BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. bila peserta didik sebagai individu tidak memiliki motivasi untuk berprestasi sebaikbaiknya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. baru agar pendidikan di Indonesia bisa berkembang dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

PENERAPAN CREATIVE APPROACH BERBASIS PICTORIAL RIDDLE APPROACH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah bangsa yang besar bukanlah bangsa yang banyak penduduknya, tetapi bangsa yang besar adalah jika elemen masyarakatnya berpendidikan dan mampu memajukan negaranya. Pendidikan adalah kunci semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan merupakan suatu peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dibuat dalam bentuk kurikulum. Berbagai upaya guru ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan akan dapat membentuk manusia-manusia berkualitas dan berkebudayaan maju sehingga mewujudkan diri sebagai manusia yang bermoral dan produktif serta penuh tanggung jawab (Hamalik, 2011: 2). Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, proses belajar mengajar yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam proses tersebut. Keberhasilan

peserta didik sendiri juga tergantung pada cara penyampaian materi di kelas oleh pendidik. Oleh karena itu diperlukan kemampuan dan kesiapan guru dalam mengajar demi keberhasilan peserta didik dalam hal belajar. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrument untuk mengarahkan peserta didik menjadi : 1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah 2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri 3) Warga Negara yang demokratis, bertanggung jawab. Dengan kata lain kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara utuh (Kemdikbud, 2014). Agar menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tersebut diperlukan kreatifitas guru untuk berpikir kreatif agar semua sarana dan prasarana bisa dijadikan sarana pembelajaran yang baik dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran yang tercantum pada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yaitu, seorang guru dituntut untuk dapat memiliki 4 kompetensi guru secara utuh yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional (Suyanto dan Djihad, 2012: 49). Sehubungan dengan itu, kemampuan seorang guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan berbagai model sangat dibutuhkan agar tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan dapat tercapai. Karena guru adalah pengajar yang mencurahkan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya sehingga peserta didik dapat menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran peran aktif peserta didik sangat penting dalam rangka peningkatan pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan. Prestasi peserta didik tidak hanya diukur dari prestasi nilai saja tapi juga sikap dan proses selama pembelajaran. Oleh karena itu guru tidak lagi berperan sebagai fasilitator. Dengan cara ini, peserta didik akan dipacu untuk berperan aktif dalam mencari informasi. SMP Negeri 4 Kota Kupang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang sudah menerapkan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 4 Kupang diperoleh bahwa: semua peserta didik, guru, dan pegawai di sekolah dituntut untuk disiplin terhadap waktu dan tugas yang diberikan. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) berbeda untuk setiap tingkatan kelas, dimana KKM untuk kelas VII adalah 65, untuk kelas VIII adalah 70 dan untuk kelas IX adalah 75. Kriteria Ketuntasan Minimum pada SMP Negeri 4 Kota Kupang ditentukan berpedoman pada pertimbanganpertimbangan berikut yaitu : Kemampuan peserta didik yang berbeda-beda, nilai hasil tes masuk dan nilai hasil ujian semester serta fasilitas sekolah yang belum memadai. Selain itu juga terdapat beragam masalah yang terjadi selama proses pembelajaran khususnya IPA, yaitu : 1. Guru belum memanfaatkan peralatan laboratorium dengan baik. 2. Model pembelajaran yang digunakan guru belum bervarisi. 3. Guru kurang mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. 4. Peserta didik merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran didominasi oleh guru.

5. Peserta didik terlihat pasif di kelas seolah-olah mereka belum siap untuk menerima pelajaran. 6. Sebagian peserta didik sulit mengajukan pertanyaan dan tidak mau bertanya pada teman dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. 7. Peserta didik yang tergolong pandai tidak mau membantu temannya dengan sukarela untuk menjelaskan apa yang diketahuinya. 8. Ketika diberikan pertanyaan banyak peserta didik yang lebih cenderung diam dan tidak mau berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan. 9. Penilaian yang diberikan guru hanya meliputi aspek kognitif saja sedangkan aspek afektif dan psikomotor belum dinilai secara maksimal. Dampaknya dapat dilihat dari nilai-nilai hasil belajar IPA peserta didik kelas VII dari 31 peserta didik hanya 32,25% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 65. Nilai terendah di kelas adalah 30 sedangkan nilai tertinggi adalah 70. Menanggapi permasalahan tersebut, tentunya menjadi suatu masalah yang perlu dihindari dalam suatu proses pembelajaran karena pembelajaran bukan hanya proses penyampaian sesuatu namun bagaimana proses peserta didik menemukan apa yang disampaikan melalui berbagai kegiatan sekaligus mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Melihat kondisi ini maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana peserta didik belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah diperoleh dengan kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun teman sebaya. Salah satu alternatif untuk mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor adalah dengan menerapkan pendekatan

