HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. PBB termasuk Indonesia sepakat untuk menghadapi Deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat (Rahmawati & Ningsih, 2016). Angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN. mengarah kepada kematian. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

Hardiana 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

GAMBARAN CARA PERAWATAN TALI PUSAT DAN LAMA WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BAKI SUKOHARJO

ASFIKSIA FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

FAKTOR KETUBAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN TABANAN

GAMBARAN PENERAPAN METODE KANGURU DALAM PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BBLR DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN Oleh

Transkripsi:

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 Nasrawati 1), Elisa Erma Wati 2) 1),2) Politeknik Kesehatan Kendari ABSTRACT Penelitian ini untuk mengetahui hubungan berat bayi lahir rendah (BBLR) dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian Case Control. Populasi adalah semua bayi lahir di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 yang berjumlah 1480 kelahiran, kemudian mengumpulkan data dengan teknik purposive sampling dan teknik sistematik random sampling sehingga didapatkan jumlah sampel yang mewakili populasi. Sampel adalah bayi lahir yang mengalami asfiksia dan yang tidak mengalami asfiksia yang berjumlah 294 bayi. Perbandingan sampel kasus control 1:1 (147:147). Analisis data yang digunakan adalah univariabel dalam bentuk deskripsi dan bivariabel dengan rumus chi square (X²) dan uji odds ratio (OR). Berdasarkan analisis data yang diperoleh hasil, yaitu Hasil uji Chi-Square, X2Hit = 14,70 dan X2Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan Ho ditolak dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05. Ada hubungan antara berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dewi Sartika Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Saran : Karena tingginya angka kejadian asfiksia, petugas kesehatan khususnya bidan sebaiknya melakukan deteksi sedini mungkin komplikasi kehamilan dan persalinan yang merupakan faktor predisposisi asfiksia pada bayi baru lahir,dengan lebih meningkatkan skill dan kemampuan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada kliennya. Keywords: Rendah, Asfiksia Neonatorum PENDAHULUAN Asfiksia neonatorum merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa beberapa dampak pada periode neonatal baik di negara berkembang maupun Negara maju. Asfiksia neonatorum menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra, 2014). Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2013 Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 dengan Angka Kematian Bayi (AKB) 43 per 1.000 kelahiran hidup, Di kawasan Asia tenggara, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2016). Laporan WHO menyebutkan bahwa setiap tahunnya sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. AKB akibat asfiksia di kawasan Asia Tenggara menurut WHO merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000 setelah Afrika. Indonesia merupakan Negara dengan AKB akibat asfiksia tertinggi kelima untuk Negara ASEAN yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup, dimana Myanmar 48 per 1.000, Laos dan Timor Leste 46 per 1.000 kelahiran hidup, 261

kamboja 36 per 1.000 kelahiran hidup (Syaiful & Umi, 2016). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Berdasar survey Demografi Kesehatan Indonesia masih jauh dari target MDGs yaitu AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 diperoleh estimasi Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup dan menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI 2012). Data program kesehatan anak kabupaten/kota tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah kematian neonatal adalah 406 kasus dengan penyebab kematian diantaranya BBLR 125 kasus (31%), asfiksia 85 kasus (21%), kelainan congenital 47 kasus (12%), sepsis 6 kasus (1%), ikterus 5 kasus (1%) dan lain-lain 138 kasus (34%) (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016). Berat badan lahir merupakan salah satu faktor risiko yang menjadi penyebab utama untuk terjadinya asfiksia neonatorum. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Desfauza dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008, menyatakan bahwa berat badan lahir merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan secara signifikan dan sangat dominan pada kejadian asfiksia neonatorum di RSU DR. Pirngadi Medan. Bayi yang lahir dengan berat badan kurang memiliki risiko terjadi asfiksia sebesar 79,5%, sedangkan bayi dengan berat badan normal berisiko sebesar 20,5%. Di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika data tahun 2014 dari 404 kelahiran terdapat 33 kasus BBLR (8,1%), tahun 2015 meningkat dari 771 kelahiran terdapat 103 kasus BBLR (13,3%) dan pada tahun 2016 terdapat BBLR sebesar 139 kasus (9,3%) dari 1480 kelahiran. Sedangkan untuk kasus asfiksia pada tahun 2014, kasus asfiksia neonatorum sebesar 61 kasus (15%) dari 404 kelahiran, pada tahun 2015 dari 771 kelahiran terdapat 115 kasus asfiksia neonatorum (14,9%) dan pada tahun 2016 dari 1480 kelahiran terdapat asfiksia neonatorum 147 kasus (9,9%) (Buku Register Rumah Sakit Umum Dewi Sartika, 2016). METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah metode analitik observasional dengan rancangan penelitian Case Control yang digunakan untuk mengetahui penyebab penyakit dengan menginvestigasi hubungan antara faktor resiko dengan kejadian penyakit. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel yaitu bayi lahir yang mengalami asfiksia sebagai kasus dan bayi lahir yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 294 bayi. Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel disertai penjelasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa jumlah responden dalam penelitian ini adalah 1480 orang, dimana jumlah bayi lahir yang mengalami asfiksia sebanyak 147 bayi (9,93%) dan bayi yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 1333 bayi (90,06%). Tabel 1 Distribusi kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Asfiksia Jumlah Presentase Respon (%) Ya (< 7) 147 9,93 % Tidak ( 7) 1333 90,06 % Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena hipoksia (kekurangan oksigen) janin dalam kandungan yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Hipoksia dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar rahim ibu (Maryunani & Nurhayati, 2008). 262

