BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan modal utama pembangunan bangsa karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan, sebagaimana dalam Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ditengah-tengah masyarakat, apalagi dengan perkembangan teknologi

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

KONTRIBUSI PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR, INTENSITAS KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN, DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sektor pendidikan secara terarah, bertahap dan terpadu.

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyuapi para murid dengan begitu melimpahnya informasi serta kesimpulan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pusat bagi kemajuan sebuah bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan aset nasional jangka panjang, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

Meningkatkan Manajemen Waktu pada Mahasiswa yang Bekerja. Ima Mumpuni / Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan modal utama pembangunan bangsa karena mereka telah ditempatkan sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kualitas dan kemampuannya sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang potensial bagi pembangunan di masa mendatang. Salah satunya dengan memberikan perhatian lebih pada pendidikan dan sumber daya manusia itu sendiri, yaitu dengan kesungguhan dalam belajar dan menyelesaikan pendidikan dengan hasil yang optimal untuk tercapainya suatu perubahan yang lebih maju. Sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh indikator utama seperti disiplin, kreatif, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sebagai tulang punggung bangsa, mahasiswa memikul tanggungjawab yang tidak ringan, yaitu mengusahakan agar bangsa dan negara ini mencapai kemajuan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu mahasiswa harus menyadari setiap potensi yang ada pada dirinya dan mampu mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya ke arah yang positif sehingga dapat meraih prestasi sesuai dengan potensi yang sesungguhnya dimiliki (Handayani, 2002). Pendidikan merupakan salah satu wadah pengembangan potensi yang dimiliki mahasiswa. Pendidikan nasional yang dilaksanakan bertujuan untuk 1

2 meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional. Dan bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa (Wahyuni, 1997). Peran sekolah sangat luas, didalamnya berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan pada umumnya, yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan yang wajar, perangsang potensipotensi, perkembangan dan kecakapan pada umumnya, belajar kerjasama dalam kelompok, memperoleh pengajaran, belajar menahan diri untuk kepentingan orang lain dan sebagainya yang kesemuanya inidapat membentuk kecerdasan otak pada individu (Gerungan, 1996). Kegiatan belajar perlu dilakukan oleh setiap orang karena belajar adalah sesuatu yang memberikan berbagai informasi baru (Nasution dan Nasution, 1985). Whittaker (dalam Djamarah, 2002)merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Winkel (1996), belajar adalah suatu aktivitas psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap, dimana perubahan ini berlangsung relatif konstan dan berbekas. Belajar merupakan kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat terjadi di mana saja, baik di rumah, dikantor, di pabrik atau di berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun informal.

3 Belajar menuntut ilmu merupakan kegiatan yang paling pokok di dalam proses pendidikan. Soeharjono (1996) mengatakan bahwa ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut: a. belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan kemampuan pada diri individu yang belajar b. perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. c. perubahan itu terjadi karena usaha.jadi, dengan kata lain, belajar membutuhkan usaha. Staton (dalam Setyobroto, 2003) mengungkapkan bahwa seseorang akan belajar apabila ia mempunyai kemauan untuk belajar. Adanya kemauan untuk belajar tersebut menunjukkan bahwa individu yang bersangkutan mempunyai motivasi untuk belajar. Menurut Sardiman (2004), motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek dapat tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi belajar akan dapat meluangkan waktu belajar lebih banyak dan tekun daripada yang kurang memiliki atau sama sekali tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Setiap aktivitas yang dilakukan tentunya didasari oleh suatu alasan tertentu. Alasan yang mengarahkan tingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu. Alasan merupakan suatu kekuatan dari dalam diri untuk melakukan

4 sesuatu. Dengan kata lain, alasan merupakan sumber daya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan, sedangkan motivasi adalah dorongan atau usaha yang dilakukan untuk mewujudkan perbuatan atau proses menggerakkan alasan-alasan menjadi perbuatann yata atau tingkah laku dalam mencapai kebutuhan atau mencapai suatu tujuan tertentu (Surya, 2003). Menurut Ahmadi (1991), motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda ketika mereka belajar di perguruan tinggi. Beberapa diantara mereka datang denganmotivasi belajar yang tinggi, tetapi ada juga diantara mereka yang tidak memiliki motivasi apapun dan sekolah hanya mereka anggap sebagai rutinitas yang harus mereka hadapi setiap hari. Bagi mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mungkin hanya diperlukan sedikit bantuan untuk membangkitkan motivasinya. Kepada mahasiswa yang masuk kuliah tanpa memiliki tujuan apapun perlu diberikan banyak bantuan agar mereka melihat tujuan belajar yang bermakna bagi mereka. Motivasi mempunyai dua sifat, yaitu motivasi intrinsik, yaitu

