BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

BAB I PENDAHULUAN. Erlangga, 2010), terj. Eka Widayati, hlm Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. adanya standar kompetensi. Berdasarkan Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia handal dan mampu berkompetensi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, Semarang, 2005, hlm. 1 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Jakarta, 2003, hlm Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses belajar Megajar yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Sebaliknya peserta didik juga dituntut keaktifannya dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu masa kanak-kanak. Sebagaimana diungkapkan oleh Syaiful Bahri

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. utama. Pendidikan selalu mendapat perhatian utama bagi setiap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31) lainnya adalah penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 36

Siti Solehah 35. Kata Kunci : Aktivitas Hasil Belajar, Sifat Wajib ALLAH, Strategi Pembelajaran Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkesimbungan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Karena dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN Palabatu 1 Melalui Metode Diskusi

BAB I PENDAHULUAN. Mata Padi Presindo, Yogyakarta, 2015, Hlm Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, PT.

BAB I PENDAHULUAN. dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan social. 1 Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 1

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti lain pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi. memungkinkan dapat bermanfaat dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

الل ه ك ث ير ا BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta,

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia, pada dasarnya adalah untuk mengembangkan kemampuan dan potensi manusia sehingga bisa hidup layak, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan juga bertujuan mendewasakan anak, kedewasaan tersebut mencakup pendewasaan intelektual, sosial dan moral tidak semata-mata kedewasaan dalam arti fisik. Pendidikan adalah proses sosialisasi untuk mencapai kompetisi pribadi dan sosial sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.1 Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia pendidikan, dimana dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas pendidikan. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bagus, maka dapat dilihat dari kualitasnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka hasilnyapun biasa-biasa saja. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah memanusiakan manusia, dalam artian bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan lingkunganya tanpa merasa direndahkan. Untuk mendapatkan hasil yang baik dari pendidikan haruslah dimulai sejak kecil. Membentuk jiwa sejak kecil akan lebih mudah, sifat yang ada pada anak kecil adalah imitasi yang cenderung mengikuti dan meniru subyek kemudian dilanjutkan pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim dengan pendidikan nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan 1 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, Sinar Baru Al-Gasindo, Bandung, 1995, Cet. ke-1, hlm.3 1

2 nomor 27 tahun 1990 menunjukkan bahwa pemerintah menganggap betapa pentingnya pembinaan generasi muda secara menyeluruh dan khususnya pendidikan pra sekolah (3-6 tahun) yang merupakan pengalaman awal yang akan memberikan kualitas bangsa dimasa yang akan datang.2 Pendidikan yang diberikan tidak hanya pendidikan umum saja yang berperan penting dalam kehidupan manusia, tetapi juga Pendidikan Agama Islam. Karena pendidikan agama islam yang membentuk karakter seseorang menjadi bermoral dan sesuai ajaran Agama Islam. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman Agama Islam, disamping untuk membentuk kesolehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesolehan sosial dan wujud tingkah laku. Dengan kata lain pendidikan keislaman atau Pendidikan Agama Islam yaitu upaya untuk mendirikan agama islam atau ajaran islam dan nilainilainya agar menjadi pandangan bersikap hidup (way of life) seseorang. 3 Pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam, tidak hanya diberikan kepada anak yang mempunyai kelengkapan fisik saja, tetapi juga diberikan kepada anak yang mempunyai kelainan dan kekurangan fisik atau mental, karena yang membedakan dihadapan Allah SWT adalah ketaqwaan seseorang seperti yang terkandung dalam surat An-Nur : 61 Artinya : tidak ada halangan bagi orang buta, tidak pula bagi dirimu sendiri, maka (bersama-sama mereka).. (QS. An-Nur:61).4 2 Soemarti, Pandowo, Pendidikan Anak Pra Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 43 Muhaimin,Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pai Disekolah), PT.Remaja Rosda Karya, Bandung, 2008, hlm. 32 4 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya Al-Jumanatul Ali. CV. Penerbit JArt: Bandung, 2005, 3

3 Dari ayat diatas menyimpulkan bahwa semua orang, baik normal maupun tidak normal mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Bagi orang yang tidak normal, karena kelainan dan kekurangannya maka mereka memerlukan bantuan yang lebih banyak dalam menjalani kehidupan khususnya di bidang pendidikan. Sehingga mereka dapat menunaikan kewajiban terhadap Allah SWT, masyarakat, dan dirinya sendiri. Dari sini terlihat jelas bahwa dunia pendidikan tidak mengenal diskriminasi. Setiap warga negara berhak mendapat pengajaran yang sama, baik itu pelajaran umum maupun pelajaran agama, karena keduanya sangat penting sebagai pedoman setiap manusia. 5 Untuk merealisasikan semua tujuan dan harapan pendidikan di negara ini, tentu harus adanya komponen-komponen pendidikan yang harus dipersiapkan sedemikian rupa agar pelaksanaan pendidikan terlaksana dengan baik dan sukses. Diantaranya, penerapan metode merupakan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Akan tetapi tidak cukup dengan mempersiapkannya saja, melainkan juga perlu adanya komitmen dalam menerapkan dan melaksanakan metode tersebut sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi pendidikan. Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses pembelajaran. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metodemetode yang dipergunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tidak mesti harus menggunakan satu metode, tetapi bisa menggunakan lebih dari satu metode. Dalam hal ini diperlukan penggabungan penggunaan metode mengajar. Dengan begitukekurangan metode yang satu dapat ditutupi oleh kelebihan metode yang lain. Strategi metode mengajar yang saling melengkapi ini akan menghasilkan hasi pengajaran yang lebih baik dari 5 10 T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Refika Adimata, Bandung, 2006, hlm

