TINGKAT ADVERSITY QUOTIENT ATLET DIY M. Yunus Sb, BM Wara K. dkk

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, hampir setiap hari manusia menemui kesulitankesulitan

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB III METODE PENELITIAN

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Raya Ngebel Semanding, Jenangan, Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB II KAJIAN TEORITIK

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

STUDI DESKRIPTIF ADVERSITY QUOTIENT MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA BERDASAR JENIS KELAMIN DAN KEMAMPUAN MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukita Ramdan, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PEKAN OLAHRAGA NASIONAL (PON) XVIII DI PROVINSI RIAU TAHUN 2012

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KEJUARAAN PEKAN OLAHRAGA PELAJAR WILAYAH (POPWIL) III DI KABUPATEN BANTEN TAHUN 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksud dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

Ani Khoerunni mah 1, Kriswandani 2, Wahyudi 2. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

PENGEMBANGAN ALAT PELONTAR BOLA MULTIFUNGSI

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. travel kota bengkulu, dapat disajikan seperti pada Tabel 4 berikut ini:

Sartika, namun dengan kuatnya iklim yang terdapat di lingkungan SD Dewi Sartika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Maksum (2012:68) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wushu di Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama Kuntauw dan

DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DALAM MENGIKUTSERTAKAN ANAKNYA BERLATIH DI KRAKATAU TAEKWONDO KLUB MEDAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bulutangkis di Indonesia berkembang seiring dengan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. gerakan badan. Jadi, olahraga berarti gerak badan atau aktivitas jasmani. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, yaitu Penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB IV HASIL PENELITIAN

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT KEJURNAS TONNIS ANTAR MAHASISWA PIALA REKTOR UNNES II TAHUN 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat menguasai unsur teknik dasar dalam permainannya. Unsur teknik

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM)

BAB I PENDAHULUAN. dan memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan masingmasing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coba dilaksanakan tanggal 4-5 Desember 2014 pada atlet remaja atletik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Meja merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. dalam pembinaan dan peningkatan olahraga khususnya cabang bolavoli.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

III. METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kerjasama yang baik untuk membentuk suatu tim. Kecerdasan dalam mangatur

NARASI LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT ASISTEN REFEREE CABANG OLAHRAGA TENIS POPDA DIY 2011

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

PENGARUH METODE LATIHAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP KELINCAHAN

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

NARASI LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT ASISTEN REFEREE CABANG OLAHRAGA TENIS POPDA DIY 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan bola voli dalam perkembangannya pada saat ini semakin

Transkripsi:

TINGKAT ADVERSITY QUOTIENT ATLET DIY ----------------------------------------------------------------- M. Yunus Sb, BM Wara K. dkk 1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Di lapangan sering kita lihat, seorang atlet atau tim yang sudah mempunyai kemampuan fisik yang baik, teknik yang sempurna, dan sudah dibekali berbagai taktik, tetapi tidak dapat mewujudkannya dengan baik di arena pertandingan/perlombaan, dan akhirnya mengalami kekalahan. Banyak ahli olahraga berpendapat bahwa tingkat pencapaian prestasi puncak sangat ditentukan oleh kematangan dan ketangguhan mental atlet dalam mengatasi berbagai kesulitan selama bertanding. Bukti yang masih hangat kita lihat pada pertandingan final Bulutangkis memperebutkan Piala Thomas di Cina beberapa waktu yang lalu (19 Mei 2002). Ganda putra kedua yang diperkirakan akan kalah, justru dapat memenangkan pertandingan, karena terdorong kuat untuk membuka jalan kemenangan bagi tim. Dorongan tersebut bertambah kuat karena tunggal kedua yang diharapkan dapat memenangkan pertandingan ternyata gagal. Dengan kematangan dan ketangguhannya untuk mengatasi berbagai kesulitan, tunggal ketiga bermain lebih tenang dan akhirnya dapat memenangkan pertandingan, sekaligus memastikan diboyongnya Piala Thomas ke Indonesia lima kali berturut-turut. Kemampuan seseorang untuk bertahan atau menyerah dalam menghadapi kesulitan dapat diukur dengan "Adversity Quotient" atau sering disingkat dengan AQ (Stoltz, 2000). Apabila AQ dapat meramalkan kemampuan seseorang untuk bertahan atau menyerah dalam menghadapi kesulitan, maka seharusnya semua atlet mempunyai AQ tinggi. Sampai saat ini belum ada data tentang AQ atlet, khususnya atlet DIY. Lebih jauh lagi belum ada peta AQ atlet menurut jenis kelamin, tingkatan umur, tingkatan prestasi, dan cabang olahraganya. Respon atlet terhadap kesulitan yang dihadapi sangat tergantung dari tingkat AQ mereka. Karena gambaran AQ atlet ini diperlukan bagi pengembangan atlet itu sendiri, maupun pengembangan prestasi olahraga secara keseluruhan, maka penelitian ini mencoba untuk menyediakan informasi mengenai hal tersebut. b. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Seberapa jauh tingkat AQ atlet DIY? 2) Bagaimana peta AQ atlet DIY menurut jenis kelaminnya? 3) Bagaimana peta AQ atlet DIY menurut tingkatan umurnya? 4) Bagaimana peta AQ atlet DIY menurut tingkatan prestasinya? 5) Bagaimana peta AQ atlet DIY menurut cabang olahraganya? 1

c. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Mengetahui tingkat AQ atlet DIY yang dapat menggambarkan respon atlet terhadap kesulitan yang dihadapi. 2) Mengetahui peta kekuatan AQ atlet DIY menurut jenis kelaminnya. 3) Mengetahui peta kekuatan AQ atlet DIY menurut tingkatan umurnya. 4) Mengetahui peta kekuatan AQ atlet DIY menurut tingkatan prestasinya. 5) Mengetahui peta kekuatan AQ atlet DIY menurut cabang olahraganya. d. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran kepada para pembina olahraga pada umumnya dan pembina di DIY pada khususnya, tentang AQ atlet baik menurut jenis kelaminnya, tingkatan umurnya, tingkatan prestasinya, maupun cabang olahraganya. Gambaran tersebut sangat bermanfaat untuk mendasari rancangan program pembinaan prestasi atlet selanjutnya, termasuk program peningkatan AQ bagi atlet DIY. e. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka secara operasional beberapa variabel yang ada dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: 1) Adversity Quotient (Respon terhadap kesulitan) adalah tanggapan seseorang apabila dihadapkan pada kesulitan, yang bisa diukur dari tingkat kendalinya terhadap peristiwa yang menimbulkan kesulitan, dan dari kedalaman maupun jangkauannya dalam merasakan suatu peristiwa. 2) Atlet DIY adalah olahragawan DIY yang pernah mewakili Klub, maupun Pengurus Daerah (Pengda) setiap cabang olahraga dalam berbagai event, baik tingkat yunior maupun senior, dengan pendidikan minimal lulusan SLTA. 2. METODOLOGI PENELITIAN a. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan menggunakan metode survey dan teknik angket b. Populasi dan Sampel Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah atlet Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan sampel berjumlah 204 orang dari enam cabang olahrag yang diambil secara insidental. Atlet Atletik berjumlah 22 orang, sedangkan atlet Tennis berjumlah 20 orang atlet. Atlet Bolavoli berjumlah 35 orang, dan atlet Bola Basket berjumlah 90 orang. Atlet Pencak Silat terjaring dengan jumlah 23 orang, dan atlet Tae kwon Do sejumlah 14 2

