BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus

dokumen-dokumen yang mirip
HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. pajak di Indonesia pada tahun 2010 mencapai Rp milyar dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi agar laju pertumbuhan dan pelaksanaan pembangunan nasional

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BABl PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system,

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga di negara Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah dalam mencapai tujuan yang bermanfaat untuk mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1).

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Penerimaan ini

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dari sektor pajak dapat dikatakan sebagai primadona dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bagi pemerintah merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan target yang tinggi untuk penerimaan pajaknya yaitu sebesar RP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB II PAJAK, TAX PLANNING, TAX AVOIDANCE, DAN COST OF DEBT. rakyat. Undang-undang Republik Indonesia No.28 tahun 2007 pasal 1 angka 1

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak asing karena krisis kepercayaan finansial yang terjadi. Krisis. suatu perusahaan dalam kemampuan membayar hutang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak.

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perdagangan dan jasa semakin banyak bermunculan dimana-mana.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pemerintah sangat berusaha untuk mengamankan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. tersebut melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran pajak dari Wajib Pajak kepada negara merupakan suatu hal yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya alam yang berlimpah, sehingga banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Ilmiani dan Sutrisno, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai apabila didukung melalui pembiayaan dari dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. 2012, penerimaan pajak Indonesia menyentuh 980,5 trilyun rupiah atau 73% dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus melaksanakan pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Sumber pendanaan dan pelaksanaan pembangunan sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dan untuk kemakmuran rakyat (UU nomor 28 tahun 2007) (dalam Marfirah dan Syam, 2016). Pajak juga memegang peranan penting dalam mendukung kemandirian finansial suatu negara. Oleh karena itu, peraturan perpajakan harus dibuat sedemikian rupa supaya saat menjalankan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku. Kegunaan pajak adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum sehubungan dengan tugas-tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah. Pajak juga mempunyai Fungsi yang dibedakan menjadi dua, yaitu menurut fungsi penerimaan (budgeter) pajak sebagai sumber dana yang ditujukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah dan fungsi mengatur (regular) pajak sebagai alat ukur untuk melaksanakan kebijakan dibidang sosial maupun ekonomi contohnya seperti PPnBM, Pajak Ekspor 0% dan lain-lain. Dalam menganalisis setiap permasalahan ada dua hal utama yang berkaitan dengan faktor pajak yaitu sistem perpajakan nasional yang dianut oleh suatu negara dan sikap fiskus dalam 1

2 menafsirkan peraturan perpajakan baik Undang-Undang domestik maupun kebijakan perpajakan. Dikarenakan pihak fiskus mengiginkan perolehan pajak yang progresif dan stabil. Wajib pajak di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Wajib pajak orang pribadi adalah dimana wajib pajak yang dibayar dengan sendirinya atau yang belum menikah sedangkan wajib pajak badan adalah wajib pajak yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan serta telah mendaftarkan diri guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Suandy (2011:1) (dalam Utami, 2013) mengungkapkan bahwa pada umumya wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak akan mengurangi kebutuhan ekonomi wajib pajak. Dikarenakan hanya memikirkan laba sebesar-besarnya, maka banyak perusahaan yang menerapkan efisiensi ketat terhadap biaya pajak. Namun, tindakan ini seringkali tidak disertai dengan pertimbangan bahwa biaya pajak tersebut suatu saat akan ditagihkan melalui pemeriksaan pajak. Wajib pajak terkadang kurang menyadari tugas dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dalam melakukan pembayaran pajak sehingga dalam memenuhinya dalam menggerutu dan pada umumnya mereka cenderung untuk meloloskan diri dari setiap pajak. Pajak merupakan hal yang sangat penting bagi pemerintah karena memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian suatu negara. Pemerintah mengharapkan adanya sikap taat kepada masyarakat yang merupakan wajib pajak. Sikap taat yang dimaksud adalah dalam arti bahwa wajib pajak selalu membayar pajak sesuai dengan

