1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar 4 Staf Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar 13

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP SIKAP MENGENAI SEKS PRANIKAH PADA SISWA-SISWI KELAS X JURUSAN KIMIA INDUSTRI SMK N 1 PANJATAN KULON PROGO

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA MUHAMMADIYAH 4 KARTASURA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

: THERESYA GATRA STERI

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PADA REMAJA DI SMP N 7 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

POLA PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN SISWA SMA RAKSANA MEDAN TAHUN 2010 OLEH: KASTHOORIBHAEE SELVADURAI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

Jurnal Riset Kesehatan PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA PERKOTAAN DAN PEDESAAN KABUPATEN KUDUS

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG RISIKO KEHAMILAN REMAJA DI LUAR NIKAH DENGAN SIKAP TERHADAP HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRACT DESCRIPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR TOWARDS FREE SEX YEAR 2008.

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA DI SMK ISLAM WIJAYA KUSUMA JAKARTA SELATAN.

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

PENGARUH KONSEP DIRI REMAJA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SMP Z SEMARANG. Abstrak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SYAMSUR RIJAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 7 Juli 2017

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SMA NEGERI 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

Disusun Oleh : Henni Nunung Vitasari

PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENCEGAHAN PERILAKU PENYIMPANGAN SEKSUAL PADA REMAJA (Effect of Sex Education to Sexual Deviation Behavior in Teenager)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

ABSTRACT. :Perception, PKPR, Adolescents Participation.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUALITAS REMAJA OLEH PENDIDIK SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS NGK Sriasih 1, NW Ariyani 2, Juliana Mauliku 3, AA Istri Dalem Cinthya Riris 4 Abstract. Peer education is a group of teenager that already have learned by formal found about teenage reproduction health. This study aims to know the influence of sexual education by peer education to knowledge and attitude of teenager about harm of free sex. The methods in this study was an analytical observational study in time cross-sectional. The study was held in May 2011. Data in this research collected by question and statement in a questionnaire for 62 respondents that divided in two groups, 31 respondents have joined pear groupeducation and 31 other respondents have no joined peer group education. The result showed the differences in two groups at all. There were significant differences in that two groups and its notice by t-independent test that showed p=0,00. I would highly recommend to all teenagers if want to know about right information must be going to right people that can be believes in and give right information as peer education it self. The researchers recommend the following research to be able to develop better methods and testing of the peer education should have done. Keywords : peer education; teenager; knowledge; attitude. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, tidak hanya dalam arti psikologis, tetapi juga dalam hal perubahan fisik. Sesuai dengan taraf perkembangannya, emosi yang masih labil dan hasrat untuk bereksperimen yang besar sering menghadapkan remaja dengan berbagai permasalahan baik dalam dirinya maupun dari lingkungannya 1. Data Analisa Lanjut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2003 dalam Kurikulum dan Modul Pelatihan Pemberian Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Pendidik Sebaya menemukan bahwa faktor yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual lebih besar (3x lebih besar) adalah teman sebaya yaitu mempunyai pacar, mempunyai teman yang setuju dengan hubungan seks pranikah, dan mempunyai teman yang mempengaruhi atau mendorong untuk melakukan seks pranikah 2. Akibat hubungan seks yang dilakukan secara bebas oleh remaja dapat menimbulkan dampak yang sangat membahayakan, merugikan kesehatan, dan merusak masa depan. Remaja yang melakukan seks bebas akan rentan mengalami penyakit menular seksual dan infeksi pada alat kelamin. Rasa ingin tahu mendorong remaja untuk mencari informasi tentang seksualitas. Dorongan rasa ingin tahu ini, jika tidak mendapatkan bimbingan dan penerangan yang tepat, maka para remaja dikhawatirkan akan memiliki anggapan yang salah mengenai masalahmasalah yang berkenaan dengan seks dan menimbulkan semakin tingginya seks bebas di kalangan remaja 3. Merespon permasalahan remaja yang sedang terjadi saat ini, pemerintah dalam hal ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah melaksanakan dan mengembangkan Program Kesehatan 1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar 4 Staf Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar 13

Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 13-19 Reproduksi Remaja (KRR) yang merupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2009). Program KRR yang diupayakan adalah pemberian pendidikan seksualitas bagi remaja oleh remaja atau disebut dengan pendidik sebaya. Melalui pendidik sebaya yang memberikan pendidikan seksualitas remaja sehingga remaja menerima informasi yang sudah tentu tepat dan benar 4. Melalui hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan pada Pebruari 2011 pada siswa di SMA Negeri 2 Denpasar yang pernah memperoleh pendidikan seksualitas dari organisasi KRR yang terdapat di sekolah ditemukan bahwa dari 10 orang terdapat 4 orang siswa peduli akan bahaya seks bebas dengan menyebarkan informasi pendidikan seksualitas tersebut ke teman-temannya yang lain sementara 6 orang siswa lain ada yang memiliki sikap biasa saja dalam menanggapi masalah bahaya seks bebas. Pendidik sebaya adalah orang yang menjadi narasumber bagi kelompok remaja sebayanya yang telah mengikuti pelatihan pendidik sebaya Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi. Beberapa dampak yang membahayakan dari perilaku seks bebas, yaitu : kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, dan infeksi menular seksual (IMS) 5. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga 6. Sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial dan suatu objek 7. Metode Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional, didasari oleh adanya pengamatan ataupun pengukuran terhadap berbagai variabel penelitian menurut keadaan alamiah, tanpa melakukan manipulasi atau intervensi. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung kepada responden dengan melakukan penyebaran kuisioner untuk dianalisis. Penelitian ini menggambarkan perbedaan pada kelompok siswa SMA yang mengikuti dan yang tidak mengikuti pendidikan seksualitas yang diberikan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Denpasar pada Mei 2011. Populasi dalam penelitian ini keseluruhan remaja putra dan putri di SMA Negeri 2 Denpasar pada Maret 2011. Unit analisis atau responden dalam penelitian ini remaja putra dan putri di SMA Negeri 2 Denpasar pada Maret 2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan sebagai pembanding siswa siswi diluar kriteria inklusi serta bersedia menjadi responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dan untuk kelompok kontrol atau pembanding dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik probability sampling, yaitu proportionate stratified random sampling dengan proses matching berdasarkan tingkatan kelas. Besar sampel keseluruhan 62 orang dengan perbandingan 31 orang mendapatkan dan 31 orang tidak. Data dikumpulkan melalui pengisian kuisioner yang dijawab langsung oleh responden selama 20 menit setelah diberi penjelasan tentang cara pengisian kuisioner. Data responden didapatkan melalui daftar hadir siswa siswi yang pernah mengikuti pendidikan seksualitas di organisasi KRR SMA Negeri 2 Denpasar. Analisa sebaran data dilakukan berdasarkan uji normalitas data 14

NGK Sriasih, NW Ariani, J. Mauliku, AAI D Chintya Riris (Pengaruh Pendidikan Seksualitas...) dengan parameter Kolmogorov-Smirnov dengan nilai kemaknaan p > 0,05 8, dilanjtkan dengan analisis univariat dengan memaparkan nilai rata-rata dan standar deviasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan uji-t dua kelompok tidak berpasangan setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal. Nilai kemaknaan dalam penelitian ini adalah p < 0,05. Penelitian ini menggunakan uji beda sehingga apabila setelah pengolahan data ditemukan nilai p < 0,05 maka Ha diterima dan terdapat perbedaan yang signifikan 9. Hasil dan Pembahasan Gambaran pengetahuan dan sikap remaja yang tidak mendapatkan pendidikan seksualitas remaja selengkapnya disajikan dalam tabel 1. Berdasarkan tabel 1, variabel pengetahuan dan sikap memiliki nilai p>0,05, sehingga data seluruh variabel berdistribusi normal. Nilai rata-rata pengetahuan responden yang tidak 15,4, standar deviasi 2,5, nilai minimal 11 dan maksimal 23. Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata sikap responden yang tidak mendapatkan sebaya 62,3 dan standar deviasi 8,3, nilai minimal 53 dan maksimal 73. Berdasarkan tabel 2, variabel pengetahuan dan sikap pada kelompok yang mendapatkan pendidikan seksualitas juga memiliki nilai p>0,05, sehingga data seluruh variabel berdistribusi normal. Nilai rata-rata pengetahuan responden yang 81,58, standar deviasi 9,93, nilai minimal 17 dan maksimal 29. Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata sikap responden yang mendapatkan pendidikan seksualitas remaja 62,26 dan standar deviasi 8,26, nilai minimal 63 dan maksimal 95. Perbedaan pengetahuan responden antara remaja yang mendapatkan dengan yang tidak dapat diketahui dengan melakukan uji t tidak berpasangan (independent t-test). Hasil analisa diperoleh bahwa nilai t hitung = 10,49 dengan p = 0,00. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna. Hal ini dapat dilihat dari nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak, yaitu terdapat perbedaan pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas pada remaja yang mendapatkan dibandingkan dengan remaja yang tidak. Perbedaan sikap responden antara remaja yang mendapatkan dengan yang tidak dapat diketahui dengan melakukan uji t tidak berpasangan (independent t-test). Hasil analisa diperoleh bahwa nilai t hitung = 8,33 dengan p = 0,00. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna. Hal ini dapat dilihat dari nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak, yaitu terdapat perbedaan sikap remaja tentang bahaya seks bebas pada remaja yang mendapatkan dibandingkan dengan remaja yang tidak mendapatkan sebaya. 15

Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 13-19 Pengetahuan responden yang Responden yang mendapatkan pendidikan seksualitas remaja yang secara keseluruhan berjumlah 31 orang memiliki nilai rata-rata 23,74, Standar deviasi 3,65, nilai minimum 17 dan maksimal 29. Pendidikan seksualitas remaja yang diberikan dilakukan dengan suasana tempat dan kondisi yang menyenangkan serta materi yang disampaikan merupakan informasi yang benar. Remaja mengalami perubahan sesuai dengan masanya, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis, dengan demikian diperlukan pengarahan yang tepat seperti mendapatkan informasi yang tepat sehingga terhindar dari bahaya seks bebas. Pendidik Sebaya dapat menjadi solusi untuk kejadian yang banyak dialami remaja karena bagi remaja teman adalah orang yang terpercaya dibandingkan orang tua, sehingga melalui kegiatan pendidik sebaya mampu memberikan pengetahuan bagi remaja mengenai bahaya seks bebas dan mampu menghindarinya 10. Pengetahuan responden yang tidak Responden yang tidak mendapatkan sebaya yang secara keseluruhan berjumlah 31 orang memiliki nilai rata-rata pengetahuan 15,4, standar deviasi 2,5, nilai minimum 11 dan maksimal 23 Secara psikologis remaja akan lebih banyak bersama teman sebayanya dan lebih mempercayai teman dibandingkan orang tuanya, sehingga apabila salah memilih teman dapat menyebabkan pemahaman terutama dalam hal seksualitas remaja yang tidak tepat dan rawan dengan ancaman bahaya seks bebas. Pergaulan yang berorientasi pada halhal yang tidak tepat, maka akan dapat menyebabkan remaja meniru dan mengikutinya 11. 16 Pihak sekolah dalam hal ini sangatlah berperan, karena dengan usia remaja pasti lingkungan yang sering diikuti adalah sekolah dan bermain dengan teman sebaya. Melalui pendidik sebaya dapat disebarluaskan informasi tentang bahaya seks bebas yang tepat. Menyampaikan informasi yang disesuaikan dengan sasaran dan materi yang disampaikan akan mampu menimbulkan suatu pemahaman yang benar dan tidak menyimpang. Pendidikan seksualitas melalui pendidik sebaya merupakan metode untuk menyampaikan informasi agar para remaja tahu dan mengerti sehingga mampu memiliki pemahaman yang benar 12. Sikap responden yang mendapatkan pendidikan seksualitas oleh pendidik sebaya Responden yang mendapatkan pendidikan seksualitas remaja yang secara keseluruhan berjumlah 31 orang memiliki nilai rata-rata 81,58, standar deviasi 9,93, nilai minimum 63 dan maksimum 95. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidik sebaya mampu mengubah atau mempengaruhi sikap remaja tentang bahaya seks bebas. Menurut teori adapun tujuan diberikannya pendidikan seksualitas remaja, yaitu tercapainya perubahan perilaku remaja dalam memahami perubahan-perubahan yang dialami remaja sehingga terhindar dari bahaya seks bebas sebagai upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Sikap remaja yang oleh pendidik sebaya tentang bahaya seks bebas sebagian besar adalah positif, hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari pendidikan seksualitas tersebut terbukti. Sikap responden yang tidak Responden yang tidak mendapatkan