4 pada penggunaan satu metode.6 Metode pembelajaran digunakan untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.7 Pentingnya dalam memperhatikan perbedaan individual dalam pengajaran, sungguh suatu keharusan. Namun demikian dalam praktek hal ini masih merupakan suatu ideal. Untuk mewujudkannya, guru harus memahami dan mengembangkan strategi belajar mengajar dengan pendekatan individual. Strategi belajar mengajar individual dalam hal ini adalah penerapan metode (Resource Based Learning) belajar yang langsung menghadapkan pada murid, disamping itu memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap siswa dapat mengusai seluruh bahan pelajaran secara penuh.8 Cara belajar mengajar dengan menggunakan penerapan metode Resource Based Learning sangatlah menguntungkan bagi siswa yang Berkebutuhan Khusus karena dengan penerapan metode tersebut siswa dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Dengan penerapan metode tersebut bertujuan agar siswa siswi yang tergolong Slow Learner bisa memahami dan mengamalkan pelajaran yang di ajarkan di sekolah terutama pendidikan agama yang mencakup praktek ibadah dan bacaan dalam ibadah ( Sholat ), bahkan bukan hanya bisa belajar di sekolah saja melainkan dirumah karna penerapan metode Resource Based Learning ini berbentuk tutorial yang berisi praktek solat, 6 Syaiful bahri Djamarah dkk, Strategi Belajar Mengajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 177 7 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 21 8 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm.20

5 bacaan dalam solat serta pelajaran umum lainya. Bagi mereka yang cara pandangnya kurang bisa untuk mendengarkan dan bagi mereka yang cara bicaranya kurang bisa untuk melihat, yang mana metode Resource Based learning ini bertujuan agar Siswa Slow Learner bisa melakukan ibadah dengan benar dan memahami pelajaran secara maksimal. 9 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syuara 26:80 Artinya: Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku (QS AsySyuara 26:80) Dari ayat diatas, bahwa semua penyakit merupakan sesuatu yang buruk, tidak dinyatakan bahwa ia (penyakit) berasal dari Allah SWT, apabila aku sakit kesembuhan yang merupakan sesuatu yang terpuji, dinyatakan bahwa Dia (Allah SWT) yang menyembuhkan. Karena pada dasarnya Siswa lamban belajar (Slow Learner) merupakan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85). Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berfikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya. Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler. Dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.10 Berdasarkan observasi yang di lakukan di kelas Inklusi SDN Bolo Demak ada hal yang menarik dari alasan pemilihan tempat, yaitu anak yang tergolong Lamban Belajar (Slow Learner) semuanya disetarakan dengan anak-anak normal lainya, dan Siswa Inklusi dapat diartikan sebagai 9 Suryabroto, Proses Belajar Mengajar,Renika Cipta, Jakarta, 2009,hlm. 57 Oemar Hamalik,Psikologi Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta 2001, hlm. 183 10

6 model penyelenggaraan pendidikan dimana anak yang memiliki kelainan dan yang normal dapat belajar bersama-sama disekolah umum. Bagi mereka yang memiliki kesulitan sesuai kecacatannya disediakan bantuan khusus.11 Berangkat dari kenyataan tersebutlah, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Resource Based Learning Bagi Siswa Slow Learner Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di Kelas Inklusi SDN Bolo Demak Tahun Pelajaran 2015/2016). B. Fokus Penelitian Penelitian kali ini difokuskan pada penerapan metode Resource Based Learning bagi Siswa Slow Learner dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupaka salah satu cara yang dapat dilaksanakan untuk menumbuhkan suatu kemampuan dan pemahaman dalam pembelajaran Siswa Lamban Belajar (Slow Learner). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas. Maka ada beberapa pokok masalah yang akan penulis analisis dalam melaksanakan penelitian kasus ini. Adapun pokok-pokok masalah tersebut adalah 1. Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Slow Learner di Kelas Inklusi SDN Bolo Demak Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana Penerapan Metode Resource Based Learning bagi Siswa Slow Learner di Kelas Inklusi SDN Bolo Demak Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana Hasil Belajar Siswa Slow Learner Setelah Penerapan Metode Resource Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan 11 Data di dapat dari hasil Observasi pada tanggal 24 Maret 2015

7 Agama Islam di Kelas Inklusi SDN Bolo Demak Tahun Pelajaran 2015/2016? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat di simpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Slow Learner di Kelas Inklusi SDN Bolo Demak Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Penerapan Metode Resource Based Learning bagi Siswa Slow Learner di Kelas Inklusi SDN Bolo Demak Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Hasil Belajar Siswa Slow Learner Setelah Penerapan Metode Resource Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas Inklusi SDN Bolo Demak Tahun Pelajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian Mengingat pentingnya dari sebuah penelitian, maka manfaat dari penelitian ini dapat penulis paparkan sebagaimana berikut: 1. Manfaat Teoretis Adapun penelitian ini secara teoretis bermanfaat untuk: a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. b. Memaparkan kajian ilmu tentang metode resource based learning dalam pendidikan agama islam, khususnya bagi Siswa Slow Learner di Kelas inklusi SDN Bolo Demak Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Bagi sekolah yang menjadi fokus penelitian, hasil studi ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran untuk menentukan sikap dan membantu lembaga pendidikan dalam

8 memahami kemampuan siswa, terutama bagi siswa Lamban Belajar (Slow Learner) dalam hal beribadah. b. Bagi guru-guru dapat memperoleh umpan balik yang nyata dan sangat berguna demi keberhasilan pendidikan agama Islam pada masa-masa mendatang dan diharapkan dapat membantu Siswa Slow Learner dalam menerapkan nilai-nilai keislaman bagi kehidupannya sehari-hari.