ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Posisi penting pendidikan dalam membangun kualitas bangsa menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide,

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

Strukturalisme Genetik

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

ANALISIS PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR DENGAN PENDEKATAN STRATA NORMA

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. Karyanya mengambarkan ideologi atau pemikiranya yang besar mengenai puisi. warna bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03)

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAHASA INDONESIA XII IPA

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

BAB 5 RANCANGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS VIII MTS AL- FATAH CIKEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan dari masyarakat. Secara alami,

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA

Bab 1. Pendahuluan. struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan.musik dapat mendamaikan hati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

Gaya dan Stilistika Citra, Metafora,Simbol, dan Mitos

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

PEMBACA PUISI. Karya Chairil Anwar. Untuk neneknda

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM KUMPULAN PUISI KERIKIL TAJAM DAN YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS KARYA CHAIRIL ANWAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan pendekatan objektif sebab Teeuw mengatakan bahwa sajak atau lebih luas sebuah karya sastra atau karya seni umumnya merupakan keseluruhan yang bulat, yang berdiri sendiri. Hal ini didukung oleh Suwignyo (2010:45) yang berpendapat bahwa usaha untuk memahami dan mengupas karya sastra atas dasar strukturnya memaksa peneliti sastra untuk membebaskan diri dari konsep metode dan teknik dan kemudian mengembalikannya pada tugas utamanya, yaitu meneliti sastra. Meneliti suatu karya sastra dari pendekatan objektif berarti menganalisis karya sastra tersebut dari karya sastra itu sendiri terlepas dari kaitannya dengan faktor-faktor lain, misalnya psikologis dan budaya pengarang. Teeuw juga mengatakan bahwa suatu karya sastra tidak ada yang berfungsi dalam situasi kosong, setiap karya seni merupakan aktualisasi atau realisasi tertentu dari sebuah sistem konvensi atau kode sastra dan budaya, merupakan pelaksanaan pola harapan pada pembaca yang ditimbulkan dan ditentukan oleh sistem kode dan konvensi itu. Pernyataan Teeuw tersebut merupakan antisipasi dari pendekatan objektif yakni dengan melihat melihat perkembangan baru dalam ilmu sastra, yaitu pergeseran minat dari karya sastra sebagai struktur yang otonom ke arah pembaca; dengan menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna karya sastra tersebut. Jadi pendekatan objektif dipadukan dengan pendekatan lain, seperti konsepsi semiotik. Seperti yang dikemukakan oleh Suwignyo (2010: 46) bahwa untuk dapat memahami sepenuh-penuhnya seni (baca sastra) sebagai struktur, kita harus menginsafi ciri khasnya sebagai tanda atau sign. Bukti lain bahwa kritik Teeuw ini menganalisis pendekatan objektif adalah pada halaman 13, Teeuw memberikan kesimpulan dari disertasi seorang peneliti muda Australia, Keith R. Foulcher sebagai berikut: Dalam masa Pujangga Baru konvensi puisi dari masa ke masa sebelumnya di bidang bentuk dan teknik dipertahankan dengan ketegasan dan konsistensi yang cukup nyata. Dari segi bentuk dan kwartin tradisional (bait berlarik empat dan berkata empat) tetap yang menjadi dasar ekspresi. Bahasa sebagian besar tetap bersifat retoris: perumpamaan tradisional didahulukan daripada metafora; bahasa nan indah tetap menjadi cita-cita estetis dalam