NGK Sriasih, NW Ariani, J. Mauliku, AAI D Chintya Riris (Pengaruh Pendidikan Seksualitas...) sebaya yang secara keseluruhan berjumlah 31 orang memiliki nilai rata-rata sikap 62,26, standar deviasi 8,16, nilai minimum 53 dan maksimum 73. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Sikap remaja yang tidak oleh pendidik sebaya sebagian besar memiliki kategori negatif. Secara teori menyebutkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang akan mendorong terbentuknya sikap yang lebih baik. Hal ini pun terbukti dengan data yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki sikap dalam kategori negatif 13. Perbedaan pengetahuan responden yang mendapatkan dengan yang tidak Data pengetahuan remaja yang mendapatkan pendidikan seksualitas memiliki nilai p = 0,40. Data pengetahuan remaja yang tidak mendapatkan pendidikan seksualitas memiliki nilai p = 0,06. Data sikap remaja yang oleh pendidik sebaya memiliki nilai p = 0,18. Data sikap remaja yang tidak mendapatkan pendidikan seksualitas memiliki nilai p = 0,13. Mengacu pada keseluruhan data tersebut, maka dapat dilihat bahwa nilai p > 0,05 pada seluruh data, sehingga dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data menunjukkan distribusi sebaran data normal sehingga dapat dilakukan uji-t tidak berpasangan. Menurut hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji parametrik, yaitu uji-t 2 kelompok tidak berpasangan (independent t-test) diperoleh nilai t hitung = 10,49 dengan p = 0,00. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas pada remaja yang mendapatkan dibandingkan dengan remaja yang tidak mendapatkan sebaya. Adanya perbedaan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi antara kedua kelompok tersebut menyatakan bahwa sebaya berpengaruh terhadap pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas. Nilai dari responden dalam masing-masing kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan motivasi dari masing-masing responden. Hasil penelitian ini diperkuat juga dengan teori Systematic Behavior oleh Clart Chart menyatakan bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, dan ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga pada akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam ilmu pengetahuan tersebut 14. Perbedaan sikap responden yang mendapatkan dengan yang tidak Hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji t 2 kelompok tidak berpasangan (independent t-test) diperoleh nilai t hitung = 8,33 dengan nilai p = 0,00. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan sikap remaja tentang bahaya seks bebas pada remaja yang mendapatkan dibandingkan dengan remaja yang tidak. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perbedaan pengetahuan antara kedua kelompok remaja ini, sehingga secara langsung mempengaruhi sikap remaja tentang bahaya seks bebas. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa dalam penentuan sikap yang 17

Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 13-19 utuh, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting, sehingga setiap individu akan mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek 6. Menurut Raditya (dalam Kusumastuti, 2010) mengemukakan bahwa pendidikan seksualitas remaja yang diberikan oleh pendidik sebaya akan dapat memberikan pengetahuan yang diharapkan dapat merubah sikap 1. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sumardiwati (dalam Husodo, 2008) bahwa terdapat perbedaan antara pengetahuan dan sikap setelah sasaran mendapatkan sebaya 10. Melalui pernyataan tersebut, maka dapat diketahui bahwa pemberian pendidikan seksualitas remaja tentang bahaya seks bebas sangat diperlukan, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud yaitu remaja mampu melewati masa remajanya, memiliki moralitas yang tinggi, dan terutama dapat terhindar dari bahaya seks bebas 11. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas. Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, maka untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas, disampaikan beberapa saran terutama kepada institusi SMA Negeri 2 Denpasar agar tetap mendukung pelaksanaan organisasi informal di sekolah sehingga para remaja semakin memahami dirinya serta akhirnya mampu mewujudkan remaja yang memiliki moralitas tinggi, mampu menghadapi masa remaja, dan terutama terhindar dari bahaya seks bebas. Harapan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan waktu pengamatan yang lebih lama sehingga mencapai tujuan dan hasil yang maksimal, serta penelitian dilakukan di tempat yang 18 berbeda dan besar sampel lebih banyak serta konsep yang berbeda disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru. Daftar Pustaka 1. Kusumastuti, F.A.D. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta 2. Muadz, M. M. dkk. 2007. Kurikulum dan Modul Pelatihan Pemberian Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Pendidik Sebaya. Jakarta : BKKBN 3. Tim Sahabat Remaja PKBI DIY. 2006. Tanya Jawab Seputar Seksualitas Remaja (Panduan untuk Tutor dan Penceramah). Yogyakarta : PKBI 4. Muadz, M. M. dkk. 2008. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi & Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : BKKBN 5. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalannya. Jakarta : CV Sagung Seto 6. Notoatmodjo,S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta : PT. Rineka Cipta 7. Mu tadin, Z. 2010. Pendidikan Seksual Pada Remaja. http:// belajarpsikologi.com/pendidikanseksual-pada-remaja. Diakses pada tanggal 12 Pebruari 2011. 8. Dahlan, M.S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi Evidence Based Medicine 1 ( Edisi 4). Jakarta :Salemba Medika 9. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta

NGK Sriasih, NW Ariani, J. Mauliku, AAI D Chintya Riris (Pengaruh Pendidikan Seksualitas...) 10. Husodo, T.B.& Widagdo, L., 2008, Pengetahuan dan Sikap Konselor SMP dan SMA dalam Penyuluhan Kesehatan Reproduksi di Kota Semarang, Makara Kesehatan 12 (2): p.59-62 11. Lukman, A. J. 2004. Remaja Hari Ini Adalah Pemimpin Masa Depan. Jakarta : BKKBN 12. Negara, O. Situasi Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Remaja di Bali. http://okanegara.wordpress.com. Diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011. 13. Azwar, S. 2005. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset 14. Mubarak, W.I., 2007, Promosi Kesehatan, Yogyakarta: Graha Ilmu 19