BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN TENTANG PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA STRATA 1 YANG SUDAH MENIKAH RESEARCH ON SELF ADJUSTMENT OF STUDENTS STRATA 1 THE MARRIED

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

Lingkungan Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :

BAB I PENDAHULUAN. individu yang belajar di Perguruan Tinggi. Setelah menyelesaikan studinya di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dibidang akademik. Dalam dunia mahasiswa mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan. Pernikahan merupakan sarana dalam mempersatukan dua anak manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Menikah

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam Novirianti, 2002), harus dilakukan oleh setiap orang yang memiliki kesiapan lahir dan batin artinya bila seseorang telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan mendidik anak, maka hendaklah yang bersangkutan segera menikah karena menikah merupakan bagian dari kesempurnaan dalam beragama. Pasal 1 UU no.1 tahun 1974 tentang perkawinan, menyebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa. Pernikahan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pernikahan, individu berharap dapat memenuhi berbagai kebutuhannya, baik fisik, psikologis, maupun spiritualnya. Tujuan perkawinan dalam Islam adalah : 1) menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, 2) mewujudkan suatu keluarga dengan dasar cinta kasih, dan 3) memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur oleh syariah (Soemiyati, 1982). Filosof Islam Imam Ghazali

(dalam Soemiyati, 1982) membagi tujuan dan faedah perkawinan menjadi 5, yaitu: a) memperoleh keturunan yang sah yang akan melangsungkan keturunan serta memperkembangkan suku-suku bangsa manusia, b) memenuhi tuntutan naluriah hidup kemanusiaan, c) memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan, d) membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis pertama dari masyarakat yang besar di atas dasar kecintaan dan kasih sayang, e) menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang halal, dan memperbesar rasa tanggung jawab. Kehidupan berkeluarga adalah harapan dan niat yang wajar dari setiap manusia karena hal ini sudah menjadi fitrah bagi manusia. Pada umumnya setiap orang yang akan atau ingin memasuki gerbang pernikahan pasti menginginkan terciptanya suatu rumah tangga yang harmonis. Untuk itu dibutuhkan adanya persiapan yang matang baik secara fisik, psikis maupun materi diantara keduanya. Harmonis tidaknya sebuah rumah tangga menentukan nasib kedua pasangan karena itu kedua pasangan harus selalu berupaya agar pernikahannya berkualitas, memuaskan dan dapat dipertahankan. Perkawinan atau pernikahan tentu saja merupakan komitmen yang bersifat emosional dan legal antara dua orang untuk berbagi kedekatan secara fisik dan emosi, berbagi tugas-tugas serta sumber-sumber ekonomi, dalam kehidupan perkawinan, banyak tantangan-tantangan yang harus dihadapi termasuk di dalamnya kemampuan suami dan istri tersebut dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi pada diri masing-masing pasangan setelah

memutuskan untuk membina rumah tangga, terutama perubahan kondisi yang mereka alami tentu saja setelah melakukan pernikahan seseorang memiliki status yang berbeda dengan sebelumnya jika sebelumnya berstatus lajang maka akan berubah menjadi berstatus menikah, dan yang semula berstatus sebagai seorang mahasiswa maka tentu saja perannya bertambah menjadi seorang anggota rumah tangga (suami/istri) (Rohman, 2006) Rohman (2006) menyatakan bahwa mahasiswa yang sudah menikah tentu saja secara otomatis tanggung jawab yang diemban pun akan bertambah dengan sendirinya, jika sebelum menikah mereka hanya mempunyai tugas pokok untuk belajar, tetapi setelah menikah tugas mereka menjadi bertambah dengan tugas yang berupa hak dan kewajiban suami dan istri. Serta banyak lagi perubahan yang harus mereka hadapi seperti kebiasaan setiap hari bisa bermain dan belajar dengan teman sesuka hati, maka setelah menikah kebiasaan itu akan berubah menjadi kesibukan lain dengan suami dan istri mereka. Menurut Adhim (dalam Anisaningtyas dan Astuti, 2011), menikah atau mempersiapkan diri untuk menikah merupakan tugas perkembangan masa remaja akhir atau dewasa awal, yakni antara usia 18 sampai 22 tahun. Yang dimaksud dengan tugas perkembangan adalah segala sesuatu yang harus dicapai oleh individu pada suatu tahap perkembangan. Dariyo (dalam Anisaningtyas dan Astuti, 2011) menyatakan bahwa kehidupan psikososial dewasa awal/muda semakin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan,

membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak dan tetap harus memperhatikan orang tua. Papalia dan Olds (Anisaningtyas dan Astuti, 2011) mengemukakan usia terbaik untuk menikah bagi perempuan adalah 19-25 tahun, sedangkan laki-laki usia 20-25 tahun. Rentang usia 18 sampai 22 tahun merupakan usia seseorang yang memasuki atau berada pada jenjang pendidikan di perguruan tinggi yaitu strata 1 (S1). Hoffman dkk (Anisaningtyas dan Astuti, 2011) menulis suatu bahasan khusus tentang menikah pada usia dewasa muda, yakni dari usia 18 tahun sampai sekitar 24 tahun. Angka statistik di Amerika menunjukkan 34,6% perempuan pada usia 20-24 tahun dan 21,4% laki-laki dengan usia yang sama melakukan pernikahan, sementara mereka masih menempuh studi di perguruan tinggi. Sebagian besar golongan dewasa awal/muda sedang atau telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka merasa segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Menikah di usia muda ataupun di usia yang masih produktif untuk belajar memang menuai banyak resiko, terlebih untuk perempuan. Menikah selagi masih menjalani kuliah sepertinya sedang menjadi trend di kalangan generasi muda saat ini, namun seperti halnya individu lainnya, mahasiswa yang sedang berada pada masa dewasa dini juga mempunyai tugas perkembangan yang serupa. Menyelesaikan kuliah adalah tujuan utama yang hendak dicapai oleh setiap mahasiswa sebagai modal untuk pelaksanaan tugas perkembangan berikutnya, yaitu bekerja.

Oleh karenanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan banyak berorientasi pada masalah-masalah studi. Di sisi lain mahasiswa sebagai individu juga mempunyai dorongan-dorongan lain yang perlu disalurkan, seperti kebutuhan untuk beraktualisasi diri yang bisa dipenuhi dengan mengikuti kegiatan-kegiatan intra dan ekstra kampus, serta kebutuhan yang tidak kalah pentingnya dalam proses pendewasaan yaitu kebutuhan afeksi dan kebutuhan akan harga diri mereka. Mahasiswa yang berada pada masa transisi antara masa remaja dan dewasa akan mulai belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri, misalnya dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya, keyakinan hidupnya, termasuk menentukan pasangan hidup. Seorang mahasiswa yang sudah mengambil keputusan untuk melakukan pernikahan tentunya harus siap menghadapi adanya kemungkinan persoalan-persoalan yang akan muncul serta bagaimana cara mengatasinya, karena kemungkinan persoalan yang muncul itu bukan persoalan pernikahan saja yang meliputi hubungan suami istri, membesarkan anak, masalah ekonomi, dan lain-lain, akan tetapi masalah perkuliahan yang tentunya bukan masalah kecil. Pernikahan yang dilakukan oleh mahasiswa pada masa studi menuntutnya untuk bisa melakukan dua tugas sekaligus yaitu sebagai seorang mahasiswa dan seorang yang sudah berkeluarga. Individu sebagai mahasiswa bertanggung jawab atas masa depannya, mencurahkan segenap perhatiannya tidak hanya sekedar pergi kuliah saja, namun kesanggupan menyelesaikan tugas-tugas seperti membuat laporan, paper atau skripsi.

Belum lagi keikutsertaan dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Rutinitas seperti ini secara bertahap akan mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi individu, misalnya saja hubungan interpersonal dengan teman kuliah mulai berkurang dan berubah, yang dulunya sehabis kuliah individu mempunyai waktu lebih banyak berkumpul dan ngobrol dengan teman atau sekedar untuk cuci mata kini mulai jarang dilakukan, topik obrolannya juga tidak lagi berfokus pada model baju apa yang lagi trend dan film apa yang sekarang laris ditonton. Disadari atau tidak perubahan ini akan membawa individu pada penyesuaian baru. Di dalam kehidupan pernikahan suami istri yang berstatus mahasiswa, selain bertanggung jawab sebagai pelajar seperti yang diuraikan di atas, individu juga bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga. Dua tanggung jawab tersebut mau tidak mau harus berjalan beriringan dan seimbang. Selain itu di sela-sela kesibukan kuliah pasangan suami istri mahasiswa ini juga masih dibebani tugas rumah tangga yang menyita waktu dan tenaga, seperti mengurus keluarga, mencari nafkah dan masih banyak lagi. Setelah sekiranya tugas ini sudah selesai mereka harus segera bergegas untuk pergi kuliah. Banyaknya perubahan kondisi yang akan dihadapi inilah menuntut siapa saja yang akan mengambil keputusan untuk melangkahkan diri menuju pernikahan pada masa studi agar siap bekal lahir maupun batin untuk menghadapi perubahan yang akan dihadapinya setelah melangsungkan

pernikahan. Persiapan bekal ini bertujuan agar kelak kehidupan rumah tangga yang akan dijalaninya dapat berjalan dengan lancar. Studi yang ditempuh juga tidak akan terganggu dan tetap bisa meraih prestasi. Berdasarkan banyak fakta yang memperlihatkan kehancuran keluarga dan study yang ditempuhnya di karenakan banyak orang yang tidak menyiapkan bekal dengan matang. Oleh karena itu, mengapa penyesuaian diri pada mahasiswa yang sudah menikah sangat penting bagi mahasiswa yang sudah menikah. Supratiknya (2000) mengatakan bahwa penyesuaian diri yang sehat ditunjukkan dengan perilaku salah satunya dengan kemampuan untuk mandiri, bertanggung jawab dan penentuan diri yang memadai serta kemampuan yang cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial. Tetapi pada kenyataan yang terjadi pada mahasiswa yang sudah menikah berbeda dengan pernyataan tersebut. Berdasarkan hasil dari wawancara awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 Oktober 2012 kepada 2 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang sudah menikah pada masa studi S1 di peroleh data subjek, yang pertama berinisial F dengan usia perkawinan 2 tahun 7 bulan, subjek mengaku dirinya sulit menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi yang dialaminya. Subjek juga merasa kesulitan membagi waktu dikarenakan jarak tempuh antara rumah dan kampus subjek terbilang jauh ditambah kegiatan perkuliahan yang tidak selalu sesuai dengan jadwal, sesekali subjek membolos dari kuliah untuk menyesuaikan dirinya dengan perannya sebagai anggota keluarga. Subjek

juga mengatakan bahwa suaminya terkadang mempermasalahkan hal tersebut dan beberapa kali sempat terjadi perdebatan kecil di antara mereka. Subjek kedua berinisial A dengan usia perkawinan 1,5 tahun. Subjek mengatakan perubahan setelah menikah terletak pada konsentrasi dalam belajarnya, agar lebih mudah mencapai target studi yang telah ditentukan, artinya pernikahan pada masa studi akan memecah fokus berfikirnya dengan bertambahnya tugas dan tanggung jawab. Subjek mengatakan kalau dirinya tidak pandai membagi waktu, bahkan sempat tertinggal dengan teman seangkatannya. Penyesuaian diri yang dilakukan subjek dalam mengurus anak adalah membagi dengan pembantunya, saat subjek di luar rumah anak di urus oleh pembantunya, tetapi saat di dalam rumah subjek sendiri yang mengurus anak dan suaminya. Subjek ketiga berinisial L subjek yang sedang sibuk mengurus skripsinya dan menyelesaikan kuliahnya. Subjek mengatakan sempat mengalami ketertinggalan dengan teman seangkatannya dalam mengerjakan skripsi dikarenakan subjek sibuk mencari sampingan pekerjaan demi membantu suami mencari tambahan ekonomi untuk biaya kehidupan mereka terutama untuk membesarkan anak mereka. Penyesuaian yang dilakukan subjek untuk mengurus anaknya, subjek menitipkan anaknya dengan orang tuanya yang rumahnya berdekatan dengan subjek. Untuk kebutuhan anaknya yang terkadang kurang tercukupi subjek mengatakan saat ini keuangannya suka dibantu oleh orang tuanya.

Berdasarkan beberapa kasus di atas, tidak dapat dihindari mahasiswa yang telah menikah selama masa studi pun mengalami berbagai macam persoalan yang menyangkut kehidupan pribadinya, hubungannya dan perubahan kondisi yang dialaminya. Seperti yang dialami subjek pertama berinisial F dan A subjek mengatakan bahwa terkadang kurang memiliki intensitas dengan keluarganya, dan kelelahan mengabiskan waktu mengurus keluarga sehingga terkadang membuat subjek berdebat dengan suaminya, lalu penyesuaian yang dilakukan terkadang sesekali membolos kuliah demi memiliki waktu yang banyak dengan keluarganya dan terkadang mengorbankan sedikit waktunya dengan keluarga seperti menitipkan anaknya dengan pembantunya ketika subjek hendak kuliah. Kemudian subjek yang berinisial L mengatakan sempat mengalami ketertinggalan dengan teman seangkatannya dalam mengurus skripsi dikarenakan membantu suami mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan keluarganya dan penyesuaian yang dilakukannya yaitu dengan kembali berfokus pada skripsinya dan menitipkan anaknya dengan orang tuanya. Berangkat dari latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tentang penyesuaian diri pada mahasiswa strata 1 yang telah menikah.

B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, dapat rumusan masalahnya yaitu : bagaimana cara penyesuaian diri yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang sudah menikah, ditinjau dari perubahan kondisi yang akan di jalani. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana cara penyesuaian diri yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang sudah menikah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Yaitu untuk menambah khasanah wacana ilmu dan pengetahuan baru dalam bidang psikologi terutama psikologi keluarga yang dikaitkan dengan penyesuaian diri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti, yaitu untuk memahami lebih dalam tentang aspek psikologis dan cara penyesuaian diri pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang sudah menikah.

b. Bagi Informan, yaitu dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar, dan lebih peka dengan permasalahan yang ada di lingkungannya.