata, umur berbunga, umur polong tua, bobot 100 biji: 2,3 ton/ha, 25-29 hari, + 95 hari, + 45 g. Varietas Bima memiliki hasil rata-rata, umur berbunga, umur polong tua, bobot 100 biji: 1,6-2,5 ton/ha, 28-31 hari, 90-95 hari 30-40 g. (Suhartina, 2005). Pembentukan cabang termasuk pada pertumbuhan vegetatif bersama tinggi tanaman, pada pertumbuhan vegetatif umumnya hara yang diperlukan adalah nitrogen, selain itu membutuhkan Mg untuk pertumbuhan batang utama. Terjadinya pertumbuhan batang utama menimbulkan persaingan hormonal, akibatnya pertumbuhan batang lebih dipacu dibandingkan dengan terbentuknya tunas baru pada batang utama. Jumlah cabang yang dihasilkan dipengaruhi oleh pertumbuhan batang utama, karena cabang primer itu tumbuh
pada batang utama, sehingga perbedaan yang ditimbulkan juga berbeda (Afrizal, 2003 dalam Puspita). Varietas akan menentukan produktifitas yang dicapai. Jadi perbedaan produksi pada masing-masing varietas kacang tanah lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik selain itu fosfor juga sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman, dimana P yang cukup akan meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan (Adisarwanto, 2000 dalam puspita) Berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Namun semua itu sebagian masih dipengaruhi oleh genotipe dan varietas tanaman itu sendiri. bahwa berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Namun semua itu sebagian masih dipengaruhi oleh genotipe dan varietas tanaman itu sendiri (Sitompul dan Guritno, 2005 dalam Pramita) Pupuk Guano Tanaman kacang tanah membutuhkan dosis pupuk nitrogen sebanyak 50 100 kg urea/ha, 100 kg SP-36 dan 75 kg KCl diberikan saat tanam (Purnomo dan Purnawati, 2009 dalam Sondakh, et.al ). Kotoran kelelawar yang sering disebut guano, ternyata menyimpan potensi besar sebagai pupuk organik yang mengandung beberapa macam unsur hara yang tidak mempunyai efek samping terhadap tanah dan tidak mengandung residu berbahaya baik bagi tanah maupun tanaman. Nafos Guano mengandung unsur
hara P 2 O 5 total, 22-26%, CaO, 35-40%, SiO 2, 8,80%, Fe 2 O 3, 1,6%, TiO 2, 0,008%, Al 2 O 3, 15,90%, MgO, 1,099% (Syofia et al., 2014). Salah satu penelitian yang mampu membuktikan kegunaan guano sebagai bahan dasar pupuk organik adalah penelitian Universitas Cornell di New York- Amerika Serikat. Perbandingan nutrien pada beberapa hewan Ayam: N 3.6%, P 1.3%, K 1.3%, Sapi potong N 2.0%, P 0.65%, K 1.6%, Bebek N 2.6%, P 0.8%, K 0.5%, Kambing N 4.0%, P 0.61%, K 2.8%, Guano kelelawar N 5.7%, P 8.6%, K 2.0%, Kuda N 2.5%, P 0.25%, K 0.8%, Manusia N 2%, P 1%, K 0.2%, Babi N 2.8%, P 1%, K 1.2%, Burung merpati N 6.5%, P 2.4%, K 2.5%, Kelinci N 4.8%, P 2.8%, K 1.2%. Dapat dilihat bahwa guano memiliki tingkat nitrogen terbesar setelah kotoran merpati. Namun, menduduki urutan pertama dalam bagian kadar unsur fosfat dan menduduki urutan ketiga terbesar bersama kotoran sapi perah dalam kadar kalium. Dari keterangan tersebut guano kelelawar mengandung paling banyak fosfat. Fosfat merupakan bahan utama penyusun pupuk selain nitrogen dan Potasium. Guano juga mengandung unsur mikro seperti magnesium oksida (MgO) dan kalsium oksida (CaO) yang dibutuhkan tanaman. Tidak seperti pupuk kimia buatan, guano tidak mengandung zat pengisi. Guano tertahan lebih lama dalam jaringan tanah, meningkatkan produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi tanaman lebih lama dari pada pupuk kimia buatan. (Http.www.css. Cornell, educ. Fertilizer analisis. Pdf, 2016 dalam Rajagukguk). Manfaat dari penggunaan guano antara lain dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan jumlah dan aktifitas metabolik jasad mikro di dalam tanah, penyumbang unsur P ke dalam tanah, serta meningkatkan pertumbuhan akar dan tunas. Dari hasil penelitian Rajagukguk (2014) menyatakan
