PELANGGARAN ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR. Tengku Erwinsyahbana

dokumen-dokumen yang mirip
PELANGGARAN KODE ETIK DAN SANKSI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

PROBLEMATIKA KEPASTIAN HUKUM PERSYARATAN PENDAFTARAN PASANGAN CALON DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2011

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 2 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. II.1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

Pertimbangan Putusan DKPP Kota Sawahlunto

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BERITA RESMI STATISTIK

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI. NOMOR : 08/Kpts/KPU-Kab /V/2016 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

RechtsVinding Online. kemudian disikapi KPU RI dengan

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KOLAKA UTARA KEPUTUSAN

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, SALINAN NOMOR 15 TAHUN 2017 Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud

2 Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum)

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

Transkripsi:

PELANGGARAN ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR Tengku Erwinsyahbana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera E-mail: tengkuerwins@umsu.ac.id Abstrak Pelaksanaan Pilkada serentak di Propinsi Sumatera Utara, ternyata masih menimbulkan berbagai persoalan, hal ini diasumsikan karena berbagai faktor, antara lain terkait dengan ketidakpahaman Penyelenggara Pemilu terhadap berbagai regulasi dalam bidang kepemiluan. Sebagai contoh yang dapat diambil adalah kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Panwas Kabupaten Toba Samosir. Kasus ini diawali dari keputusan KPU yang tidak menetapkan Monang Sitorus dan Chrissie Sagita Hutahean dari jalur calon perseorangan sebagai Pasangan Calon dalam Pemilihan Bupati Kabupaten Toba Samosir (karena tidak memenuhi persyaratan), yang pada akhirnya menimbulkan sengketa Pilkada. Kata Kunci: Kepala Daerah, Kepastian Hukum, Sengketa A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, didukung semangat otonomi daerah yang telah digulirkan sejak tahun 999, sedangkan mulai tahun 205, Pilkada dilaksanakan secara serentak hampir di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pilkada secara langsung masih menimbulkan berbagai persoalan, walaupun Pemerintah telah beberapa kali mengganti peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan Pilkada, dan terakhir adalah dengan keluarnya Undangundang Nomor 8 Tahun 205 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor Tahun 205 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor Tahun 204 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang (UU No. 8 Tahun 205).

2 Sesuai UU No. 8 Tahun 205, pada tanggal 9 Desember 205, di Propinsi Sumatera Utara diselenggarakan Pilkada secara serentak untuk 23 kabupaten/ kota, yaitu: Kota Medan, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Toba Samosir, Kota Binjai, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Asahan, Kota Sibolga, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Karo, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota Gunung Sitoli. Pelaksanaan Pilkada serentak di Propinsi Sumatera Utara, ternyata masih menimbulkan berbagai persoalan, hal ini diasumsikan karena berbagai faktor, antara lain terkait dengan ketidakpahaman Penyelenggara Pemilu terhadap berbagai regulasi dalam bidang kepemiluan. Sebagai contoh yang dapat diambil adalah kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Panwas Kabupaten Toba Samosir. Kasus ini diawali dari keputusan KPU yang tidak menetapkan Monang Sitorus dan Chrissie Sagita Hutahean dari jalur calon perseorangan sebagai Pasangan Calon dalam Pemilihan Bupati Kabupaten Toba Samosir (karena tidak memenuhi persyaratan), yang pada akhirnya menimbulkan sengketa Pilkada. Berdasarkan hasil pemeriksaan sengketa yang dilaksanakan, dalam putusannya Panwas Kabupaten Toba Samosir secara sepihak telah menetapkan Monang Sitorus dan Chrissie Sagita Hutahean sebagai pasangan calon dalam Pilkada Kabupaten Toba Samosir. Persoalan yang muncul dari kasus ini adalah terkait dengan kewenangan Panwas untuk menetapkan pasangan calon tersebut dalam Pemilihan Bupati Kabupaten Toba Samosir, padahal dalam UU No. 8 Tahun 205, tidak ada ketentuan yang memberikan kewenangan bagi Bawaslu berikut jajaran ke bawah untuk menetapkan bakal calon sebagai calon dalam Pilkada, sehingga Panwas Kabupaten Toba Samosir telah diadukan ke Dewan

3 Kehormatan Penyelenggara Pemilu Republik Indonesia (DKPP-RI) dengan tuduhan melakukan pelanggaran etika kepemiluan. B. Etika dalam Penyelenggaraan Pemilu Etika merupakan ilmu dan termasuk cabang dari filsafat yang paling tua sejak zaman Yunani Kuno. Etika adalah refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia yang berkaitan dengan norma-norma atau tentang tingkah laku manusia dari sudut kebaikannya. Hal yang dibicarakan dan dianalisis dalam etika, adalah tema-tema sentral mengenai hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, norma, hak dan kewajiban, serta nilai-nilai kebaikan. Lazimnya pengertian etika dirumuskan sebagai nilai-nilai dan normanorma moral yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya, yang bertujuan untuk menciptakan hubungan antar manusia dalam masyarakat secara harmonis, dan oleh sebab itu etika selalu menuntun orang agar bersungguh-sungguh menjadi baik, agar memiliki sikap etis. Terkait dengan Kode Etik Penyelenggara Pemilu, maka terhadap istilah Kode Etik, diartikan sebagai satu kesatuan landasan norma moral, etis dan filosofis yang menjadi pedoman bagi perilaku penyelenggara pemilihan umum yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan dalam semua tindakan dan ucapan. Adapun tujuan kode etik ini adalah untuk menjaga kemandirian, integritas, dan kredibilitas Penyelenggara Pemilu, yang sesuai dengan asas Penyelenggaraan Pemilu, yaitu: () mandiri; (2) jujur; (3) adil; (4) kepastian hukum; (5) tertib; (6) kepentingan umum; (7) keterbukaan; (8) proporsionalitas; (9) profesionalitas; (0) akuntabilitas; () efisiensi; dan (2) efektivitas. Keduabelas asas ini dituangkan dalam Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 202, Nomor Tahun 202,

4 Nomor Tahun 202 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum (dalam tulisan ini selanjutnya disebut Peraturan Kode Etik Pemilu). Terkait dengan judul tulisan ini, maka yang perlu diuraikan adalah tentang asas kepastian hukum, yang berdasarkan Peraturan Kode Etik Pemilu ditentukan bahwa dalam melaksanakan asas kepastian hukum, Penyelenggara Pemilu berkewajiban untuk: () melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang secara tegas diperintahkan oleh peraturan perundangundangan; (2) melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang sesuai dengan yurisdiksinya; (3) melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu, menaati prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; dan (4) menjamin pelaksanaan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan Pemilu sepenuhnya diterapkan secara tidak berpihak dan adil. C. Konsep Kepastian Hukum dalam Perspektif Teori Pertanyaan mendasar tentang keberadaan hukum di masyarakat, selalu terkait dengan bangunan hukum dalam suatu sistem dan hal ini tentunya diperlukan untuk menjamin terciptanya kepastian hukum itu sendiri dalam kehidupan sosial masyarakat. Persoalan kepastian hukum masih menjadi hambatan dalam kegiatan penyelenggaraan negara dan pembangunan, serta termasuk pula dalam penyelenggaraan Pemilu di Indonesia. Hal ini terjadi karena peraturan perundang-undangan yang masih tumpang tindih, tidak konsisten, tidak jelas atau multitafsir, bahkan karena rendahnya pemahaman penyelenggara negara atau masyarakat terhadap aturan hukum itu sendiri. Banyak aspek yang terkait dengan kehidupan masyarakat telah diwujudkan dalam bentuk undang-undang demi menjamin terciptanya kepastian hukum, tetapi faktanya walaupun diwujudkan dalam bentuk undang-undang, ternyata dalam pengimplementasinya tidak dipatuhi. Salah satu faktor tidak dipatuhinya undang-undang, karena ketidakpahaman terhadap aturan hukum,

5 dan oleh sebab itu guna mewujudkan kepastian hukum tidaklah dapat dilakukan hanya dengan membentuknya dalam undang-undang. Terhadap istilah kepastian hukum, menurut Sudikno Mertokusumo (993: ) merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenangwenang yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu, sedangkan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002: 835) disebutkan bahwa kepastian hukum adalah perangkat hukum suatu negara yang mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara. Budiono Kusumohamidjojo (999: 53) membedakan antara: () Kepastian dalam orientasi bagi masyarakat (orientierungssicherbeit/certitudo); dan (2) Kepastian dalam penetapan hukum oleh penegak hukum (realisierungssicherbeir/securitas). Demikian juga Reinhold Zippelius sebagaimana dikutip Franz Magnis Suseno (200: 79) juga membedakan kepastian hukum dalam 2 (dua) pengertian, yaitu: () Kepastian dalam pelaksanaannya, maksudnya bahwa hukum yang resmi diundangkan dilaksanakan dengan pasti oleh negara. Setiap orang dapat menuntut agar hukum dilaksanakan dan tuntutan itu pasti dipenuhi dan setiap pelanggaran hukum akan ditindak dan dikenakan sanksi menurut hukum juga; dan (2) Kepastian orientasi, maksudnya bahwa hukum itu harus jelas, sehingga masyarakat dan hakim dapat berpedoman padanya. Hal ini berarti bahwa setiap istilah dalam hukum harus dirumuskan dengan terang dan tegas sehingga tak ada keragu-raguan tentang tindakan apa yang dimaksud. Begitu pula aturanaturan hukum harus dirumuskan dengan ketat dan sempit agar keputusan dalam perkara pengadilan tidak dapat menurut tafsiran subyektif dan selera pribadi hakim. Kepastian orientasi menuntut agar ada prosedur pembuatan dan peresmian hukum yang jelas dan dapat diketahui umum. Kepastian orientasi ini juga menuntut agar hukum dikembangkan secara kontinu dan taat asas. Undang-undang harus saling kait mengkait, harus menunjuk ke satu arah agar