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian yaitu: Denyut jantung janin, Mekonium pada air ketuban, Pemeriksaan PH darah janin. Penyebab asfiksia neonatorum mempunyai dimensi multifaktor. Ada beberapa faktor terjadinya asfiksia neonatorum salah satunya adalah berat bayi lahir rendah (BBLR) (Rukiyah & Lia, 2013) Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 294 Ibu yang melahirkan diperoleh ibu yang melahirkan dengan berat bayi lahir normal berjumlah 224 orang (76,19 %) dan bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah berjumlah 70 orang (23,80%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Rendah Jumlah responden Presentase Normal 224 76,19 % Rendah 70 23,80 % Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Saputra, 2014). Berdasarkan distribusi BBLR paling banyak ibu melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir rendah mempunyai masalah antara lain : pusat pengaturan pernapasan dan alat pencernaannya belum sempurna, kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga dapat berakibat terjadinya asfiksia, asidosis dan dan mudah terjdi infeksi. Bayi yang dilahirkan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya, selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah (Katiandagho & Kusmiyati, 2015). Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil uji Chi-Square, X 2 Hit = 14,70 dan X 2 Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan Ho ditolak dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05 (nilai X 2 Hit > X 2 Tabel). Ini berarti ada hubungan yang signifikan antara berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum Tabel 3 Hubungan Rendah dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir Tidak Berat Bayi Asfiksia Asfiksia Lahir f % f % Berat Bayi Lahir Rendah 49 33,3 201 14,2 Berat Bayi Lahir Normal 98 66,6 126 85,7 Jumlah 147 100 147 100 X 2 Hit X 2 Tab el OR 14,7 3.84 3 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil uji Chi-Square, X 2 Hit = 14,70 dan X 2 Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan Ho ditolak dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05 (nilai X 2 Hit > X 2 Tabel). Ini berarti ada hubungan yang signifikan antara berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dewi Sartika Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Ibu yang melahirkan dengan berat bayi lahir rendah memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami asfiksia pada bayinya dibanding dengan ibu yang melahirkan dengan berat bayi lahir normal Saran Sebaiknya pihak rumah sakit meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu baik dari sumber daya manusianya maupun dari sarana dan prasarananya untuk menciptakan pelayanan yang bermutu serta terjangkau khususnya pada pelayanan kehamilan dan persalinan. Karena tingginya angka kejadian asfiksia, petugas kesehatan khususnya bidan sebaiknya melakukan deteksi sedini mungkin komplikasi kehamilan dan persalinan yang merupakan faktor predisposisi asfiksia pada bayi baru 263

lahir,dengan lebih meningkatkan skill dan kemampuan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada kliennya. Yang ingin melakukan penelitian serupa, disarankan untuk meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan asfiksia neonatorum.. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik. (2013). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. 2. Departeman Kesehatan RI.(2008) Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Departemen Kesehatan. 3. Departeman Kesehatan RI.(2011) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Jakarta: Departemen Kesehatan. 4. Desfauza E. (2007) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asphyxia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir Di RSU Pirngadi Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan. 5. Dewi, Vivin Nanny Lia. (2011) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. 6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2016) Profil Kesehatan Selawesi Tenggara Tahun 2015. Dari http://dinkes.sultraprov.go.id/ Diakses tanggal 13 Oktober 2016. 7. Fajarwati, Novia. (2015) Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal Berkala Kedokteran; Volume 12, Nomor 1, Februari 2016: Hal. 33-39. 8. Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 9. Katiandagho, Novisye,. Dan Kusmiyati. (2015) Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Liun kendage Tahuna. Jurnal Ilmiah Bidan; Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015. 10. Maharyati, Ni komang Arya. (2013) Hubungan Rendah Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas Kota Kendari Tahun 2013. Skripsi. Poltekkes Kemenkes Kendari. 11. Maryunani, Anik & Nurhayati. (2008) Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans Info Media. 12. Pantiawati, Ika. (2010) Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika. 13. RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara. (2017) Data Bulanan RSU Dewi Sartika Bulan Januari-Desember 2016. 14. Rukiyah, Ai Yeyeh,. dan Lia Yulianti. (2013) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita (Ed. Revisi, Cetakan Ketiga). Jakarta: Trans Info Medika. 15. Saputra, Lyndon. (2014) Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Tanggerang: Bina Aksara. 16. Siswanto,. Susila,. & Suyanto (2015) Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu. 17. Suyanto dan Ummi Salamah. (2008) Riset Kebidanan : Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. 18. Swarjana, I Ketut. (2015) Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi): Tuntutan Praktis Pembuatan Proposal Penelitian untuk Mahasiswa Keperawatan, Kebidanan, dan Profesi Bidang Kesehatan Lainnya. Yogyakarta: ANDI. 19. Syaiful, Yuanita,. & Umi Khudzalifah. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RS Muhammadiyah Gresik. Jurnal of Ners Community; Volume 07, Nomor 01, Juni 2016: Hal.55-60. 20. Walyani, Elisabeth S,. & Th. Endang P. (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 264

World Health Organization (WHO). (2016). Children: mortality reducing. Dari http://www.who.int/mediacentre/factssh eets/fs178/en/. Diakses tanggal 05 Oktober 2016. 265