bahwa kandungan ph pupuk guano yaitu 4,66, C-organik 15,31 %, N-total 1,36 %, C/N 11,26, P 2 O 5 0,124 %, K 2 O 0,034% dan MgO 0,085 %. Pemberian guano tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah. Hal ini disebabkan karena pupuk guano tidak mencukupi kebutuhan unsur nitrogen, fosfor, dan kalium yang dibutuhkan kacang tanah. Kacang tanah tetap memerlukan penambahan pupuk NPK buatan, pupuk guano hanya sebagai suplemen dan untuk memperbaiki kesuburan fisik tanah. Kalaupun akan dilakukan pengurangan pupuk buatan maksimal 25-50% (Samijan, 2007). Selanjutnya Sulaeman et. al., (2002) menyatakan bahwa pupuk guano termasuk dalam kategori pupuk jangka panjang yaitu unsur P relatif lambat tersedia, sehingga relatif tidak sesuai untuk tanaman semusim. Jumlah polong yang terbentuk per tanaman bervariasi, tergantung varietas, kesuburan tanah dan jarak tanaman (Suprapto, 2002). Unsur Mg dapat berperan penting dalam meningkatkan ph tanah, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, selain itu Mg juga berperan sebagai fosfor yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman, dimana P yang cukup akan meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan. Kekurangan fosfor dapat memperlambat proses pematangan buah, warna daun lebih hijau dari pada keadaan normalnya dan daun yang tua tampak menguning, sehingga hasil buah dan biji berkurang (Hanafiah, 2005 dalam Puspita). Sesuai dengan pendapat Lingga (2003) yang menyatakan bahwa fosfor dapat mempercepat penuaan buah atau pemasakan biji serta meningkatkan hasil biji-bijian. Jika kekurangan unsur kalium dan fosfor maka dapat menyebabkan
kematangan buah terlambat dan ukuran buah menjadi kecil (Novizan, 2002). unsur fosfor diperlukan tanaman kacang tanah untuk pertumbuhan dan pembentukan polong serta biji. Ketersediaan unsur fosfor di dalam tanah berfungsi untuk pembentukan polong dan penambahan unsur Mg pada tanah yang kurang subur akan dapat meningkatkan bobot biji dan produksi kacang tanah (Sumarno, 2002 dalam Hayati) jumlah cabang yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan tinggi tanaman, sehingga pertumbuhan tinggi akan lebih dominan terhadap pertumbuhan cabang akibat terjadinya persaingan dalam pemanfaatan hasil fotosintesis antara batang dan cabang primer. Menurut Harjadi (1998), setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan respons genotipe pada berbagai kondisi lingkungan tumbuh. Hal ini tentu berpengaruh terhadap penampilan feno-jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 10 tipe dari tiap varietas apabila berinteraksi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Pitojo (2010) menyatakan juga bahwa kekurangan unsur fosfor menyebabkan tanaman kacang tanah kerdil, kurus, daun berukuran kecil dan berwarna hijau pucat, polong yang terbentuk sedikit dan hasil rendah. Rendahnya laju pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah apabila dosis pupuk SP-36 dalam jumlah berlebihan (200 kg ha-1), hal ini disebabkan pada dosis tersebut jumlah unsur haranya dalam keadaan berlebihan sehingga dapat menekan laju pertumbuhan tanaman. Peningkatan pertumbuhan generatif (produksi) tanaman kacang tanah juga dipengaruhi oleh ketersedian hara P dan K. Fosfor sebagai ortho-fosfat memiliki peran penting dalam reaksi enzim yang tergantung pada fosforilase. Hal ini karena
semua inti sel tanaman mengandung fosfor, sangat penting dalam pembelahan sel, dan juga untuk perkembangan jaringan meristem (Sarief, 1985). Tanaman kacang tanah hanya menyerap phospat dalam jumlah yang kecil, namun phospat sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan pembentukan biji kacang tanah (Sumarno, 1986). Kalium juga merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan tanaman dan sangat mempengaruhi tingkat produksi tanaman (Sarief, 1985). Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+. K berfungsi sebagai aktivator enzim dalam proses fotosintesis dan respirasi (Hanafiah, 2007 dalam Hayanti)