BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi masalah jika tidak tersedia dalam kondisi yang layak, baik kualitas maupun kuantitasnya. Menurut data WHO tahun 2000, terdapat 2 miliar orang yang menyandang risiko menderita penyakit disebabkan oleh air dan makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari 5 juta anak-anak setiap tahun. Sumber-sumber air dicemari oleh limbah industri atau tercemar karena penggunaannya yang melebihi kapasitas untuk dapat diperbaharui. Jika tidak dilakukan upaya perubahan dalam cara memanfaatkan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumberdaya ekonomi bagi kebanyakan negara (Midleton, 2004). Sumber kehidupan ini persediaannya terbatas dan semakin hari semakin tercemar oleh kegiatan manusia sendiri, namun masih banyak orang yang tidak mempunyai akses ke air. Konsumsi air telah meningkat dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir air, sedangkan air merupakan sumberdaya yang terbatas, sehingga terjadi penurunan mutu air. Kesenjangan antara tingkat pemakaian air di negaranegara maju dan negara-negara berkembang semakin jauh. Dewasa ini 1,2 milyar penduduk dunia tidak mempunyai akses ke air bersih dan hampir dua kali dari jumlah itu tidak mempunyai fasilitas sanitasi dasar yang memadai. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya air bersih yang terbatas. Air bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, industri, kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian. Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar baku mutu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia termasuk kegiatan pembangunan. Beberapa kegiatan
2 manusia menyebabkan sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, ketersediaan air sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Salah satu sumberdaya air yang berpotensi sebagai sumber air bersih adalah air sungai. Sungai adalah salah satu dari sumberdaya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu dapat berpengaruh terhadap pemanfaatan air di hilir. Pencemaran di hulu sungai akan menimbulkan biaya sosial di hilir (extematily effect) pelestarian di hulu memberikan manfaat di hilir. Sungai sangat bermanfaat bagi manusia, dan tidak kalah pentingnya bagi biota air, yang memerlukan kualitas air yang lebih baik. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian sumberdaya air. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Sungai Enim adalah sungai yang terletak di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, dan merupakan salah satu anak Sungai Musi di Kota Palembang. Sebelum tahun 2000, kualitas air Sungai Enim masih sangat baik, yang diindikasikan oleh masih mungkinnya cahaya matahari masuk ke dasar sungai yang berubah menjadi energi panas untuk kelangsungan metabolisme organisme sungai, tingkat keasaman air masih termasuk netral, kadar besi tidak tinggi (sebesar 0,1 1 ppm), sehingga kondisi air masih jernih. Pepohonan terdapat di pinggir sungai, dan organisme di sungai masih sangat banyak, tidak aneh jika warga di sekitar sungai yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Sungai Enim sangat membantu aktivitas masyarakat sekitar, banyak warga yang memanfaaatkan sungai untuk dikonsumsi, mandi, mencari ikan, dan tempat wisata. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air, sehingga kualitas air memenuhi baku mutu. Salah satu daerah yang memiliki sungai dengan peranan yang sangat tinggi bagi masyarakat adalah Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Sebagai daerah yang kaya akan sumberdaya air permukaan, Muara Enim mendapat tantangan tersendiri dalam menyikapi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan masyarakat yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan pada aliran sungai.
3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat (7) menyatakan bahwa, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan menurun atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Air dinyatakan tercemar apabila air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal akibat terkontaminasi oleh material atau partikel, dan bukan dari proses pemurnian. Air sungai dinyatakan tercemar apabila badan air tersebut tidak sesuai lagi dengan peruntukannya dan tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya (Effendi 2003). Terjadinya suatu pencemaran di sungai umumnya disebabkan oleh adanya masukan limbah ke badan sungai. 1. 2. Perumusan Masalah Berbeda dengan kondisi saat ini, bahwa air Sungai Enim yang dulu masih jernih sekarang sudah berwarna coklat, hitam dan kotor. Di pinggir sungai sudah sedikit pepohonan dan digantikan dengan rumah-rumah warga, sehingga banyak sampah di pinggir sungai yang berasal dari limbah rumah tangga. Kualitas air Sungai Enim semakin memburuk, yang disebabkan oleh limbah rumah tangga dan semakin banyaknya aktivitas perusahaan penambangan maupun perusahaan lainnya yang berada di hulu sungai. Hal ini dapat diketahui pada saat air sungai yang digunakan sebagai air baku PDAM Lematang Enim diduga telah tercemar. Air di sungai tersebut telah berubah menjadi keruh dan bercampur minyak. Perubahan warna air tersebut tidak seperti hari biasanya, perubahan warna terjadi terutama setiap sehabis hujan deras. Akibat kondisi sungai yang kotor membuat warga atau masyarakat menjadi khawatir untuk menggunakan air sungai, terutama untuk dikonsumsi, sebab diperkirakan mengandung limbah logam berat yang membahayakan kesehatan bagi masyarakat. Organisme yang terdapat di Sungai Enim sudah sangat sedikit. Seperti yang diketahui semakin banyak muatan suspensi yang masuk kedalam air, akan mengganggu organisme plankton dan kehidupan makhluk hidup perairan, diantaranya ikan. Selain sebagai produsen primer, plankton golongan fitoplankton