3 kondisi yang sebenarnya. Berbeda dengan perusahaan yang memiliki tujuan dalam memaksimalkan laba agar saham perusahaan meningkat dan perusahaan semakin diminati oleh para investor. Perbedaan kepentingan ini yang menyebabkan perusahaan selalu berusaha untuk membayar pajak seminimal mungkin dengan melakukan manajemen pajak tanpa melanggar Undang-Undang. Zain (2005:43) (dalam Asri dan Suardana, 2016) pajak bukanlah merupakan iuran yang sifatnya sukarela tetapi iuran yang dapat dipaksakan sehingga kesalahan dalam memenuhi kewajiban pajaknya dapat memberatkan wajib pajak yang bersangkutan. Disisi lain, pajak juga merupakan salah satu kewajiban bagi negara, yaitu sebagai sarana masyarakat untuk berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas negara yang ditangani oleh pemerintah. Pajak juga merupakan sumber potensial dalam peneriman negara dan jumlah penerimaan sektor pajak di Indonesia menempati kedudukan paling tinggi dibandingkan sumber penerimaan yang lainnya. Penerimaan sektor pajak mengakibatkan pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak. Salah satu untuk mengoptimalkan penerimaan pajak adalah melakukan revisi pada Undang-Undang di bidang perpajakan. Bagi perusahaan, pajak merupakan salah satu biaya yang harus dikeluarkan. Seperti biaya lain pada perusahaan meminimalkan pajak yang dibayar kepada negara demi mendapatkan keuntungan. Untuk mengurangi beban pajak, perusahaan harus menempuh dua cara, yaitu melalui penggelapan pajak atau penghindaran pajak. Penggelapan pajak adalah tindakan yang melanggar hukum dan dengan sengaja menghilangkan bagian transaksi agar tarif pajak lebih

4 rendah dari sebelumnya dan sanksi pidananya adalah ancaman hukumannya. Sedangkan penghindaran pajak adalah tindakan penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam batas ketentuan perundang-undangan perpajakan. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan (acceptable tax avoidance), tapi di sisi lain penghindaran pajak tidak diperbolehkan (unacceptable tax avoidance) (Budiman & Setiyono, 2012). Fenomena mengenai pemungutan pajak di Indonesia menjadi fenomena paling penting yang menjadi fokus pemerintah dan harus dikelola dengan baik. Pelaksanaan pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah, tidak selalu mendapat sambutan yang baik bagi perusahaan. Dan perusahaan selalu berusaha untuk membayar pajaknya serendah mungkin karena membayar pajak akan mengurangi laba atau keuntungan suatu perusahaan tersebut. Sedangkan bagi pemerintah, mengiginkan pembayaran pajak setinggi mungkin untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah. Desai dan Dharmapala (2005) menyatakan penghindaran pajak seringkali menimbulkan kecurigaan yang mengakibatkan sebuah pemikiran apakah penghindaran pajak tersebut perlu dilakukan atau tidak. Disamping itu, penghindaran pajak dikategorikan dengan penghindaran pajak legal maupun ilegal. Penghindaran pajak sering dikaitkan dengan perencanaan pajak (tax planning), karena keduanya menggunakan cara yang sah menurut hukum yang berlaku untuk mengurangi kewajiban pajak. Tetapi, perencanaan pajak tidak diperdebatkan sedangkan penghindaran pajak selalu diperdebatkan karena merupakan suatu tindakan yang tidak dapat diterima secara umum. Mengenai penghindaran pajak tidak lepas dari suatu pandangan karena tidak ada hukum

5 yang dilanggar dan seharusnya tidak dilarang. Karena setiap orang mempunyai hak tersendiri untuk mengatur urusannya masing-masing selama tidak ada peraturan yang dilanggar. Bappenas, 2005 (dalam Cahyono, et. al, 2016) menyatakan bahwa di Indonesia penghindaran pajak terjadi sejak tahun 2005 dan terdapat 750 Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan kerugian dalam jangka waktu 5 tahun dan tidak membayar pajak. Hal tersebut harus dicegah dan diantisipasi karena dapat merugikan negara. Penghindaran pajak dapat dihindari dengan melakukan perbuatan yang melakukan hal-hal yang tidak dapat dikenakan pajak dengan cara melakukan penahanan diri dengan menekan konsumsinya dalam barang-barang yang tidak dapat dikenakan pajak atau dapat juga menggantinya dengan mengurangi hal-hal yang tidak dikenakan pajak. Salah satu kasus penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia adalah kasus Kaltim Prima Coal (KPC). Tjiptardjo mengungkapkan bahwa KPC melakukan skema transaksi untuk meminimalkan beban pajaknya dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loopholes) ketentuan perpajakan suatu negara. KPC meminimalkan beban pajak dengan cara menjual lebih murah karena memiliki pengaruh istimewa dengan perusahaan lain. Dengan menggunakan Cash Effective Tax Rate dapat dijadikan sebagai kategori pengukuran perencanaan pajak yang efektif. Cash ETR merupakan bentuk perhitungan tarif pajak yang dihitung dalam sebuah perusahaan dan menjadi acuan oleh para pembuat keputusan dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat kebijakan dalam perusahaan dan membuat

