Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan juga merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur- unsur manusiawi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di suatu Negara. Oleh karena itu pemerintah berupaya

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, sosiologi,

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dan dipraktekkan. Idealnya pelajaran produktif khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu secara langsung ataupun tidak langsung dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, tata boga, tata kecantikan dan tata

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAN STAD PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN. (Di SMP Muhammadiyah 14 Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak terlepas dari peranan tenaga pendidik, peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) kita mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan menggunakan akal pikiran dan emosi yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Ika Rostika, Pengaruh Penggunaan Model Cooperative Learning Melalui Metode Stad Terhadap Pemahaman Konsep Dasar Akuntasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 4 menjelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB 1 PENDAHULUAN. dimilikinya. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pada dasarnya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Hal ini berarti juga bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia, terampil dan terlatih untuk memasuki lapangan pekerjaan. Departemen Pendidikan menjadikan SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan untuk menyediakan tenaga kerja nasional yang terampil dan terdidik serta berahklak mulia. Dalam peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1990 juga merumuskan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) mengutamakan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional. Artinya, tujuan utama penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta didik, untuk kepentingan peserta didik, bangsa dan Negara. Apabila ditinjau dari tujuan dan konsep dasar pelaksanaannya maka Pendidikan Kejuruan Tingkat Menengah (SMK) sangat berbeda dengan Pendidikan Umum (SMA). Ada tujuh kriteria Pendidikan Kejuruan yaitu: 1) Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan, 3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif dan kognitif, 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya di sekolah, 5) kepekaan terhadap pekembangan dunia kerja,6) memerlukan sarana dan 1

2 prasarana khusus yang memadai, dan 7) adanya dukungan masyarakat. (Finch dan Crunkilton:1999;14-16 ). Selanjutnya dalam peraturan pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang pengelompokan mata pelajaran untuk SMK terdiri atas: 1). Normatif: kelompok mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya, 2). Adaptif: terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, KKPI dan Kewirausahaan, dan 3). Produktif: teridiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Komepetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Implementasi ketiga kelompok materi ini dalam bentuk aktivitas pembelajaran mencakup kegiatan tatap muka, praktik sekolah dan praktik industri. Keseluruhan aktivitas pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam wilayah kognitif, afektif, dan psikomorik. Berdasarkan pada pengorganisasian materi pelajaran dan implementasinya maka kriteria minimal lulusan SMK adalah kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan, standar kompetensi ini akan menjadi modal dasar siswa ketika lepas dari SMK, artinya mereka sudah memiliki keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidangnya dan siap untuk memasuki dunia usaha dan dunia industri. Akan tetapi dalam kenyataannya, jika dilihat hasil belajar tahun 2011/2012 di SMK Swasta Harapan Stabat untuk pelajaran Instalasi Sistem Operasi dasar yang merupakan mata pelajaran produktif, dibandingkan dengan

3 mata pelajaran adaptif dan normatif masih belum memuaskan bahkan belum kompeten. Sebagai contoh dapat dilihat rata-rata hasil ujian untuk mata pelajaran Instalasi Sistem Operasi Dasar kelas X SMK Swasta Harapan Stabat tahun ajaran 2011/2012 pada tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Daftar Nilai Rata-Rata Hasil Ujian Pelajaran Produktif, Adaptif dan Normatif SMK TI Harapan Stabat Tahun Pelajaran 2011/201 /2012. No Jenis M. Nama M. Pelajaran Pelajaran Nilai rata-rata KKM 1 Normatif Pendidikan Agama 73 65 2 Adaptif Matematika 70 65 3 Produktif Instalasi Sistem Operasi Dasar 63 70 Sumber : observasi di SMK Swasta Harapan Stabat Dalam tabel 1.1 ini dapat dilihat pada mata pelajaran kelompok normatif nilai rata-ratanya adalah 73, lebih tinggi dari nilai KKM, sehingga hasil belajar kelompok mata pelajaran normatif dapat dikatakan sudah tuntas. Begitu juga dengan nilai hasil belajar kelompok adaptif yang menunjukkan nilai rata-rata 70, lebih tinggi dari nilai KKM, selanjutnya hasil belajar pada mata pelajaran kelompok produktif yaitu mata pelajaran Instalasi Sistem Operasi Dasar nilai rataratanya adalah 63 sedangkan nilai KKM adalah 70, informasi ini menunjukkan bahwa mata pelajaran produktif masih jauh dari nilai KKM yang telah ditetapkan, sehingga siswa harus mengikuti remedial. Padahal mata pelajaran Instalasi Sistem Operasi Dasar adalah Dasar Kompetensi untuk mata pelajaran Produktif yang menjadi persyaratan bagi siswa agar dapat melanjut ke mata pelajaran tingkat selanjutnya.

4 Fenomena lainnya adalah guru kurang memanfaatkan lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari siswa sebagai media belajar dalam pembelajaran Instalasi Sistem Operasi Dasar sehingga siswa merasa sulit untuk memahami manfaat dan tujuan dalam mempelajari Instalasi Sistem Operasi Dasar. Guru juga kurang menunjukan peningkatan yang signifikan dalam menentukan dan memilih model, dan strategi pembelajaran. Dalam konteks dan kasus ini, pembelajaran yang dilakukan guru cenderung peka pada menghapal teori-teorinya tanpa diarahkan pada penguasaan konsep dan aplikasinya. Dalam hal ini pentingnya guru memanfaatkan metode yang bervariasi seperti demonstrasi atau simulasi dalam pembelajaran. Selain itu, pembelajaran Instalasi Sistem Operasi Dasar juga membuat siswa merasa bosan karena selama berada di dalam kelas siswanya hanya mendengar, menyaksikan dan mencatat apa yang dilakukan oleh guru di depan kelas. Akibatnya siswa sering keluar masuk, berbicara dengan teman serta tidak acuh dengan apa yang diajarkan guru. Pembelajaran yang hanya diisi dengan mencatat uraian dari guru merupakan cara belajar pasif, sehingga mereka lebih cenderung menerima apa yang diberikan guru. Jika diadakan belajar kelompok hanya siswa yang memiliki kecerdasan dan motivasi tinggi yang aktif memberikan tanggapan atas materi yang sedang dibahas. Sedangkan pada pembelajaran SMK setiap individu dituntut untuk kompeten dalam suatu bidangnya sehingga dalam satu kelas yang terdiri dari 36 siswa seluruhnya harus mencapai nilai kriteria kompetensi minimal agar pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Namun dalam kenyataan selama ini di

5 lapangan khususnya di SMK Swasta Harapan Stabat hanya berkisar 10 orang dari 36 siswa pada satu kelas yang mencapai nilai kreriteria ketuntasam minimal dengan nilai rata-rata yang di peroleh 63 sedangkan serandar kritria ketuntasan minimal 70. Hal ini terjadi karena siswa terdiri dari beragam karakteristik, latar belakang, sosial, budaya dan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda, sedangkan cara belajar yang selama ini digunakan hanya monoton pada satu model belajar, sehingga kemungkinan siswa yang memperoleh nilai keriteria kompetensi minimal adalah siswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi, motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki kesamaan cara belajar dengan cara belajar yang selama ini berlangsung. Sedangkan siswa yang memiliki kecerdasan dan motivasi rendah, serta siswa yang memiliki cara belajar yang berbeda dengan cara belajar yang selama ini berlangsung kemungkinan akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang rendah. Di sisi lain, model pembelajaran telah dan terus berkembang. Perubahan yang sangat mendasar adalah dari aktivitas mengajar ke aktivitas belajar, atau dari berpusat pada guru ke berpusat pada siswa. Pada dasarnya, perubahan aktivitas pembelajaran ini bertujuan untuk menyesuaikan aktivitas pembelajaran dengan karakteristik dan kecerdasan setiap siswa. Berikut ini beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan mengembangkan potensi serta motivasi belajar siswa, diantaranya: 1) Contextual Teaching and Learning : adalah suatu konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya

6 dengan situasi nyata yang dapat memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat dimana dia hidup, 2) Model Inquiry Training: adalah pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mengembangkan sifat ingin tahu siswa secara mandiri dalam bentuk penelitian sederhana, 3 ) Model Problem Base Learning: guru mengarahkan siswa untuk belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah, 4 ) Model Proyek Work: adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk (barang atau jasa), melalui proses produksi/ pekerjaan yang sesungguhnya, 5) Quantum Teaching: yaitu pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik, 6) Model cooperative learning juga merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam Sanjaya (2008) mengemukakan dua alasan yaitu : 1. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siwa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain seta dapat meningkatkan harga diri.

7 2. Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dalam cooperatif learning banyak model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran salah satunya adalah model STAD (Student Teams Achievement Division). Model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru, selain itu dapat meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Juita Simbolon (2010) dan Samuel Siregar (2007) dalam hasil penelitiannya memaparkan bahwa model pembelajaran kooperatif type STAD terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif type STAD juga dijamin membuat pelajaran lebih efektif dan menyenangkan. Oleh karena paparan dari Juita Simbolon (2010) dan Samuel Siregar (2007), saya tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD dapat meningkatkan hasil belajar pada materi Instalasi Sistem Operasi Berbasis GUI pada siswa kelas X SMK Swasta Harapan Stabat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat banyak masalah yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat

8 ditinjau dari berbagai komponen pembelajar seperti siswa, guru, sarana prasarana, dan masih banyak komponen yang lainnya. Secara spesifik sesuai dengan uraian yang dipaparkan di atas, terlihat bahwa rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran Instalasi Sistem Operasi Dasar perlu diupayakan dengan pembaharuan dalam mendisain pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan jenis pelajaran. Dari banyaknya permasalahan yang dihadapi maka diperkirakan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa diidentifikasi beberapa masalah antara lain: 1. Kemampuan guru dalam mengajar masih kurang. 2. Model pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan karakteristik siswa. 3. Guru kurang mengembangkan teknik penyajian materi dalam pembelajaran Instalasi Sistem Operasi Dasar. 4. Pemberian materi oleh guru kurang memperhatikan kemampuan siswa. 5. Kurangnya interaksi antar siswa dalam proses belajar mengajar. Selain masalah-masalah yang dikemukakan di atas peneliti menyadari bahwa masalah-masalah yang teridentifikasi di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang sangat kompleks. Sehingga perlu adanya usaha yang maksimal dalam menemukan alternatif atau penyelesaiannya.

9 C. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan seperti yang dikemukakan pada identifikasi masalah diatas, peneliti perlu membuat batasan masalah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi instalasi sistem operasi berbasis GUI (Graphical User Interface) Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan Smk Swasta Harapan Stabat T. A. 2012/2013 D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi instalasi sistem operasi berbasis GUI (Graphical User Interface) Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan Smk Swasta Harapan Stabat T. A. 2012/2013 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar siswa pada materi instalasi sistem operasi berbasis GUI (Graphical User Interface) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada siswa kelas X Teknik Komputer dan Jaringan Smk Swasta Harapan Stabat T. A. 2012/2013

10 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat bagi peneliti, yaitu sebagai kekayaan wawasan dan pengalaman dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang dapat menunjang hasil belajar siswa dengan maksimal. 2. Manfaat bagi sekolah, yaitu dapat menjadi gambaran bagi tenaga pendidik untuk menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. 3. Manfaat bagi siswa, yaitu sebagai pengalaman belajar dengan menggunakan model type STAD. 4. Manfaat bagi mahasiswa, yaitu sebagai gambaran awal dalam hal penelitian untuk dapat ditindak lanjuti ke permasalahan yang lebih kompleks. 5. Manfaat bagi instansi pendidikan adalah menjadi argument atau penguat pentingnya mengenal dan memahami karakterisitik siswa sehingga dapat memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan siswa.