orang. Penentuan atlet yang terjaring ini banyak diperankan oleh pelatih maupun pembina olahraga yang bersangkutan. c. Instrumen Dalam penelitian ini digunakan instrumen yang berupa angket. Angket yang digunakan merupakan pengembangan atau modifikasi dari Adversity Quotient yang dirancang oleh Paul.G.Stoltz,Ph.D dalam bukunya "Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang". Pada dasarnya instrumen ini terdiri atas lima indikator, yaitu: Control (kendali), Origin (asal-ususl), Owner (tanggung jawab), Reach (jangkauan), dan Endurance (daya tahan). Pada dasarnya kendali mempertanyakan tentang seberapa tinggi kendali seseorang terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Kendali berhubungan langsung dengan pemberdayaan dan pengaruh, dan mempengaruhi indikator yang lain. Asal-usul dan tanggung jawab mempertanyakan tentang siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan, dan sampai sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan tersebut. Jangkauan mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian lain dari kehidupan. Daya tahan mempertanyakan tentang seberapa lama kesulitan akan berlangsung, dan seberapa lama penyebab kesulitan akan berlangsung. Masing-masing indikator terdiri atas 10 pertanyaan, kecuali untuk asalusul dan tanggung jawab masing-masing 5 pertanyaan. Kisi-kisi angket tersusun sebagai berikut: Respon Terhadap Kesulitan Tabel 1. Kisi-kisi angket Adversity Quotient FAKTOR INDIKATOR ITEM NEGATIF Control (Kendali) 1a, 6a, 8a, 9a, 16a, 18a, 19a, 26a, 28a, 29a. Origin (Asal-usul) 1b, 8b, 16b, 19b, 29b. Ownership 6b, 9b, 18b, 26b, (Tanggung jawab) 28b. Reach 2a, 4a, 7a, 11a, (Jangkauan) 12a, 14a, 15a, Endurance (Daya tahan) 21a, 22a, 24a. 2b, 4b, 7b, 11b, 12b, 14b, 15b, 21b, 22b, 24b. POSITIF 10a, 13a, 17a, 23a, 27a. 10b, 13b, 23b. 17b, 27b. 3a, 5a, 20a, 25a, 30a. 3b, 5b, 20b, 25b, 30b. Modifikasi instrumen AQ dilakukan agar butir pertanyaan lebih konstekstual dengan kondisi atlet sebagai subyek penelitian, tanpa merubah makna pertanyaan. Setelah selesai dimodifikasi, instrumen diuji 3

coba di lapangan dengan cara disebarkan pada 50 atlet yang juga mahasiswa Prodi PKO FIK UNY. Hasil uji coba menunjukkan adanya 19 butir pertanyaan yang gugur. Butir pertanyaan yang gugur dianalisis dan dimodifikasi kembali. Angket hasil modifikasi ini disebar kepada 20 orang atlet, dan setelah dianalisis dengan analisis butir, didapatkan adanya kesahihan pada seluruh butir. Untuk menguji keandalan digunakan teknik Alpha Cronbach pada Program SPS-2000 Sutrisno Hadi, dan didapatkan bahwa seluruh faktor andal. Atlet yang sudah sahih dan andal ini selanjutnya digunakan untuk mengumpulkan data. d. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dari hasil pengukuran AQ pada responden. Data terbagi menjadi 4 variabel jalur, dan 6 variabel numerik. Variabel jalur terdiri atas jenis kelamin, tingkatan umur, tingkatan prestasi, dan macam cabang olahraga. Variabel numerik terdiri atas variabel kendali, asal-usul, tanggung jawab, jangkauan, daya tahan, dan nilai AQ. Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif untuk memberi gambaran global mengenai tingkat AQ atlet DIY. Untuk mengetahui adakah perbedaan AQ antara atlet laki-laki dan perempuan, atlet yunir dan senior, atlet klub, daerah dan nasional, serta atlet berbagai cabang olahraga digunakan uji dwivariat dari Program SPS-2000. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Secara insidental terjaring 204 atlet dalam enam cabang olahraga, dengan perincian seperti terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan Karakteristik Responden N0 Cabang Jenis Tingkatan Tingkatan Jumlah Olahraga Kelamin Umur Prestasi 1 Atletik L: 13 P: 9 Y: 0 S: 22 K: 2 D: 19 22 N: 1 2 Tennis L: 15 P: 5 Y: 12 S:8 K: 5 D: 13 20 N: 2 3 Bolavoli L: 22 P: 13 Y: 21 S: 14 K: 20 D: 13 35 N: 2 4 Bola Basket L: 70 P: 20 Y: 30 S: 60 K: 70 D: 20 90 N: 0 5 Pencak Silat L: 16 P: 7 Y: 8 S: 15 K: 11 D: 12 23 N: 0 6 Tae Kwon Do L: 9 P: 5 Y: 0 S: 14 K: 0 D: 14 14 N: 0 Jumlah Total 204 4