kontekstual. Pendekatan Kontekstual adalah pendekatan yang mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Aqib, 2013 :1). Ada tiga hal yang harus dipahami tentang pendekatan kontekstual (Sanjaya, 2006: 255) yaitu: 1) Kontekstual menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. 2) Kontekstual mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi hidup nyata. 3) Kontekstual mendorong peserta didik untuk dapat menerapkan dalam kehidupan. Pada Pendekatan Kontekstual ini mengharuskan guru membantu peserta didik mencapai tujuannya. Maksudnya tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas/peserta didik ( Aqib, 2013: 2). Beberapa alasan pendekatan kontekstual dapat berhasil dalam pembelajaran karena sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, pendekatan kontekstual mampu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, sesuai dengan cara kerja alam, sehingga penerapan pendekatan kontekstual diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih efektif dan efisien. Adapun harapan dari implementasi pendekatan kontekstual yaitu materi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Selain itu peserta didik juga merasa senang dan antusias selama proses pembelajaran, sehingga dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu mengemukakan bahwa pendekataan kontekstual meningkatkan kualitas pembelajaran IPA (Dwi, 2013).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh (Khutbah, 2011) bahwa ada pengaruh Pendekata Kontekstual terhadap hasil belajar siswa. Kalor dan Perpindahannya merupakan salah satu materi pokok pada pelajaran IPA fisika terdapat pada buku siswa kelas VII semester ganjil tingkat SMP berdasarkan kurikulum 2013. Materi pokok ini berhubungan erat dengan pengalaman sehari-hari. Berdasarkan kompetensi dasar pada materi pokok ini yaitu Memahami konsep kalor, mendeskripsikan peranan kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari, melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda serta menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi. Kalor dan perpindahannya sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, demikian juga dengan pendekatan kontekstual yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu materi Kalor dan Perpindahannya cocok diajarkan dengan pendekatan kontekstual karena sama-sama mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Kontekstual Pada Materi Pokok Kalor dan Perpindahannya Siswa Kelas VII D Semester Ganjil SMP Negeri 4 Kota Kupang Tahun Ajaran 2016/2017. B. Rumusan Masalah

Masalah umum dalam dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Hasil Penerapan Pendekatan Kontekstual Materi Pokok Kalor dan Perpindahannya Peserta Didik Kelas VII D Semester Ganjil SMP Negeri 4 Kota Kupang Tahun Ajaran 2016/2017? Secara spesifik rincian perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP Negeri 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017? 2. Bagaimana ketuntasan indikator hasil belajar dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun 2016/2017? 3. Bagaimana hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017? 4. Bagaimana respon peserta didik pada proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan hasil penerapan pendekatan kontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017. Secara khusus tujuan penelitian in dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017. 2. Mendeskripsikan ketuntasan indikator hasil belajar dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017. 3. Mendeskripsikan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatankontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017. 4. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pokok kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peserta Didik a. Meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. b. Meningkatkan semangat belajar peserta didik. c. Meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2. Bagi Guru

a. Dapat dijadikan alternative pembelajaran di kelas guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran fisika. b. Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada materi fisika. 3. Bagi Sekolah Memberikan masukan yang baik bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kegiatan pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu sekolah. 4. Bagi Peneliti Memiliki pengetahuan yang luas tentang pendekatan kontekstual dan memperoleh pengalaman yang dapat diterapkan saat terjun di lapangan khususnya dalam pengajaran fisika. E. Asumsi Penelitian Asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini adalah : 1. Penerapan pendekatan kontekstual pada materi kalor dan perpindahannya peserta didik kelas VII D semester ganjil SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017 dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. 2. Peserta didik mengerjakan tes awal dan tes akhir yang diberikan secara perorangan tanpa dibantu oleh pihak manapun sehingga, sehingga hasil penelitian yang diperoleh benar-benar mencerminkan kemampuan masing-masing peserta didik.

3. Pengamat berlaku objektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap peneliti selama kegiatan berlangsung. 4. Peneliti berlaku objektif dalam memberikan penilaian terhadap peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 5. Peserta didik memberikan informasi secara jujur dan benar tentang proses pembelajaran dengan menjawab pertanyaan pada angket respon peserta didik. F. Batasan Penelitian Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi pokok kalor dan perpindahannya. 2. Ruang lingkup penelitian hanya pada kelas VII D SMP N 4 Kota Kupang tahun ajaran 2016/2017. 3. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini hanya pendekatan kontekstual G. Penjelasan Judul Untuk tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini,maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan antara lain : 1. Penerapan adalah penggunaan suatu metode atau model tertentu menurut aturan atau kaidah tertentu. 2. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari

metode atau model pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. (Sanjaya, 2006: 127). 3. Pendekatan Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Aqib, 2013: 1) 4. Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 5. Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah.