BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Langgeng Wening Puji, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Beladina Larasati, 2016

2015 MANFAAT PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENUMBUHAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMAN 1 CIMAHI

2015 PERBANDINGAN MOTIVASI BEROLAHRAGA BERDASARKAN OLAHRAGA KOMPETISI DAN OLAHRAGA REKREASI

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH.. iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. bab VI, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar merupakan suatu gambaran tingkat keberhasilan dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Halaman. i ii iv. vii. ix xi xii. vii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS.. Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Media pembelajaran sendiri berkembang dari waktu ke waktu

2015 PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X IIS SMA KARTIKA XIX-2 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dan pelatihan dengan tujuan untuk mendapatkan bekal dasar

iii KATA PENGANTAR Purwokerto, Oktober 2015 Peneliti

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran harus diterima siswa, maupun sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi sebagai seorang mahasiswa.mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang

2015 PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK. Katolik Soegidjapranata Semarang dengan judul Perbedaan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK ii ABSTRACT iii KATA PENGANTAR iv UCAPAN TERIMA KASIH v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL ix

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad 21 ini perkembangan teknologi informasi sudah. berkembang secara pesat, begitu juga dengan dunia pendidikan

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN PENGUASAAN MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. asing lainnya seperti bahasa Jerman. Dengan diajarkannya bahasa Jerman peserta

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

2015 EFEKTIVITAS PROBLEM FOCUSED COPING DALAM MEREDUKSI STRES AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung

2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tingkat menengah umum berciri khas Agama Islam yang. diselenggarakan oleh Departemen Agama. Lembaga pendidikan ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

DAFTAR ISI... LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN...

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Motivasi merupakan daya penggerak dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar demi mencapai satu tujuan. Motivasi memiliki peranan penting untuk memberikan semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa mempunyai keinginan yang tinggi untuk melakukan kegiatan belajar (Siregar dkk : 2011 hlm 51). Oleh karena itu dibutuhkan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi, sehingga siswa mampu mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Namun pada kenyataannya, dalam pemberian metode pembelajaran, ternyata masih saja terdapat siswa yang kurang memiliki motivasi dalam belajar. Beberapa masalah yang terjadi dalam belajar ialah seperti menunda nunda tugas, mengulur ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya dan sebagainya (Prayitno dan Amti : 2004 hlm 280). Tidak hanya itu, siswa tidak mampu mengambil keputusan dengan tepat, sehingga pengarahan dirinya terhambat dan tidak mampu mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Prayitno, 1997 hlm 17). Dari semua permasalahan tersebut terjadi karena kurangnya dorongan dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi berprestasi sangat diperlukan dalam proses belajar. Peserta didik yang tidak memiliki motivasi berprestasi akan berakibat buruk terhadap prestasi belajar (Agustin, 2011 hlm 19). Pada dasarnya seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan selalu berusaha, sehingga memiliki prestasi belajar yang tinggi. Motivasi berprestasi diperlukan agar saat siswa dihadapkan pada tugas yang sulit, siswa akan berusaha untuk mengerjakan tugas dengan cara yang baik dan tidak mudah putus asa. Siswa yang mempunyai motivasi akan lebih berhasil ketimbang siswa yang tidak punya motivasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil). Dengan demikian, motivasi harus dikembangkan berdasarkan pertimbangan perbedaan individual. Secara umum manusia membutuhkan motivasi untuk dapat giat bekerja serta mencapai keberhasilan dan tujuan yang lebih baik (Hamalik, 2012 : 179). 1

Sesuai dengan pendapat McClelland dan Atkinson (1975 hlm 78) mengenai motivasi, yaitu ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan merupakan ciri orang yang memiliki motivasi dalam mencapai prestasi. Selanjutnya McClelland menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang lebih baik akan menilai, apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Motivasi berprestasi perlu dimiliki oleh siswa, agar siswa memiliki usaha keras sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang maksimal serta sukses dalam kompetisi terutama dalam kompetisi akademik. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting dalam prestasi dan hasil belajar ini terbukti dari hasil penelitan Saifurrijal (2010) pada siswa Madrasah Aliyah Alhayatul Islamiyah di Kedung Kandang Malang. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa motivasi berprestasi memiliki pengaruh terhadap hasil dan prestasi belajar. Dalam penelitiannya dihasilkan bahwa motivasi dengan prestasi belajar dikatakan signifikan atau mempunyai hubungan, artinya motivasi mampu mempengaruhi hasil dan prestasi belajar siswa. Jika motivasi siswa turun maka prestasi yang dihasilkan pun ikut menurun atau tidak optimal. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2009) pada siswa kelas 3 Sekolah Dasar Merdeka di Kota Bandung. Dalam penelitiannya menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dan hasil belajar pendidikan jasmani yang artinya motivasi berprestasi juga bisa mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu motivasi juga memiliki peranan penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah. Selain itu penelitian Yulistian (2013) pada siswa XI di Madrasah Aliyah Negeri Bandung juga menunjukan adanya hubungan positif yang antara motivasi berprestasi dan prestasi belajar dengan korelasi koefisien sebesar 0,592 yang artinya motivasi berprestasi memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 2

Tidak hanya prestasi dan hasil belajar. Motivasi berprestasi juga mempengaruhi efektifitas pembelajaran di sekolah. Penelitian dilakukan oleh Rahayu (2010) pada siswa kelas XII di SMK Negeri di Kota Tasikmalaya menunjukan bahwa motivasi berprestasi memiliki hubungan terhadap efektifitas pembelajaran dengan korelasi koefisien sebesar 0,445, yang artinya motivasi berprestasi mampu mempengaruhi efektivitas pembelajaran di sekolah. Selain itu motivasi berprestasi juga mempengaruhi berpikir kreatif remaja. Penelitian dilakukan oleh Anisyah (2013) pada siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung, dari hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir kreatif pada remaja dengan korelasi sebesar 0,475 yang artinya motivasi berprestasi memiliki pengaruh terhadap berpikir kreatif remaja. Dari beberapa penelitian di atas menjelaskan bahwa motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang penting terhadap, prestasi belajar, hasil belajar, efektifitas pembelajaran maupun cara berpikir kreatif pada siswa remaja. Ini membuktikan bahwa motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang penting terhadap kegiatan belajar siswa di sekolah. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan yaitu wawancara dan hasil pengamatan peneliti di kelas khusus SMA PGII 1 Bandung dilihat bahwa, kurangnya motivasi berprestasi juga terjadi pada siswa kelas khusus. Pemberian metode belajar yang berbeda dari kelas biasa/ kelas reguler ternyata masih kurang efektif untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Masih ada sebagian siswa yang kurang memiliki motivasi dalam belajar. Salah satunya tidak mengerjakan tugas dengan baik, siswa kurang aktif dalam kegiatan tugas kelompok, malu bertanya ketika ada tugas yang tidak dimengerti, menyontek ketika ujian, malas mengerjakan tugas, telat mengumpulkan tugas, tidak berusaha untuk mempelajari soal yang sulit, dan mudah putus asa. Kurangnya motivasi yang dimiliki siswa, mampu membuat siswa menjadi tidak bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas, tidak ada usaha dalam mencapai nilai yang lebih baik, tidak kreatif dalam belajar, dan tidak ada usaha untuk mencapai cita cita yang dimilikinya. 3

Motivasi berprestasi yang rendah merupakan salah satu masalah belajar/ akademik yang sering ditemui di sekolah. Siswa yang kurang memiliki motivasi berprestasi akan mengalami hambatan dalam proses belajar dan sikap persaingan dalam mencapai prestasi di sekolah. Diperlukan sebuah upaya bantuan bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Bimbingan dan konseling memiliki peranan terpenting dalam membantu siswa mengatasi permasalahan belajar/ akademik. Atas dasar uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran motivasi berprestasi pada siswa kelas khusus di SMA PGII 1 Bandung. Kelas khusus yang dimaksud adalah kelas yang di berikan perhatian khusus oleh sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Profil Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Khusus DI SMA PGII 1 Bandung. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas dijelaskan bahwa masih banyak siswa yang kurang memiliki motivasi dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana profil motivasi berprestasi siswa kelas khusus di SMA PGII 1 Bandung? 1.2.2 Bagaimana implikasi motivasi berprestasi terhadap layanan bimbingan konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada siswa kelas khusus di SMA PGII 1 Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1.3.1 Mendeskripsikan profil motivasi berprestasi pada siswa kelas Khusus Di SMA PGII 1 Bandung. 4

1.3.2 Layanan bimbingan konseling berdasarkan hasil kategorisasi motivasi berprestasi siswa kelas khusus di SMA PGII 1 Bandung untuk membantu siswa meningkatkan motivasi dalam pencapaian prestasi belajar. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini ditinjau dari beberapa aspek yaitu : 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai motivasi berprestasi siswa kelas khusus di SMA PGII 1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/ 2015 dan kemudian diimplikasikan terhadap layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi siswa agar mencapai prestasi yang lebih optimal. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi secara empiris mengenai motivasi berprestasi siswa sehingga mampu memberikan penanganan permasalahan bagi siswa yang kurang dalam motivasi berprestasinya dan diharapkan penelitian ini juga mampu menjadi salah satu bentuk referensi untuk membantu siswa meningkatkan motivasi berprestasi. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian terdiri dari lima BAB, yaitu : BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka, yang berisikan kajian teori yang mendeskripsikan konsep sebagai kerangka berpiki dalam pembahasan. BAB III Metode Penelitian, yang berisikan rinci penjabaran mengenai desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, analisis data. BAB IV Temuan dan Pembahasan, terdiri dari pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan. BAB V Kesimpulan dan 5

Rekomendasi, bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. 6