6 masyarakat dapat membuat rencana ke masa depan, begitu pula jangan dibuat undang-undang yang saling bertentangan. D. Penerapan Asas Kepastian Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang Nomor 8 Tahun 205 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor Tahun 205 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor Tahun 204 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang (selanjutnya disingkat UU No. 8 Tahun 205), ditentukan bahwa tugas dan wewenang Panwas Kabupaten/Kota adalah: () mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilihan; (2) menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan; (3) menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan pemilihan yang tidak mengandung unsur tindak pidana; (4) menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti; dan (5) meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang. Atas dasar ketentuan ini, maka Panwas telah diberikan amanah oleh undang-undang untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah, yang tidak termasuk dalam pelanggaran pidana. Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa di Kabupaten Toba Samosir telah terjadi sengketa dalam proses pemilihan Kepala Daerah, yang diawali dari keputusan KPU yang tidak menetapkan Monang Sitorus dan Chrissie Sagita Hutahean dari jalur calon perseorangan sebagai Pasangan Calon dalam Pemilihan Bupati, karena tidak memenuhi persyaratan sebagai pasangan calon. Panwas Kabupaten Toba Samosir, telah memeriksa perkara tersebut, dan dalam putusannya Panwas menetapkan Monang Sitorus dan Chrissie Sagita Hutahean sebagai pasangan calon dalam Pilkada.

7 Akibat keputusan yang diambil oleh Panwas Kabupaten Toba Samosir, maka menimbulkan persoalan baru, yang diasumsikan bahwa keputusan tersebut telah melampaui kewenangannya sebagai penyelenggara pemilu di daerah. Mencermati ketentuan yang terdapat dalam Pasal 3 huruf j UU No. 8 Tahun 205, kewenangan untuk menetapkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati adalah kewenangan KPU, bukan kewenangan Panwas. Keputusan penetapan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yang dibuat oleh Panwas Kabupaten Toba Samosir, merupakan tindakan yang melampaui batas kewenangannya atau dengan kata lain sebagai tindakan di luar yurisdiksinya, sehingga keputusan tesebut merupakan tindakan yang melanggar etika penyelenggaraan pemilu, yaitu terkait dengan penerapan asas kepastian hukum sebagaimana tertuang dalam Pasal 5 jo Pasal Peraturan Kode Etik Pemilu. Ketentuan yang terkait dengan kewenangan Panwas Kabupaten/Kota yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 205, sudah diatur secara jelas, dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan asas kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa pemilu oleh Panwas Kabupaten Toba Samosir tidak terpenuhi. E. Penutup Adanya fakta dan pengalaman bahwa di Kabupaten Toba Samosir telah terjadi pelanggaran etika penyelenggaraan pemilu yang terkait dengan asas kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa pemilu, perlu kiranya dilaksanakan pembinaan di jajaran Panwas Kabupaten/Kota tentang kewenangan dalam penyelesaian sengketa pemilu, sehingga para penyelenggara pemilu (khususnya Panwas) dapat memahami, mempedomani serta mengindahkan asas-asas, prinsip-prinsip dasar, dan pelaksanaan prinsip-prinsip dasar pemilu sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Kode Etik Pemilu, serta peraturanperaturan atau regulasi-regulasi lain yang terkait dengan penyelenggaraan pemilu.

8 DAFTAR PUSTAKA Budiono Kusumohamidjojo (999) Ketertiban yang Adil (Problematik Filsafat Hukum), Jakarta: Grasindo. Franz Magnis Suseno (200) Etika Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Sudikno Mertokusumo (993) Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti.