BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam

BAB VI P E N U T U P

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB III SETTING SOSIAL PENELITIAN. A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren Tebuireng

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU Oleh: Pan Mohamad Faiz

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga Pendidikan Islam yang pertama di Indonesia dan

BAB V KESIMPULAN. Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara. resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda.

BUDAYA POLITIK. 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

Orientasi Politik Santri sebagai Pemilih Pemula

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. sementara pihak seringkali memandang budaya politik tak lebih hanya sebagai

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

Kepemimpinan Kyai..., Elly Nurmaningtyas Fajarwati, Program Pascasarjana UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang. 1. Untuk mempertahankan pengaruh dan kekuasaan maka elit harus jeli

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa. 1. Bentuk partisipasi anggota dan kader organisasi Gerakan Pemuda Ansor

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

STUDI KOMPARATIF BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA TINGKAT UNIVERSITAS DAN FAKULTAS DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk terus dijadikan penelitian, terlebih lagi jika dikaitkan

BAB IV ANALISIS DATA. bangkalan. Karena kiai basra melakukan partisipasi aktif dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. adalah adalah suatu bentuk lingkungan masyarakat yang memiliki tatanilai

BAB III. Setting Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pemilihan umum dan implikasinya terhadap ketahanan politik wilyah pondok

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

(Perilaku Politik Eelit & Hubungan Kyai - Santri) Dukungan Politik Pondok Pesantren Mambaul Ma arif Denanyar Jombang Terhadap Pilgub Jatim 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya politik dimaknai sebagai sikap, nilai, informasi, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

barakah sesuai dengan sosio-kultural yang membentuknya dan mendominasi cara

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENYULUHAN KEPADA MASYARAKAT

PONDOK PESANTREN MODERN DI REMBANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Dari sudut pandang etimologi demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta pembina di Pesantren Tebuireng serta beberapa santri yang diwawancarai bahwa santri sangat berpengaruh terhadap budaya politik meskipun tidak terjun langsung, tapi sebelum penulis menganalisa mengenai budaya politik santri pada pondok Pesantren Tebuireng Jombang, penulis terlebih dahulu akan mencoba menganalisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya budaya politik santri pada Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dengan segala keterbatasan dan kemampuan penulis. Pada pembahasan sebelumnya sudah dipaparkan hasil wawancara dengan para informan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, dimana dari hasil pemaparan dapat dianalisa dengan seluas mungkin, tetapi karena penulis hanya mempunyai kemampuan yang sangat terbatas, maka analisa yang penulis lakukan hanya sebatas kemampuan penulis dan sangat jauh dari kesempurnaan. Ada beberapa fenomena penelitian yang ditemukan di lapangan. Adanya keseragaman budaya memilih partai politik bagi sebagian besar santri di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Menurut Gabriel Almond dan Sidney Verba, tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Pada dasarnya tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan melahirkan berbagai serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menafsirkan budaya politik tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti keinginan dan kemauan 69

70 serta tujuan. Faktor yang muncul kemudian adalah bukan sifat yang tradisional maupun modern tetapi kebudayaan yang majemuk yang didasarkan pada komunikasi dan persuasi, suatu kultur yang mengizinkan berlangsungnya perubahan sekaligus melunakkannya. 83 Dengan sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orang lain gambaran tentang diri sendiri dan mungkin hasil dari cara bertindak. Susah membedakan beliau menjadi pribadi dan menjadi seorang pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Semua orang tau kalau beliau terjun dalam politik praktis adalah karena beliau merupakan bagian dari yang menyampaikan agama dan menyampaikan aspirasi dari bawah khususnya kalangan NU. Sehingga apapun yang dilakukan beliau pasti akan diperhatikan oleh para santrinya atau alumni pondok tebuireng karena itu sebuah pembelajaran yang mungkin para santri belum begitu paham dengan pola pikir beliau. 84 Teori Budaya Politik yang telah dikemukakan Gabriel Almond mengenai ide-ide dasar yang terkandung dalam budaya politik, bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh manusia adalah mempunyai tujuan serta didasarkan pada pertimbangan dan penafsiran seseorang terhadap sesuatu hal, maka penulis akan mencoba menganalisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi budaya politik santri pada pondok pesantren di Tebuireng Jombang, dikaitkan dengan teori Gabriel Almond. Tujuan dari budaya politik adalah mengacu pada orientasi politik sikap terhadap sistem politik dan bagian-bagiannya serta sikap terhadap peranan kita sendiri dalam sistem tersebut yang mendasari seseorang untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan penafsiran dan pertimbangan adalah sebagai kontrol bagi 83 Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 7. 84 Gus Fahmi, Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng Kabupaten Jombang, Wawancara, 14 Mei 2014.

71 seseorang yang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Demikian kesimpulan yang dapat penulis tangkap dari kata-kata yang diungkapkan Gabriel Almond. Budaya politik santri merupakan masyarakat yang menekankan pada aspek-aspek keagamaan, khususnya agama Islam sebagai agama mayoritas masyarakat Indonesia. Kelompok masyarakat santri biasanya diidentikan dengan kelompok masyarakat yang sudah menjalankan ibadah atau ritual agama Islam. Pendidikan mereka ditempuh melalui pendidikan pesantren,madrasah. Kelompok masyarakat santri biasanya memiliki jenis pekerjaan sebagai pedagang. Kelompok masyarakat santri pada masa lalu sering kali berafiliasi dengan partai NU atau Masyumi, namun pada masa sekarang mereka berafiliasi pada partai, seperti PKS, PPP, atau partai-partai lainnya yang menjadikan Islam sebagai dasarnya. Menurut teori Gabriel Almond dan Sidney Verba mengkonsepsikan budaya politik sebagai pola sikap dan orientasi masyarakat terhadap politik diantara anggota-anggota suatu sistem politik. Sedangkan yang menjadi objek orientasi dalam budaya politik meliputi satu. Sistem politik secara keseluruhan yang menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang komunitas politiknya yang menyangkut batas-batas, struktur, serta simbol-simbol politik yang dimiliki oleh komunitas politik tersebut dua. Komponen sistem politik yang meliputi orientasi tearhdap input dari sistem tersebut serta orientasi terhadap outputnya tiga. Kompetensi diri atau self sebagai aktor politik dalam peringkat komunitas politiknya. 85 85 Ana Shofia, Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Nomor 2 Volume 2, (Surabaya: Fakultas FIS UNESA, 2014), 12.

72 Jadi menurut pemahaman penulis terkait dengan teori Gabriel Almond dan Sidney Verba adalah keberadaan Kyai atau Ulama di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang sebagai tokoh otoritatif dalam unsur penting pendidikan pesantren yang sejatinya adalah juga unsur pendidikan Islam. Dalam tradisi kehidupan sosial di lingkungan umat Islam, hirarki wewenang dan status sosial dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ke Islaman seseorang dan kemampuan orang tersebut yang disebut ulama dalam mengkomunikasikan dan mensosialisasikan pengetahuannya tersebut kepada umat dan masyarakat. Ulama, sebagai elit santri adalah orang yang memiliki status sosial dengan suatu kedudukan yang tinggi dalam struktur masyarakat Islam. 86 Ulama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan seringkali disebut kyai, khatib, mubaligh, atau guru ngaji. Berbagai keputusan tindakan masyarakat seringkali diserahkan dan lebih banyak ditentukan oleh ulama sebagai referensi tindakan sosial. Menurut teori Gabriel Almond dan Sidney Verba bahwa legitimasi kepemimpinan kharismatik bisa lebih kokoh daripada bentuk kepemimpinan birokratif yang cenderung legal dan formalistik. tentang seorang pemimpin adalah Legitimasi ini berperan aktif bahkan mendominsai kepemimpinan terutama dalam masyarakat tradisional. Dimana struktur dan strata sosial sangat menggema. Apalagi masyarakat tradisional dikenal sebagai masyarakat yang terikat dalam klaim Patron-Client. 87 Pola-pola pengaruh pemimpin kharismatik banyak didasarkan kepada kepemilikan kekuasaan sosial. Dalam teori sosial ini 86 Ustad Amin, Pembina di Pondok Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang, Wawancara, 12 Mei 2014. 87 Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, terj Sahat Simamora, Budaya Politik, 34.

73 dirumuskan sebagai kemampuan untuk mengontrol pihak lain. Kekuasaan sosial ini juga sering dikaitkan dengan wewenang (authority) atau pengaruh (influence). Menurut penulis terkait dengan teori Gabriel Almond dan Sidney Verba bahwa hubungan kyai dan santri yang diwarnai kepercayaan, wibawa, dan karisma tersebut merupakan nilai-nilai tradisi yang terdapat di pesantren. Nilainilai yang terdapat di pesantren mengandung tiga unsur yang mengarah kepada terbentuknya hubungan patron-client: Pertama, hubungan patron-client mendasarkan diri pada pertukaran yang tidak seimbang, yang mencerminkan perbedaan status. Seorang client (santri), menerima banyak jasa dari patron (kyai) sehingga client terikat dan tergantung kepada patron. Kedua, hubungan patronclient bersifat personal. Pola resiprositas yang personal antara kyai dan santri menciptakan rasa kepercayaan dan ketergantungan di dalam mekanisme hubungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari budaya penghormatan santri ke kyai yang cenderung bersifat kultus individu. 88 Ketiga, hubungan patron tersebar menyeluruh, fleksibel dan tanpa batas kurun waktunya. Hal ini dimungkinkan karena asosialisasi nilai ketika menjadi santri berjalan bertahun-tahun. B. Faktor-Faktor Terbentuknya Budaya Politik Santri Dalam teori Gabriel Almond dan Sidney Verba pendekatan perilaku terdapat interaksi antara manusia satu dengan lainnya yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan nilai seseorang kemudian memunculkan orientasi. Orientasi politik itulah yang kemudian membentuk tataran dimana interaksi- 88 Gus Irfan, Pengasuh Pondok Putra Pesantren di Tebuireng Kabupaten Jombang, Wawancara, 17 Mei 2014.

74 interaksi yang muncul akhirnya mempengaruhi perilaku memilih seseorang. 89 Dengan demikian orientasi dengan perilaku memilih sebenarnya saling berkaitan, karena perilaku politik ini menjadi indikator adanya orientasi yang dimiliki oleh seseorang. Menurut pemeahaman yang dapat ditarik dari teori Gabriel Almond dan Sidney Veba bahwa orientasi politik yang dimiliki santri sebagai pemilih pemula bertujuan untuk mengarahkan pilihan politik santri ketika mengikuti kegiatan pemilihan umum baik tingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian, akan tercipta pemilih-pemilih yang cerdas dan rasional di kalangan santri. Pilihan politik santri pemilih pemula tidak lagi dipengaruhi oleh pilihan politik lain melainkan merupakan pilihan pribadi para santri pemilih di pondok pesantren tebuireng Jombang. Orientasi politik yang dimiliki santri ini juga bertujuan untuk meminimalisir angka golput atau apatisme di kalangan santri pemilih pemula terhadap kegiatan pemilihan umum. Jika dikaitkan dengan teori Gabriel Almond dan Sidney Verba penulis menyimpulkan bahwa di dalam pondok pesantren yang mempunyai sebuah komunitas masyarakat yang hidup dengan berlandaskan nilai-nilai ajaran agama Islam. Pondok pesantren memiliki peraturan yang mengikat para santri. Peraturan tersebut dibuat dengan tujuan untuk mendidik para santri agar disiplin dan mandiri. Sehingga setelah menempuh pendidikan di pondok pesantren, santri mampu beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Peraturan pondok pesantren seringkali mengikat santri sehingga tidak memiliki kebebasan sebagaimana 89 Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, terj Sahat Simamora, Budaya Politik, 18.

75 remaja umumnya. Keterbatasan santri terutama dalam menggali informasi tentang kehidupan masyarakat dapat menimbulkan sikap apatis atau acuh tak acuh terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya termasuk dalam hal politik. Posisi santri sebagai pemilih sangat berbeda dengan pemilih secara umum. Hal ini disebabkan kondisi santri yang harus tinggal di dalam lingkungan pondok pesantren sehingga terikat dengan peraturan pondok pesantren yang begitu ketat. Sedangkan pemilih pemula pada umumnya memiliki kebebasan dalam mengakses informasi tentang pemilihan umum, karena mereka tidak memiliki keterikatan dengan peraturan. Namun, sebenarnya santri ini memiliki antusisme yang sama sebagaimana pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang merupakan pondok pesantren yang saat ini tidak hanya berkonsentrasi pada aktifitas klasik yang berlandaskan ajaran agama melainkan pada peran kemasyarakatan termasuk politik. Pondok pesantren ini memberikan kebebasan pada santrinya untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Pondok Pesantren Tebuireng memiliki sejumlah santri yang dikategorikan sebagai pemilih. Para santri tersebut berpartisipasi dalam Pemilu tahun lalu. Partisipasi yang dilakukan oleh santri sebagai pemilih ini berupa menggunakan hak pilih dalam pemilihan Capres. Partisipasi yang dilakukan oleh santri ini tidak terlepas dari adanya pengaruh orientasi politik. Jika para Calon-calon meminta restu terhadap Pondok Pesantren Tebuireng itu tidak pada santri tetapi kepada pengasuh-pengasuh pondok pesantren. Kita kembali lagi jika para calon itu meminta dukungan terhadap pondok pesantren mohon maaf, karena santri tidak terlibat dalam ranah politik. Santri ikut dalam pemilihan Presiden, namun mereka tidak atas kemauan para calon ataupun Kyai. Meskipun Gus Shola terjun dalam dunia politik, beliau tidak menekan para santrinya untuk harus memilih

76 partai yang didukung oleh beliau. Perlu ditekankan, bahwa santri bebas memilih akan tetapi partai yang dipilih harus berbasis Islam. 90 Pengaruh santri terhadap masyarakat Indonesia masih kuat, baik dalam peran pesantren sebagai pusat tarekat maupun pendidikan anak-anak. Pesantren bukan semata-mata sebagai sebuah institusi pendidikan saja. Sejak kemunculannya, pesantren muncul sebagai sebuah institusi yang telah berakar kuat di dalam masyarakat Indonesia. Pesantren merupakan produk dari sistem pendidikan pribumi yang memiliki akar sejarah, budaya dan sosial di Indonesia. Oleh karena itu, pesantren merepresentasikan pendidikan yang unik yang mensintesakan dimensi sosial, budaya dan agama. Akar dan sintesis ini kemudian mempengaruhi fungsi pesantren baik secara internal maupun eksternal. Pesantren muncul sebagai sebuah komunitas kehidupan yang memiliki kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas kreatif yang menggunakan pendidikan alternatif yang menggabungkan pendidikan dan pengajaran dengan pembangunan komunitas. Tetapi pada tahun ini berbeda dengan tahun-tahun kemarin, karena ada kebijakan baru dari KPU, bahwa santri tidak lagi memberikan hak suaranya dalam kawasan Pondok Pesantren Tebuireng ataupun dalam pondok lainnya. Menurut hasil wawancara ke Gus Irfan sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Putra di Tebuireng: Dulu santri boleh memberikan hak suaranya (nyoblos), tetapi tahun ini santri tidak lagi boleh memberikan hak suaranya di kawasan pondok karena ini kebijakan dari KPU atas nama E-KTP. Jika mereka ingin memilih atau nyoblos maka para santri wajib kembali ke tempat mereka tiggal, tetapi kembali lagi kepada para santri bahwa para santri ini tanpa ada izin dari Kyai tidak mungkin bisa melakukan apa yang mereka ingin 90 Gus Fahmi, Pengasuh Pondok Pesantren putri di Tebuireng Kabupaten Jombang, Wawancara, 17 Mei 2014.

77 karena prinsip seorang santri mutlak (Amar Ma ruf Nahi Munkar) serta Kyai memiliki ikatan terhadap santri (Sami na Wa Ato na). 91 Berdasarkan hasil penelitian yang diperolah, peneliti bisa menyimpulkan bahwa Orientasi politik kaum santri termasuk pada budaya politik kaula jika dikaitkan dengan teori Gabriel Almond dan Sidney Verba. Hal tersebut diindikasikan oleh peran serta santri dalam hal politik yang tidak cukup besar pada tahun ini. Khususnya di pesantren Tebuireng, membuktikan bahwa tidak sedikit dari santrinya yang ikut memilih. Namun kenyataan pada saat ini santri tidak lagi diperbolehkan untuk memilih di kawasan Pondok Pesantren. Yang menegaskan bahwa perhatian santri terhadap politik juga tidak bisa dipandang sebelah mata. 91 Gus Irfan, Pengasuh Pondok Pesantren Putra di Tebuireng Kabupaten Jombang, Wawancara, 17 Mei 2014.