4 melalui proses fotosintesis, menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan makhluk hidup lainnya, sehingga jika fitoplankton terganggu, oksigen yang dihasilkan untuk keperluan makhluk hidup lainnya juga akan terganggu. Contohnya, ikan Baung (Macrones nemurus) sebagai ikan lokal Sumatera Selatan membutuhkan oksigen 5.76-6.4 ppm, ph 6.5 untuk dapat berkembang biak, ikan Patin (Pangasius djambal), membutuhkan oksigen 3-6 ppm untuk dapat hidup. Berdasarkan latar belakang dan fakta yang ditemukan di lapangan, maka dapat dirumuskan permasalahan berikut ini. (1) Faktor-faktor atau sumber-sumber yang menyebabkan pencemaran di lingkungan perairan Sungai Enim? (2) Seberapa tinggi tingkat pencemaran yang telah terjadi di lingkungan perairan Sungai Enim? (3) Bagaimanakah rumusan atau rekomendasi strategi pengelolaan lingkungan permasalahan pencemaran lingkungan perairan di Sungai Enim? Untuk mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka penting untuk dilakukan kajian tentang pencemaran lingkungan dengan mengetengahkan judul, Kajian Pencemaran Lingkungan Perairan Sungai Enim di Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Azwir dan Dany Trofisa dengan rencana penelitian pada Sungai Tapung Kiri dan Sungai Ciliwung,. Pada penelitian Arie Herlambang, hanya menekankan pada strategi pengendalian pencemaran lingkungan saja, sedangkan pada rencana penelitian ada tiga fokus yang menjadi permasalahan. Penelitian yang dilakukan oleh Yusnitati yaitu mengenai pencemaran lingkungan, berikut ini disajikan dalam Tabel 1.1.
5 Tabel 1.1. Perbandingan Rencana Penelitian dengan Penelitian Terdahulu No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil 1. Azwir, 2006 Mengetahui beban pencemaran Pengambilan sampel secara purposif limbah Industri kelapa sawit sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan terhadap Sungai Tapung Kiri dan pertimbangan tertentu Analisa data mengevaluasi daya tampung dengan mengklasifikasikan data dalam beban pencemaran Air tabel, membuat grafik dan menghitung Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar 2. Herlambang, 2006 Pencemaran Air Dan Strategi Penggulangannya 3. Trofisa, 2011 Kajian Beban Pencemaran Dan Daya Tampung Pencemaran Sungai Ciliwung Di Segmen Kota Bogor 4. Yusnitati, 2010 Aspek Pencemaran Lingkungan Dari Pabrik Pencairan Batubara Strategi Pengendalian pencemaran lingkungan Mengidentifikasi sumber-sumber pencemar di DAS Ciliwung Segmen Kota Bogor, mengevaluasi perkembangan kondisi mutu air Sungai Ciliwung dari hulu ke hilir di segmen Kota Bogor, menghitung besar beban pencemaran setiap sumbersumber pencemar. Gambaran secara detail tentang aspek pencemaran dari pabrik batubara cair di Indonesia. 5 Tika Mustika Effendi (2012) 1. Mengetahui kualitas air Sungai Cileungsi dari hulu sampai hilir secara matematis serta membuat simulasi. Sampel dilakukan secara purposif sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan adanya beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti yakni pertimbangan sumber kegiatan. Pengumpulan data terdiri atas data spasial dan data atribut. Data spasial diperoleh dari pengolahan peta-peta tematik dan penginderaan jauh,data atribut, yaitu data dalam bentuk tulisan ataupun angkaangka. Evaluasi aspek pencemaran pabrik batubara cair, dilaksanakan mengacu pada data-data enjiniring dari pengoperasian pilot plant 50 t/d yang dibangun di Australia. Purposive Sampling dan wawancara Pengaruh limbah PT Peputra Masterindo tidak terlalu signifikan terhadap kualitas air sebelum dan setelah kontak dengan limbah. Berdasarkan Kriteria Pencemaran, Sungai Tapung Kiri termasuk kriteria cemaran ringan Pengendalian pencemaran dilakukan dengan perlindungan sumber air dengan cara menata tata ruang yang berwawasan lingkungan dan dilindungi oleh undang-undang yang berlaku Terdapat sumber- sumber pencemar di DAS Ciliwung Kota Bogor seperti limbah dari domestik, industri, peternakan dan pertanian. Kualitas air mengalami penurunan dari hulu ke hilir ditandai dengan peningkatan BOD dan COD yang melebihi baku mutu air. Status mutu air tergolong kategori sedang-buruk. Cara yang paling tepat menangani plant teknologi batubara bersih adalah mengontrol pendayagunaan input secara efisien, meminimumkan dampak terhadap ekosistem, dan mengontrol pembuangan polutan 1. Sungai Cileungsi semakin ke hilir semakin
