BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK USIA DINI. By : Eva Imania Eliasa,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

CIRI-CIRI ANAK PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa bahasa,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri dan tuntutan tersendiri sehingga pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan yang paling signifikan terjadi ketika anak memasuki usia sekolah (prasekolah), karena pada masa ini anak akan mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal motorik, komunikasi, sosialisasi, keterampilan hidup. Namun pada jaman sekarang ini banyak taman kanak-kanak yang menerapkan calistung (baca, tulis, hitung) yang semestinya mereka terima pada saat sekolah dasar. Penerapan calistung pada saat taman kanak-kanak dikarenakan banyak sekolah dasar yang menuntut bahwa anak harus dapat membaca, menulis dan berhitung ketika masuk sekolah dasar. Sehingga banyak anak yang mengalami stress karena banyak tugas yang diberikan sekolah dan anak berada di sekolah dalam jangka waktu yang lama. Padahal menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, taman kanak-kanak termasuk dalam pendidikan anak usia dini yang menitikberatkan pembelajaran pada nilai-nilai moral, nilai-nilai agama, kemandirian, emosional. Prasekolah atau Taman Kanak-Kanak merupakan suatu pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan 1

Bab I Pendahuluan 2 yang dimiliki anak-anak seperti kemampuan dalam komunikasi, motorik, keterampilan hidup sehari-hari, serta sosialisasi. Keterampilan yang telah dikembangkan sejak taman kanak-kanak diharapkan dapat bermanfaat saat anak menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan dengan tuntutan yang lebih tinggi pula. Namun ada pula sekolah yang lebih mengembangkan keterampilan serta kemampuan anak daripada calistung, salah satunya adalah TK X. TK X merupakan salah satu sekolah interaktif, yaitu sekolah yang memfokuskan pelajaran dan pengajaran pada siswa-siswinya sehingga sekolah cukup sering mengadakan kegiatan yang melibatkan siswa-siswinya seperti outing bersama dengan keluarga dan guru yang diadakan setiap jenjang waktu tertentu, mengadakan pentas seni atau perlombaan pada hari besar tertentu, mengadakan pargelaran drama di hari besar tertentu, mengikuti perlombaan-perlombaan, dan lain sebagainya. Diharapkan dengan banyaknya program kegiatan tersebut, TK X ini dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada diri siswa. Misalnya ketika siswa melakukan kegiatan bersama dengan guru dan keluarga, siswa dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi, komunikasi, motoriknya baik dengan orang dewasa ataupun dengan teman sebaya. Ketika siswa melakukan drama, maka akan diajarkan bagaimana cara berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman yang lainnya. Selain itu melatih kemampuan motorik siswa karena dalam drama terdapat tarian-tarian atau gerakan-gerakan yang harus dilakukan, siswa juga diajarkan untuk dapat bertanggung jawab terhadap tugasnya.

Bab I Pendahuluan 3 Dengan berkembangnya keterampilan tersebut maka berkembang pula keterampilan untuk melakukan aktivitas sehari-hari di rumah dan di kelas. Penampilan perilaku yang diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari di rumah dan di kelas disebut sebagai perilaku adaptif (Sparrow dkk, 1984). Perilaku adaptif siswa meliputi empat aspek, yaitu aspek komunikasi, sosialisasi, motorik, serta keterampilan hidup sehari-hari. Ketika siswa menulis dan membaca dengan tata cara yang benar, siswa mampu berbicara dengan orang lain dengan menggunakan kosakata yang benar maka dapat dikatakan bahwa siswa memiliki perilaku adaptif dalam komunikasi. Keterampilan hidup sehari-hari ditampilkan siswa dengan cara mampu mengenakan baju dan sepatu sendiri, mencuci tangan sendiri, sikat gigi dan cuci muka sendiri, menyisir rambut sendiri. siswa mau bermain dengan teman sebaya, berbagi mainan dengan temannya, mampu berempati pada orang lain, maka perilaku ini termasuk aspek sosialisasi. Sedangkan ketika siswa mewarnai dan menggambar, menggunting, bermain bola, itu termasuk dalam aspek motorik. Keempat aspek perilaku adaptif dapat terlihat dengan jelas ketika siswa berada di sekolah, karena perilaku siswa akan dibandingkan dengan perilaku siswa lain seusianya. Diharapkan siswa TK X telah memiliki keterampilan dalam keempat aspek perilaku adaptif tersebut. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru di TK X, permasalahan yang banyak dialami adalah mengenai perilaku adaptif, seperti siswa tidak menjawab pertanyaan guru ketika sedang ditanya, tidak dapat mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru, tidak mau berbagi mainan dengan temannya, tidak

Bab I Pendahuluan 4 mengerjakan tugas sesuai dengan yang diperintahkan, mengaduk-aduk makanan, kurang dapat membereskan mainan. Berdasarkan hasil observasi terhadap 10 orang anak, diketahui bahwa terdapat enam orang siswa yang kurang dapat menulis dengan menggunakan huruf yang tepat, misalnya dalam menulis suatu kata terdapat huruf yang hilang, menulis huruf dengan bentuk huruf yang tidak tepat. Dua orang siswa tidak menjawab pertanyaan atau memberikan respon ketika guru bertanya, misalnya ketika siswa diberikan suatu pertanyaan, siswa tersebut tidak menjawabnya meskipun ia mengetahui jawaban pertanyaannya. Empat orang siswa kurang mau bersosialisasi dengan temannya dan kurang mau mengikuti kegiatan yang diadakan di sekolah atau kelas, misalnya ketika siswa sedang bermain maka ada siswa yang jarang ikut bermain dengan temannya, siswa tersebut lebih memilih bersama dengan guru atau hanya memperhatikan teman yang lain dan sekelilingnya. Contoh lainnya adalah ketika kelas sedang ada kegiatan bernyanyi atau menari bersama maka ada beberapa siswa yang kurang mengikuti kegiatan tersebut, kemudian terdapat beberapa siswa yang tidak meletakkan barang sesuai pada tempatnya ketika sudah menggunakannya. Dari hasil wawancara terhadap kepala sekolah, guru dan hasil observasi, diketahui bahwa ada beberapa anak yang perilaku adaptifnya belum berkembang dengan baik. Namun terdapat juga anak yang mampu menampilkan perilaku adaptif. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui perilaku adaptif TK X Bandung.

Bab I Pendahuluan 5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan fakta yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran perilaku adaptif siswa TK X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai perilaku adaptif siswa TK X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran mengenai aspek dan subaspek perilaku adaptif siswa TK X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis - Memberikan tambahan informasi pada psikologi pendidikan mengenai perilaku adaptif siswa TK. - Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengetahui mengenai perilaku adaptif siswa TK.

Bab I Pendahuluan 6 1.4.2 Kegunaan Praktis - Memberikan informasi kepada sekolah mengenai perilaku adaptif anak, sehingga sekolah dapat mengembangkan kemampuan siswa agar lebih optimal. - Memberikan informasi kepada orangtua mengenai kematangan anaknya, sehingga dapat bekerja sama dengan pihak sekolah untuk dapat meningkatkannya. 1.5 Kerangka Pikir Anak usia 4-6 tahun merupakan usia prasekolah, dan pada masa ini anak memasuki Taman Kanak-Kanak. Taman kanak-kanak merupakan jenjang pendidikan anak usia dini dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK, dalam hal ini TK X pun ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar siswa memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Semakin usia siswa bertambah maka diharapkan siswa TK X dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya dalam aspek komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi, serta motorik. Dengan berkembangnya keterampilan keterampilan tersebut berarti berkembang pula perilaku mereka yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Menurut Sparrow dkk (1984), tampilan perilaku anak dalam aktivitas sehari-hari yang diperlukan untuk bekal kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosialnya disebut perilaku adaptif.

Bab I Pendahuluan 7 Sparrow (1984) mengemukakan terdapat tiga prinsip dalam perilaku adaptif, pertama perilaku adaptif TK X berkaitan dengan usia. Semakin usianya bertambah maka perilaku adaptifnya semakin meningkat dan kompleks. Kedua, perilaku adaptif dipengaruhi oleh harapan lingkungan (guru dan orangtua). Perilaku adaptif yang ditampilkan oleh siswa akan dinilai oleh lingkungannya dan orang sekitarnya (dalam hal ini guru). Ketiga, perilaku adaptif merupakan suatu performance bukan ability. Perilaku adaptif tidak adekuat ketika siswa tidak menampilkan keterampilannya ke dalam kehidupan sehari-hari meskipun siswa mampu melakukannya. Sparrow (1984), mengemukakan bahwa perilaku adaptif memiliki empat aspek, yaitu komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi dan motorik. Demikian pula, diharapkan perilaku yang ditampilkan siswa TK X memiliki keempat aspek tersebut. Aspek pertama adalah komunikasi, aspek ini terbagi atas tiga subaspek yaitu reseptif, ekspresif, dan tulisan. Reseptif yakni bagaimana perilaku siswa TK X dalam memahami materi atau informasi yang disampaikan oleh guru. Ekspresif yaitu bagaimana perilaku siswa TK X dalam menyatakan pendapat atau pemikiran. Ketiga adalah tulisan, yaitu bagaimana siswa TK X menampilkan kemampuannya dalam membaca bacaan dan menulis huruf. Aspek kedua adalah keterampilan hidup sehari-hari yang terbagi atas tiga subaspek yaitu pribadi, kerumahtanggaan, kemasyarakatan. Subaspek pribadi adalah bagaimana perilaku siswa TK X ketika makan, berpakaian dan membersihkan diri. Kerumahtanggaan yakni bagaimana perilaku siswa TK X ketika dihadapkan pada tugas-tugas rumah tangga seperti menyimpan dan

Bab I Pendahuluan 8 membereskan mainan, menyapu dan mengelap. Kemasyarakatan yaitu bagaimana perilaku siswa TK X ketika menggunakan waktu, telepon dan ketrampilan akademis di kelas. Aspek ketiga adalah sosialisasi yang terbagi atas tiga subaspek yaitu hubungan antar manusia, bermain dan waktu luang, mengatasi situasi. Hubungan antar manusia yakni bagaimana siswa TK X berinteraksi dengan orang lain. Bermain dan waktu luang yaitu bagaimana siswa TK X bermain dan menggunakan waktu. Mengatasi situasi yakni bagaimana siswa TK X menunjukkan tanggung jawab dan kepekaan terhadap orang lain. Aspek yang keempat adalah ketrampilan motorik yang terbagi atas dua subaspek yaitu keterampilan motorik kasar yaitu bagaimana siswa TK X menggunakan lengan dan kakinya untuk bergerak dan berkoordinasi, dan keterampilan motorik halus yaitu bagaimana siswa TK X menggunakan tangan dan jarinya untuk melakukan sesuatu. Keempat aspek perilaku adaptif dimiliki oleh setiap siswa TK X namun masing-masing aspek perilaku adaptif tersebut belum tentu sama satu sama lain. Hal ini dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi perilaku adaptif. Menurut Tudor (1981), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku adaptif siswa TK X, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal terdiri dari stimulation, deprivation (kekurangan), media massa, kekacauan atau bencana sosial, sekolah dan orang tua. Faktor internal terdiri dari budaya, kelas sosial, ras, status kesehatan dan penyakit.

Bab I Pendahuluan 9 Stimulation yang efektif bagi perkembangan siswa TK X dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya menggunakan fasilitas bermain untuk melatih perkembangan motorik sehingga siswa dapat berlatih melompat dengan satu atau dua kaki, menangkap bola. Fasilitas yang disediakan oleh TK X dalam melatih perkembangan motorik adalah adanya tempat bermain yang dinamakan kamar busa yang berisi trampolin, balok-balok yang dapat digunakan untuk melatih keseimbangan, panjat tebing untuk anak-anak. Kemudian sekolah dapat melakukan kegiatan outing atau drama sehingga dengan acara seperti ini siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi seperti bagaimana cara berbagi dengan teman dan berbicara dengan teman atau dengan orang dewasa dan lain sebagainya. Stimulasi tidak hanya dapat dilakukan di luar kelas tetapi di dalam kelas seperti makan bersama sehingga dapat mengembangkan keterampilan hidup sehari-hari. Dengan adanya pembiasaan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan anak akan semakin dapat mengembangkan perilaku adaptifnya dan tidak mengalami deprivation (kekurangan) yang menghambat dalam perkembangan perilaku adaptif mereka. Faktor eksternal lain adalah media massa seperti seperti buku, televisi, film. Media ini memiliki dampak yang positif maupun negatif. Positifnya, melalui media, siswa dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta menambah pembendaharaan kata yang akan mempengaruhi keterampilan komunikasi. Namun bila siswa dibiarkan menonton tanpa pengawasan orang tua dapat memberi dampak negatif seperti berbicara kasar (misalnya kata bego, pencuri ). Faktor lainnya adalah kekacauan atau bencana sosial. Menurut