Dari 204 atlet DIY tersebut didapatkan rata-rata AQ sebesar 133,725, yang menurut kriteria Stoltz termasuk dalam kategori sedang pada batas atas (95-134). Selanjutnya Stoltz mengatakan bahwa kisaran AQ demikian termasuk lumayan baik dalam menempuh liku-liku hidup sepanjang segala sesuatunya berjalan relatif lancar. Namun demikian, mungkin mereka mengalami penderitaan yang tidak perlu akibat kemunduran-kemunduran yang lebih besar, atau menjadi kecil hati dengan menumpuknya beban frustasi dan tantangan-tantangan hidup. Apabila dilihat lebih jauh, atlet laki-laki mempunyai AQ rata-rata 133,959; sedangkan atlet perempuan 133,153. Perbedaan kecil tersebut setelah diuji dengan uji t antar kelompok, tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p= 0,753 > 0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak akan mempengaruhi AQ seseorang, atau AQ seseorang tidak ditentukan oleh jenis kelamin mereka. Rata-rata AQ atlet yunior adalah 134,028; sedangkan atlet senior adalah 133,564. Setelah diuji dengan uji t antar kelompok ternyata perbedaan tersebut tidak signifikan, dengan nilai p sebesar 0,844. Klasifikasi yuniorsenior dalam penelitian ini didasarkan pada kelompok umur dengan batas usia 18 tahun. Umur kurang atau sama dengan 18 tahun termasuk kelompok yunior, sedangkan umur lebih dari 18 tahun termasuk kelompok senior. Dalam beberapa cabang olahraga mungkin pengelompokan ini tidak tepat, namun untuk keseragaman digunakan klasifikasi yang demikian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkatan umur atlet tidak menentukan besarnya AQ. Pengelompokan atlet menurut tingkatan prestasinya dibagi menjadi Klub, Daerah, dan Nasional. Rata-rata AQ atlet tingkat Klub adalah 130,972; sedangkan atlet daerah adalah 136,429. Atlet Nasional mempunyai AQ ratarata sebesar 144,000. Apabila dilihat sepintas terkesan bahwa kenaikan prestasi diikuti atau mengikuti kenaikan AQ. Meskipun demikian, dengan uji t antar kelompok, perbedaan signifikan hanya terdapat pada perbedaan antara atlet tingkat Klub dan atlet tingkat Daerah, dengan nilai p= 0,020 < 0,050. Perbedaan yang lain tidak terlihat signifikan. Hal ini menunjukkan adanya penyaringan cukup ketat dari atlet Klub menjadi atlet Daerah. Apabila dilihat lebih rinci, perbedaan signifikan terletak pada indikator jangkauan (reach) dengan p=0,036 <0,050. Hal ini berarti bahwa atlet daerah lebih mampu membatasi masalah hanya pada area masalah tersebut, sehingga tidak mempengaruhi segi kehidupan yang lain. Perbedaan signifikan juga terlihat pada indikator dayatahan (endurance), baik antara atlet Klub dengan atlet Nasional (p=0,023), maupun antara atlet Daerah dengan atlet Nasional (p=0,040). Dengan demikian boleh dicurigai adanya indikator dayatahan yang menentukan tingkatan atlet. Masih menjadi pertanyaan, apakah indikator 5

dayatahan mempengaruhi tingkatan prestasi atlet, ataukah tingkatan prestasi atlet yang akan mempengaruhi dayatahannya. Analisis lebih lanjut dengan mengelompokkan atlet menurut cabang olahraganya didapatkan AQ rata-rata atlet atletik sebesar 137,682; sedangkan atlet tennis 134,600; dan atlet Bolavoli mempunyai AQ rata-rata 137,086. Atlet Bola Basket mempunyai AQ rata-rata sebesar 129,078, sedangkan atlet Pencak Silat 136,174, dan atlet Tae kwon Do 143,714. Secara umum perbedaan signifikan hanya terlihat antara atlet Atletik dengan atlet Bola Basket (p=0,024), juga antara atlet Bolavoli dengan atlet Bola Basket (p=0,014). Ada pula perbedaan sangat signifikan antara atlet Bola Basket dengan atlet Tae Kwon Do dengan p=0,005. 6