6 kesimpulan sistem perpajakan pada perusahaan (Ardiyansah, 2014). Karayan dan Swenson, 2007 (dalam Ardiyansah, 2014) menyatakan bahwa salah satu untuk mengukur seberapa baik suatu perusahaan dapat dilihat dari tarif efektifnya. Berdasarkan United States Goverment Accountability tarif pajak efektif berbeda dengan tarif pajak yang berlaku (Ardiyansah, 2014). Tarif pajak yang berlaku menunjukkan jumlah kewajiban pajak yang relatif terhadap penghasilan kena pajak. Sedangkan tarif pajak efektif digunakan untuk mengukur pajak yang dibayarkan sebagai proporsi dari pendapatan ekonomi. Cash ETR dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Salah satu struktur kepemilikan perusahaan adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial (managerial ownership) adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan yang dikur dengan jumlah saham yang dimiliki direksi dan komisaris. Menurut Ali et. al, 2008 (dalam Putri dan Lautania, 2016) mengemukakan bahwa ketika kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan tinggi, manajer cenderung akan mengurangi usahanya untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan dorongan untuk memanipulasi laba termasuk meningkatkan laba dan menurunkan beban pajak. Dengan adanya pengawasan dari kepemilikan manajerial akan membuat pihak perusahaan lebih berhati-hati dalam menentukan srategi terkait dengan pajak. Semakin tinggi kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan maka akan memiliki cash effective tax rate yang rendah. Cash ETR juga dipengaruhi oleh leverage. Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang. Hutang akan menimbulkan biaya bunga. Jadi, akan mengurangi laba bersih perusahaan sehingga beban pajak

7 perusahaan juga mengalami penurunan. Semakin besar utang perusahaan maka beban pajak akan menjadi lebih kecil karena bertambahnya unsur biaya usaha dan pengurangan tersebut sangat berarti bagi perusahaan yang terkena pajak yang tinggi. Size juga mempengaruhi Cash ETR. Size atau ukuran perusahaan dapat menentukan besar kecilnya aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki semakin meningkat juga jumlah produktivitas. Richardson dan Lanis, 2007 (dalam Amelia, 2015) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin rendah cash ETR yang dimilikinya. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Pramudito dan Sari (2015) menguji apakah managerial ownership berpengaruh terhadap Tax Avoidance yang menggunakan proksi cash effective tax rate. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa managerial ownership berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance. Surono (2013) menguji apakah leverage berpengaruh terhadap cash effective tax rate. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap cash ETR. Amelia (2015) menguji apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap effective tax rate. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh dan signifikan terhadap effective tax rate. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian sejenis terhadap Cash effective tax rate. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dari perusahaan manufaktur sektor

8 industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2015 dengan judul: PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN SIZE TERHADAP CASH EFFECTIVE TAX RATE. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Cash effective tax rate? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap Cash effective tax rate? 3. Apakah size berpengaruh terhadap Cash effective tax rate? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh kepemilkan manajerial terhadap Cash effective tax rate. 2. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh leverage terhadap Cash effective tax rate. 3. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh size terhadap Cash effective tax rate. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut:

9 1. Kontribusi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi investor sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, leverage, dan size terhadap Cash effective tax rate. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini menjelaskan tentang batasan masalah Agar dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan yang diharapkan dan melakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, leverage, dan size terhadap Cash effective tax rate. Perusahaan yang digunakan penulis sebagai ruang lingkup atau pembahasan masalah adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2015.