pertentangannya dengan bahasa sehari-hari. Teeuw juga mengatakan kode itu merupakan latar belakang untuk memahami Chairil Anwar sebagai penyair revolusi Indonesia. Dalam kritik ini Teeuw memulainya dari makna, Teeuw mengatakan bahwa seringkali sebuah sajak membeberkan semacam klimaks, sehingga informasi yang hakiki yang menentukan makna keseluruhan seringkali ada pada bagian akhir sajak. Seperti pada sajak Kawanku dan Aku ini, pendekatan objektif diperlihatkan dengan analisis makna. Dalam bait akhir dalam sajak tersebut kita temui beberapa kata atau ungkapan kunci: hilang makna, tak punya arti, dan dari kata ini kita memahami pula kata rangka yang melambangkan maut, demikian pula darah mengental, melambangkan hidup yang akan berakhir, dst. Teeuw mengatakan bahwa inti dari sajak ini ada pada kata larut yang oleh Chairil Anwar dipakai sebagai penggambaran dari hidup yang hamper berakhir hal ini diperkuat kejelasan maknanya dengan melihat bait-bait berikutnya. Sajak ini dikatakan oleh Teeuw makna intinya dibina secara sangat halus dan berangsur-angsur. Hal ini berarti analisis pendekatan objektif dari sisi makna adalah mencari keterkaitan antara pilihan-pilhan kata yang memberikan keterkaitan makna sehingga dari keterkaitan-keterkaitan kata-kata tersebut terbangunlah makna secara keseluhan. Dari kritik Teeuw ini kita menjadi tahu bahwa makna sajak Kawanku dan Aku ini melanggar konvensi puisi Pujangga Baru. Jika dilihat dari bentuk tata bahasanya, Teeuw mengatakan bahwa pada bait pertama sajak ini sudah melanggar model tradisi, karena kalimat pertama: Kami jalan sama, merupakan kalimat yang buruk sekali karena jika menurut tata Bahasa Indonesi yang benar seharusnya Kami berjalan bersama-sama. Hal ini tampak bahwa Teeuw sangat kritis mengalisis sajak ini dengan pendekatan objektif, dia bahkan mengatakan bahwa sajak ini penyair sengaja ingin menciptakan kode bahasa dan kode sastra yang sama sekali baru. Teeuw menuliskan dalam kritik ini bukti bahwa dia menganalisis bersadarkan pendekatan objektif adalah dengan menunjukkan beberapa kehalusan dalam pemanfaatan aspek tatabahasa Bahasa Indonesia dalam sajak ini. Ada empat bentuk: me-: menembus, mengucur, dan mengelucak. Teeuw mengatakan bahwa dalam sajak ini bentuk kata kerja dengan me- ada yang menunjukkan kata kerja transitif: menembus dalam kalimat menembus kabut dan kata kerja intransitif: mengucur pada kalimat mengucur darah. Dalam kata kerja mengucur tersebut seharusnya sudah tidak membutuhkan objek, manum dalam sajak Kawanku dan aku ini, penyair penyertakan objeknya yang menjadikan sajak ini unik dalam bentuknya.

Bentuk berikutnya adalah pada kata kaku yang hubungannya tidak biasa sifat kaku dengan kapal. Bentuk tatabahasa menekankan lagi penyimpangan semantik ini. Serta menjadikan turunan yang aneh jika digabung dengan ber-an menjadi berkakaun. Teeuw mengatakan bahwa kata itu digunakan penyair untuk menggambarkan suasana yang muram yang secara metafora untuk menggambarkan si aku dan kawannya. Analisis dalam segi bentuk diuraikan Teeuw pula dengan kritiknya pada larik yang paling panjang dalam sajak Kawanku dan aku ini, yang terdiri atas dua bangunan yang sejajar. Yang pertama menunjukkan kondisi darah si aku yaitu darah yang kental, yang kedua menujukkan kondisi si aku seluruhnya yaitu tumpat pedat: yang pertama dapat disebut pars pro toto, ataupun dapat dikatakan dalam hubungan sebab-akibat, yang menonjolkan pemakaian kata majemuk, yang sekali lagi memanfaatkan kemampuan Bahasa Indonesia di bidang morfologi secara kreatif. Yang kedua adalah tumpat pedat, kata tumpat menunjukkan keadaan yang sudah jadi tanpa proses apa-apa lagi dan kata pedat bentuk biasanya adalah pekat, yang oleh Chairil Anwar sengaja memilih pedat untuk menunjukkan ekspresi bunyi. Dalam larik Dia bertanya jam berapa!, dalam kalimat ini Teeuw mengatakan bahwa dia bertanya menggunkan kata ganti yaitu dia, diikuti oleh kata kerja bentuk intransitive yang berawalan ber-. Teeuw juga menemukan bahwa pada bait ketiga puisi tersebut terdapat kesejajaran tata bahasa, yaitu dalam bangun sintaktik dara mengelucak tenaga dengan larik hujan mengucur badan. Kesejajaran tata bahasa tersebut juga memperkuat kesejajaran makna antar keduanya. Teeuw juga menyoroti kata mengelucak yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, namun maknanya sangat jelas dirasakan. Dikemukakan bahwa dalam puisi tersebut bait terakhirlah yang paling menonjol. Dikatakan menonjol karena tidak terdapat lagi kata-kata kompleks, yakni yang terdiri dari lebih dari satu morferm, atau yang mengandung afiks. Ketiadaan kata-kata kompleks ini menjadi ciri khas puisi pada umumnya. Setelah beberapa bahasan mengenai bentuk pada puisi tersebut, Teeuw membahas tentang aspek bunyi, yakni salah satu aspek yang menjadi ciri khas pendekatan objektif atau struktural. Pembahasan mengenai aspek bunyi pada puisi Kawanku dan Aku. Pada pembahasan aspek bunyi ini Teeuw mengemukakan beberapa hal, yaitu: (1) vocal yang paling dominan pada judul dan bait pertama adalah bunyi vocal a dan u, (2) pada bait kedua, terdapat keekspresifan bunyi,

yakni pada kata mengental pekat dan tumpat padat, dan (3) pada bait terakhir, vocal i muncul secara signifikan sebanyak empat kali sehingga menimbulkan rima akhir. Dibahas mengenai panjang larik dan pembagian bait pada puisi karya Chairil Anwar tersebut. Pada pembahasan ini Teeuw mengungkapkan bahwa puisi tersebut sudah mulai menyimpang dari pola larik sajak Melayu lama yang pada masa itu masih dipertahankan oleh penyair Pujangga Baru. Penyimpangan tersebut misalnya, pada l pertama terdapat 5 kata, bukan 4 kata, juga adanya penyimpangan pada jumlah larik pada tiap bait, pada bait pertama seharusnya terdapat 4 larik namun dalam puisi tersebut hanya ada 3 larik, dan lain-lain. Mengenai irama pada puisi tersebut. Analisis Teeuw mengenai irama ini didassarkan atas teori yang dinyatakannya, yaitu dalam puisi Indonesia setiap kata penuh diperlakukan seakanakan mempunyai kepanjangan structural yang sama dalam larik sajak. Kata-kata seakan-akan merupakan satuan yang sama panjangnya. Ada korespondensi langsung antara jumlah vocal sebuah kata dan kecepatannya dalam larik, kata yang terdiri dari dari dua vocal saja dapat dikatakan kata adante, lambat, sedangkan kata bervokal tiga merupakan kata allegro, dan kata bervokal empat merupakan kata molto allegro. Teeuw mengemukakan beberapa contoh, yakni (1) pada baris Darahku mengumpal pedat. Aku tumpat-pedat. Dua bagian larik ini berbeda dari segi jumlah suku kata, 3-3-2 melawan 2-2-2, yang dalam istilah music ini disebut relantando, dan (2) Kami jalan sama secara sangat tegas menunjukkan gerak adante, lambat dan monoton. Kemudian pada paragraf-paragraf selanjutnya, Teeuw membandingkan dua versi puisi tersebut yang ada dalam buku kumpulan puisi yang berbeda. Terdapat perbedaan antara puisi Kawanku dan Aku yang ada dalam buku kumpulan sajak Kerikil Tajam dan Deru Campur Debu, yakni perbedaan pada beberapa lariknya. Menurut Teeuw, puisi pada versi Kerikil Tajam-lah yang dianggap berhasil menciptakan sebuah karya seni yang bermutu, Saya sendiri tidak sangsi bahwa versi K lebih menarik dan lebih berhasil dari segi koherensi dan konsistensi, jadi dari segi mutu. Pada pembahasan inilah Teeuw memberikan alasannya lebih menyukai puisi Kawanku dan Aku pada versi Kerikil Tajam, ia memilah bagian-bagian puisi tersebut yang berbeda kemudian dipilahnya lagi menjadi struktur-struktur tata bahasa pada puisi dan dibandingkannya. Jelaslah bahwa dalam menulis esai ini Teeuw menggunakan pendekatan objektif, ia tidak mengaitkan puisi tersebut dengan alam, pengarang juga dampak pada pembaca.

Analisis Bagian-bagian Esai Dalam karakteristiknya sistematika esai bisa dibagi menjadi tiga bagian, pendahuluan, isi, dan penutup. Esai berjudul Sudah Larut Sekali ditemukan tiga bagian tersebut. Berikut akan dijelaskan masing-masing dari bagiannya. 0.1 Pendahuluan Pendahuluan dalam esai ini Teew memperkenalkan kepada tentang sebuah sajak bahkan sampai suatu karya sastra. Teew menjelaskan bahwa dalam karya sastra terdapat kode dan konvensi yang harus dipatuhi. Namun kadang terdapat pula sastrawan yang mendobrak dan merombak konvensi tersebut. Teew juga menjelaskan bahwa karya sastra selalu berada dalam ketegangan antara sistem dan pembaharuan antara konvensi dan revolusi, antara yang lama dan yang baru. Beliau juga menerangkan bahwa kita harus mengerti bahwa untuk memahami konvensi karya tersebut, kita juga harus mengetahui situasi satra pada zaman tersebut. (Halaman 12) Bagian pendahuluan esai yang ditulis Teew ini dipaparkan secara rinci dalam beberapa halaman 0.2 Isi Esai ini banyak menggunakan teori objektif yang menjelaskan tentang pandangan yang mengacu pada karya sastra itu sendiri tanpa menghubungkan dengan hal-hal di luar karya sastra. Pada esai Sudah Larut Sekali Chairil Anwar: Kawanku dan Aku banyak ditemukan penilaian/analisis tentang kode dan konvensi yang mencakup aspek makna, aspek tata bahasa, aspek struktur sajak, dan aspek bunyi dalam karya sastra itu sendiri yang mengacu pada teori objektif. Beberapa hal yang membuktikan bahwa esai ini menggunakan teori objektif adalah sebagi berikut. Teew menganalisis tentang tata bahasa. Pada kalimat kedua disebutkan Penghancuran model tradisi segera mulai dengan kalimat pertama: Kami jalan sama. Ini memang Bahasa Indonesia yang buruk sekali. Kalimat singkat ini memperkosa aturan tata bahasa Indonesia yang pada waktu itu masih berlaku serta pula menghancurkan konvensi bahasa yang indah. Menurut tata bahasa perlu dikatakan, misalnya Kami berjalan bersama-sama. Pada kutipan tersebut membuktikan bahwa esai ini mengungkapkan kata-kata dari sajak Chairil Anwar yang condong pada tata bahasa yang bertumpu pada teori objektif.

Pada halaman 18 paragraf ketiga Teew juga menjelaskan tentang kajian morfologi dalam sajak Chairil Anwar. Hal ini dijelaskan dalam kalimat kedua Yang menonjol di sini ialah pemakaian kata majemuk, yang sekali lagi merupakan pemanfaatan kemampuan Bahasa Indonesia di bodang morfologi secara kreatif. Selain itu, Teew juga menganalisis tentang aspek bunyi dan irama. Pada halaman 20 paragraf ketiga kalimat pertama dan kedua, Teew menjelaskan tentang aspek bunyi, yakni aspek yang bagi kebanyakan pembaca barangkali merupakan aspek puitis yang paling menonjol, yaitu aspek bunyi. Yang paling menonjol ialah dominannya bunyi vokal a dan u,. Teew menjelaskan tentang aspek irama pada sajak Chairil Anwar, yakni disebutkan pada kutipan... Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat. Dua bagian larik ini berbeda dari segi jumlah suku kata 3-3-2 melawan 2-2-2. Dalam istilah musik hal itu berarti bahwa sifat larik ini dapat disebut ralentando, dari agak cepat menjadi lambat, mnyarankan melambatnya mengalirnya darah. Yang terakhir, Teew menyimpulkan bahwa karya Chairil Anwar ini tergolong unggul. Hal ini tampak pada pernyataan Dari semua yang dikatakan di atas sudah jelaslah, saya kira, bahwa dalam hal sajak yang berlarik dua belas ini Chairil Anwar menghasilkan sebuah masterpiece, karya unggul. Secara keseluruhan esai ini memang menggunakan pendekatan objektif dalam analisisnya walaupun tidak menutup kemungkinan memunculkan teori lain di dalamnya. 0.3 Penutup Penutup dalam esai ini terdapat pada empat paragraf terakhir. Teew mengemukakan versi lain dari sajak Kawanku dan Aku yang dicetak dalam Deru Campur Debu, dan telah diubah ke dalam EYD. Namun Teew yakin bahwa versi yang terdapat dalam kumpulan Kerikil Tajam yang lebih menarik dan lebih berhasil dari segi koherensi dan konsistensi. Teew juga menjelaskan bahwa jika ingin mengetahui versi mana yang lebih menarik dari segi mutu sastra maka harus ditangani oleh seorang firolog atau peneliti sejarah sastra masing-masing. Tugas dari pengeritik sastra hanyalah memahami, menafsirkan, dan menjelaskan menurut kemampuannya sebagai pembaca dan mencapai penilaian atas mutunya masing-masing.