6 Kajian Penemaran Sungai Cileungsi oleh llimbah industri dan strategi pengelolaannya di Kabupaten Bogor 6 Estevez et al, 2008) The mobility and degradation of pesticides in soils and The pollution of groundwater Resources sungai 2. mengetahui tingkat pencemaran sungai data pengaruh dari karakteristik fisik dan kimia dari degradation of pesticides and their access to groundwater and surface waters mengalami kecenderungan penurunan kualitas air 2.Status mutu air sungai Cileungsi berada pada kondisi tercemar ringan sampai sedang Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran dilapangan 7 Daam et al, 2013 Preliminary aquatic risk assessment of imidacloprid after application in an experimental rice plot Penelitian dilakukan di plot sawah, Kota Alcaer do sal, Portugal. Penggunaan pestisida untuk pengendalian gulma (Heteranthera spp) dan kepik (aphid insects) Purposive Sampling Berdasarkan hasil penelitian bahwa penggunaan 100 gram/liter/ha atau setara 300 liter/ha volume spray di plot sawah, sebagai standar nilai PECs (Predicted environmental concentrations) sebesar 30 μg/l dan US-EPA (United State Environmental Protection Agency) sebesar 78 μg/l. pengaruh toxicity (racun) dari imidacloprid terhadap alga hijau (The Green algae) seperti P.subcapitata dan themacrophyte L Ozturk, et al.., 2009 A chemical substitution study for a wet processing textile mill in Turkey 8 Khusnul Muassiroh, 2014 Kajian Pencemaran Lingkungan Perairan Sungai Enim Di Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Menganalisis kualitas air pada limbah tekstil Seberapa tinggi tingkat pencemaran, Faktor- yang menyebabkan pencemaran dan rekomendasi strategi Purposive Sampling Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposif sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu Dari hasil penelitian, adanya sulphida yang sangat beracun dapat di reduksi menggunakan biodegradable agent Adanya penurunan kualitas air sungai Enim dari hulu ke hilir akibat dari berbagai aktifitas domestic, industry, pertanian, dll di sungai Enim, Kabupaten Muara Enim Sumber : Telaah Pustaka dan Perumusan ( 2014)
7 1.4. Batasan Penelitian Dalam membatasi penelitian karena mengingat penelitian ini dapat sangat luas cakupannya, maka perlu batasan-batasan tertentu dalam peneliti ini, dengan demikian penelitian akan dibatasi oleh lokasi penelitian dan pembahasan, sehingga tidak melebar dan menciptakan persepsi yang berbeda. Lokasi penelitian diambil di Sungai Enim, Kabupaten Muara Enim dari hulu hingga hilir yang melewati 3 kecamatan yaitu Kecamatan Lebak Budi, Tanjung Agung dan Kecamatan Muara Enim. Pengukuran kualitas air sungai dibatasi pada pengukuran kualitas air sungai menggunakan parameter fisik dan kimia, kemudian dibandingkan dengan baku mutu air. Parameter tersebut menunjukkan karakteristik kualitas air sungai yang dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai sumber air oleh masyarakat dan secara tidak langsung dapat menimbulkan permasalahan lingkungan di masyarakat. Pengukuran kualitas air sungai dibatasi pada lokasi yang telah ditentukan, menggunakan parameter fisik dan kimia yang kemudian dibandingkan dengan baku mutu air. Parameter tersebut digunakan sebagai penentu karakteristik kualitas air sungai dan indikasi permasalahan sosial yang terkait dengan aktivitas dan perilaku masyarakat di sekitar aliran sungai. 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan batasan obyek maupun lingkup kajian penelitian yang didukung oleh konsep teori yang ada, maka dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji komponen faktor dan sumber yang menyebabkan pencemaran lingkungan pada perairan Sungai Enim; dan (2) mengkaji tingkat pencemaran lingkungan pada perairan Sungai Enim; (3) merumuskan rekomendasi strategi pengelolaan lingkungan pencemaran lingkungan pada perairan Sungai Enim.
8 1.6. Manfaat Penelitian Sasaran utama dalam penelitian ini adalah seberapa tinggi tingkat pencemaran lingkungan yang telah terjadi pada perairan Sungai Enim, faktor-faktor atau sumber-sumber yang menyebabkan pencemaran, serta rumusan atau rekomendasi strategi penanganan permasalahan pencemaran lingkungan pada perairan Sungai Enim. Oleh karena itu manfaat penelitian ini lebih mengarah kepada manfaat praktis, sebagai berikut ini. (1) Faktor-faktor atau sumber- sumber yang menyebabkan pencemaran lingkungan pada perairan Sungai Enim sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan. (2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pencemaran lingkungan yang telah terjadi pada perairan Sungai Enim, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah yang tepat dalam rangka pengendalian pencemaran. (3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap pencemaran yang terjadi di perairan Sungai Enim maupun di daerah lain dengan adanya rekomendasi strategi pengelolaan pencemaran. (4) Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori lebih lanjut tentang tingkat pencemaran lingkungan perairan dengan buktibukti ilmiah yang lebih rinci serta faktor-faktor penyebab pencemaran, sehingga penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara umum, khususnya ilmu Teknik Lingkungan atau pengelolaan lingkungan.