5 motivasi yang timbul dari dalam diri mahasiswa sendiri, dan motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena faktor di luar diri mahasiswa tersebut (Winkel, 1991). Mahasiswa merupakan suatu golongan yang sedang mengalami perkembangan dan yang sedang mempersiapkan diri untuk dapat menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa sepenuhnya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan aktivitas di luar tugas-tugas akademiknya secara kontinyu dan berdaya guna, misalnya dengan bekerja. Pada jaman sekarang ini telah banyak ditemukan mahasiswa yang selain kuliah juga melakukan kegiatan kerja dan umumnya pekerjaan yang diambil adalah pekerjaan part time sehingga mahasiswa masih kurang dapat membagi waktu untuk berkuliah serta bekerja. Bekerja selain merupakan aktivitas manusia untuk mencapai tujuan tertentu dalam memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis juga dapat dijadikan sebagai ajang latihan untuk bertanggung jawab karena keterkaitannya dengan orang lain dan lingkungan sosialnya (Orr, 1990). Bekerja pada dasarnya mendidik seseorang menjadi kian dewasa karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya serta keterampilan dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas yang ada. Jadi,dengan bekerja mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya dari kampus sehingga dapat mendukung karir dan apa yang diperolehnya didunia kerja dapat memperkaya ilmu pengetahuannya. Selain itu, mahasiswa juga memiliki kesempatan untuk mencoba hal-hal baru sehingga menambah pengalaman kerja yang berharga (Orr, 1990).

6 Di balik semua manfaat positif yang bisa didapatkan oleh mahasiswa guna mempersiapkan diri menjadi seorang intelektual muda,kegiatan kuliah sambil bekerja merupakan hal yang sulit dilakukan. Mahasiswa harus dapat membagi waktu dan konsentrasinya menjadi dua serta bertanggung jawab terhadap komitmen dari kedua aktivitas tersebut. Dalam menjaga komitmen dibutuhkan motivasi yang tinggi, terutama motivasi belajar karena motivasi belajar mempengaruhi tujuan dalam berprestasi dan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan adanya motivasi belajar dapat menggerakkan mahasiswa bekerja untuk lebih rajin belajar dan mengarahkan mahasiswa bekerja untuk mencapai tujuannya, misalnya dengan mengatur atau memanage waktu agar dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu (Purwanto, 2000). Arti pentingnya kuliah tepat waktu agar supaya cepat mendapatkan gelar yang lebih tinggi yang akan berimbas pada karirnya nanti. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan berusaha sebaik mungkin dalam mengatur waktunya. Karena faktor kemampuan mengatur waktu sangat berperan dalam berhasil atau tidaknya mahasiswa yang bekerja mengerjakan semua tugas-tugasnya, baik tugas akademik maupun tugas pada pekerjaannya (Kusuma, 2008). Motivasi belajar mempengaruhi mahasiswa bekerja dalam menyeimbangkan antara kuliah dan pekerjaan. Mahasiswa bekerja yang memiliki motivasi belajar tinggi pasti mampu mengatur waktunya, sedangkan mahasiswa bekerja yang motivasi belajarnya rendah biasanya kurang mampu mengatur waktunya. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

7 seseorang yang memiliki motivasi belajar rendah tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, dan sering meninggalkan pelajaran (Ahmadi, 1991). Terdapat beberapa penelitian terdahulu tentang motivasi belajar dan manajemen waktu, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Dwihandika (2013) tentang hubungan kemampuan manajemen waktu dan motivasi belajar terhadap prestasi matakuliah perancangan gedung 2 mahasiswa program studi S1 PTB Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan manajemen waktu dan motivasi belajar baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap prestasi matakuliah Perancangan Gedung 2 mahasiswa S1 PTB Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Penelitian lain dilakukan oleh Kusuma (2008) tentang manajemen waktu ditinjau dari motivasi belajar pada mahasiswa bekerja. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara motivasi belajar pada mahasiswa bekerja dengan manajemen waktu. Penelitian yang dilakukan susanti (2005) tentang hubungan antara motivasi belajar dan manajemen waktu dengan prestasi belajar pada siswa kelas I Dan II SMA Institut Indonesia 1 Yogyakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil analisis korelasi parsial antara motivasi belajardan manajemen waktu dengan mengontrol prestasi belajar diperoleh r = 0,5569 dengan p = 0,000 (p<0,01).

8 Sedangkan penelitian Yustedjo (2005) meneliti tentang hubungan antara kemampuan manajemen waktu dengan motivasi belajar pada siswa Kadet AAL. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan manajemen waktu dengan motivasi belajar. Manajemen waktu adalah suatu proses menjadikan waktu menjadi lebih produktif untuk mendapatkan manfaat yang maksimal.pada saat seseorang mempunyai niat untuk melakukan suatu pekerjaanyang belum pernah dilakukan, seseorang harus dapat menyediakanwaktu sehingga pekerjaan tersebut dapat terlaksana.semua itu berdasarpada sesuatu yang dikenal dengan manajemen waktu yang efektif (Taylor, 1990). Faktor kemampuan mengatur waktu sangat berperan dalam berhasil atau tidaknya mahasiswa yang bekerja dalam mengerjakansemua tugas-tugasnya, baik tugas akademik maupun tugas pada pekerjaannya.waktu adalah musuh tetap bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja (Orr, 1990). Tidak jarang mereka harus mengorbankan waktu untuk belajar dan kuliahnya ketika harus menyelesaikan pekerjaannya karena mereka sudah terikat dengan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, misalnya bekerja lembur untuk sekedar membantu rekan kerja karena segan, sementara di sisi lain harus mengikuti kuliah, menghadiri beberapa pertemuan, dan sebagainya. Selain itu, banyak waktu seorang mahasiswa terbuang secara sia-sia terutama karena kebiasaan melakukan sesuatu yang kurang penting seperti mengobrol omongan-omongan kosong, jalan-jalan ke Mall,datang ke kafe, menonton televisi, bahkan bermalas-malasan dengan menghabiskan waktu untuk tidur dan lain sebagainya yang seharusnya waktu tersebut digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya (Gie, 1984).

9 Berdasarkan data dari kantor tata usaha FKIP, pada tanggal 15 Desember 2014 diperoleh informasi bahwa jumlah mahasiswa yang bekerja sebanyak 60 orang. Penulis juga sempat mewawancarai empat mahasiswa yang bekerja. Dari hasil wawancara, peneliti mendapat kesimpulan bahwa permasalahan utama mereka adalah hasil indeks prestasi mereka yang menurun karena kurangnya manajemen waktu, terkadang mereka tidak bisa membagi waktu dengan baik karena terdapat jadwal kuliah yang bentrok dengan pekerjaan mereka atau seharusnya mengikuti kuliah namun ada tugas tambahan dipekerjaan yang menyebabkan tidak bisa hadir kuliah ketika terjadi pada waktu yang bersamaan. Jadwal mata kuliah memang tidak disamakan namun jadwal kuliah mereka adalah di hari Jum at, Sabtu,dan Minggu yang juga tetap bertepatan dengan waktu bekerja mereka. Ada pula yang waktu kerjanya menggunakan waktu shift. Oleh sebab itu mahasiswa yang bekerja mendapatkan kesulitan untuk mengatur waktu mereka untuk bekerja dan untuk kuliah karena untuk berangkat kuliah mereka harus ijin dari pekerjaan, ketika pekerjaan mereka tidak dapat ditinggalkan mereka harus ijin kuliah. Mahasiswa yang bekerja kadang ijin tidak masuk kuliah karena pekerjaan mereka tidak bisa ditinggalkan. Jika nilai tidak memuaskan karena kurangnya absensi, mereka harus mengulangi mata kuliah tersebut untuk mendapat nilai yang lebih baik.tentu saja hal tersebut menjadi masalah bagi mahasiswa yang bersangkutan karena tidak mendapatkan hasil belajar yang maksimal (Orr, 1990). Melihat kenyataan seperti tersebut di atas, jelas bahwa

10 mahasiswa yang bekerja membutuhkan motivasi belajar yang tinggi agar dapat menyelesaikan perkuliahan tepat waktu. Dari permasalahan di atas maka timbul keinginan dari penulis untuk mengetahui Hubungan antara kemampuan manajemen waktu dengan motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Pendidikan Bahasa Inggris yang bekerja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan satu permasalahan apakah ada hubungan antara kemampuan manajemen waktu dengan motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Pendidikan Bahasa Inggris yang bekerja? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara kemampuan manajemen waktu dengan motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Pendidikan Bahasa Inggris yang bekerja. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku, khususnya psikologi

11 pendidikan dalam kaitannya antara kemampuan manajemen waktu dengan motivasi belajar. 2. Manfaat Praktis a. Memberi wacana kepada mahasiswa bekerja agar lebih mampu memanaj waktu dengan baik antara kuliah dan bekerja. Dengan cara menerapkan aspek manajemen waktu dengan baik.