Bab I Pendahuluan 10 Newman (1976), bencana tidak memiliki dampak langsung pada anak. Bila anak di bawah usia dua belas tahun mengalami bencana sosial atau alam maka akan menimbulkan dampak negatif terhadap bencana misalnya pengertian mereka akan realitas dan kemungkinan terhadap peningkatan stress di masa yang akan datang (ketika anak telah remaja atau dewasa). Dampak sekolah terhadap perkembangan perilaku seringkali diasumsikan sebagai hal yang positif karena disekolah siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. Faktor eksternal yang terakhir adalah pengaruh dari orangtua. Orangtua memiliki peran penting terhadap perkembangan anak. Orangtua berperan sebagai media perantara antara karakteristik perkembangan anak mereka dengan lingkungan di mana mereka tinggal. Tingkat pendidikan orang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan perilaku adaptif anak mereka. Hal ini terlihat dalam luasnya wawasan dan pengetahuan orangtua. Bekal wawasan dan pengetahuan orangtua yang luas dapat bermanfaat ketika membimbing, mendidik perilaku adaptif anak mereka. Jenis pekerjaan orangtua juga dapat mempengaruhi perkembangan perilaku adaptif anak. Jenis pekerjaan orangtua dapat menjadi hal yang bermanfaat bagi anak mereka bila adanya waktu ataupun tersedianya fasilitas yang berguna untuk mengembangkan perilaku adaptif anak. Namun akan kurang bermanfaat bila orangtua menjadi lebih sibuk sehingga kurang menyediakan waktu bagi anak mereka. Faktor yang kedua yaitu faktor internal yang terdiri atas status kesehatan dan penyakit. Penyakit merupakan hal yang menghalangi perilaku seiring dengan

Bab I Pendahuluan 11 perkembangan fisik. Anak yang memiliki fisik yang sehat merupakan prasyarat untuk perkembangan perilaku yang sehat yang dinyatakan melalui relasi dari kemampuan fisik terhadap tugas-tugas perkembangan bagi anak. Faktor internal yang lain adalah budaya yang didefinisikan secara umum sebagai sekumpulan nilai, keyakinan, informasi dan aturan yang diwariskan oleh sekelompok individu dari generasi ke generasi. Pengaruh budaya bagi perilaku siswa-siswi dapat positif maupun negatif. Positifnya, sebagian pengalaman dapat mengembangkan beberapa perilaku seperti inisiatif dan adaptasi sosial pada siswa-siswi dan negatifnya, dapat menimbulkan kebingungan bagi siswa-siswi dalam berperilaku. Misalnya ada budaya yang dalam berkomunikasi harus menggunakan suara yang besar/lantang dan ada budaya yang mengharuskan berkomunikasi dengan suara yang halus. Ketika anak yang berkomunikasi dengan suara yang besar masuk dalam lingkungan yang diharuskan berkomunikasi dengan suara yang halus maka akan terjadi kebingungan dalam diri anak serta memerlukan adaptasi dalam diri anak. Faktor lainnya adalah kelas sosial, yang pengaruhnya akan lebih nyata pada kelompok tingkat ekonomi bawah yaitu anak harus belajar menghadapi kenyataan mengenai kemiskinan. Ketika anak berada dalam garis kemiskinan, maka anak akan mengalami keterbatasan dalam mengembangkan perilaku adaptifnya, seperti anak akan kurang mendapatkan sarana dan prasarana. Faktor internal yang terakhir adalah ras, yang sering dikaitkan dengan perbedaan kelas sosial. Anggota dari ras mayoritas memiliki gambaran diri yang positif dibandingkan dengan anggota dari ras minoritas. Hal tersebut dapat berpengaruh

Bab I Pendahuluan 12 pada perilaku, misalnya siswa yang berasal dari suku minoritas ( Batak ), siswa membutuhkan waktu untuk beradaptasi dalam permainan yang biasa dimainkan oleh suku mayoritas ( Sunda ). Pengalaman yang dimiliki anak akan berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut dapat dihayati berbeda-beda oleh anak TK X yang satu dengan yang lain sehingga perilaku adaptifnya dapat berbeda-beda untuk setiap kategori. Perilaku adaptif yang berada pada kategori tinggi bila anak TK X dapat menampilkan perilaku yang dimaksud dalam aktivitas sehari-hari yang diperlukan untuk bekal kemandirian dan tanggung jawab sosialnya. Perilaku adaptif dalam kategori rendah bila anak TK X tidak atau kurang dapat menampilkan perilaku yang dimaksud dalam aktivitas sehari-hari yang diperlukan untuk bekal kemandirian dan tanggung jawab sosialnya.

Bab I Pendahuluan 13 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku: 1. Eksternal stimulation (Perangsangan) dan deprivation (Kekurangan) media massa Kekacauan atau bencana sosial Sekolah Orang tua 2. Internal Budaya Kelas sosial Ras Status kesehatan & penyakit Perilaku Adaptif Siswa-siswi TK X Tinggi Rendah Aspek : 1. Komunikasi 2. Ketrampilan hidup sehari-hari 3. Sosialisasi 4. Keterampilan motorik Bagan 1.5 Kerangka Pemikiran

Bab I Pendahuluan 14 1.6 Asumsi Perilaku adaptif terlihat dari aspek komunikasi, sosialisasi, motorik, keterampilan hidup sehari-hari. Siswa-siswi TK X akan menampilkan perilaku adaptif yang bervariasi.