jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 83 TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGHAPUSAN PIUTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BUPATI MALANG,

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 46 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG DAERAH

TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA

PENGHAPUSAN PIUTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 43

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PIUTANG PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SERANG

PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 55 Tahun : 2014

SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG DAERAH LAINNYA BUPATI BERAU,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PIUTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Menimbang : a. Mengingat : Peraturan...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 33 TAHUN 2015 GUBERNUR BENGKULU, Gubernur Bengkulu tentang Tata Cara Pengelolaan Piutang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 77 TAHUN 2011

WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG. KEWENANGAN PERIKATAN PINJAMAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 2-7 TAHUN 2OI3 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

2016, No c. bahwa dalam rangka perbaikan kondisi keuangan Perusahaan Daerah Air Minum sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu meningkatkan e

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122 / PMK.06 / 2007 TENTANG KEANGGOTAAN DAN TATA KERJA PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA MENTERI KEUANGAN,

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 ten

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR '77 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 302/KMK.01/2002 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.05/2015 TENTANG TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALIN AN

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 87 TAHUN 2012

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 12 Tahun 2015 Seri E Nomor 8 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG JENJANG NILAI PENGADAAN BARANG/JASA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2012

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2012

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang T

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA INDONESIA II

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PIUTANG PEMERINTAH DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

1 of 5 18/12/ :41

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Piutang Negara

WALIKOTA TASIKMALAYA,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

1 of 5 21/12/ :38

WALIKOTA TASIKMALAYA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG JENJANG NILAI PENGADAAN BARANG/JASA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.010/2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN DARI

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR: 03 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Un

Walikota Tasikmalaya

áçtütà jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017, telah tersedia pagu anggaran untuk subsidi Pajak Penghasilan ditanggung o

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BUPATI POLEWALI MANDAR

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 13 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

- 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PENGHAPUSAN PIUTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya telah memperoleh status badan layanan umum daerah secara penuh, maka bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya diberi keleluasaan untuk menerapkan praktek bisnis yang sehat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; b. bahwa untuk menyelaraskan dengan prinsip praktek bisnis yang sehat, maka setiap piutang badan layanan umum daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sehingga terhadap piutang yang telah jatuh tempo dapat diupayakan melalui proses penagihan; c. bahwa terhadap piutang badan layanan umum daerah yang sulit ditagihkan, maka berdasarkan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Pasal 86 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, dapat diupayakan penyelesaiannya melalui proses penghapusan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Penghapusan Piutang Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104);

- 2-2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4117); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4488) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4652); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4502); 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.07/2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan Piutang Badan Layanan Umum;

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGHAPUSAN PIUTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA TASIKMALAYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Tasikmalaya. 2. Walikota adalah Walikota Tasikmalaya. 3. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah satuan kerja perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas. 4. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Non Pendidikan Kota Tasikmalaya yang telah ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah secara penuh. 5. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan BLUD RSUD. 6. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Non Pendidikan Kota Tasikmalaya. 7. Wakil Direktur adalah Wakil Direktur pada Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Non Pendidikan Kota Tasikmalaya yang menangani di bidang piutang BLUD RSUD. 8. Kepala Bagian adalah Kepala Bagian pada Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Non Pendidikan Kota Tasikmalaya yang menangani di bidang piutang BLUD RSUD. 9. Piutang BLUD RSUD adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada BLUD RSUD dan/atau hak BLUD RSUD yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. 10. Penghapusan Secara Bersyarat adalah kegiatan untuk menghapuskan Piutang BLUD RSUD dari pembukuan BLUD RSUD dengan tidak menghapuskan hak tagih BLUD RSUD. 11. Penghapusan Secara Mutlak adalah kegiatan penghapusan Piutang BLUD RSUD dengan menghapuskan hak tagih BLUD RSUD.

- 4-12. Panitia Urusan Piutang Negara yang selanjutnya disingkat PUPN adalah panitia yang bersifat interdepartemental dan bertugas mengurus piutang negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960. 13. Panitia Urusan Piutang Negara Cabang Jawa Barat yang selanjutnya disingkat PUPN Cabang adalah Panitia Urusan Piutang Negara yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan BLUD RSUD di wilayah Provinsi Jawa Barat. 14. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan bertindak sebagai bendahara umum daerah. 15. Penanggung Hutang kepada BLUD RSUD yang selanjutnya disebut Penanggung Hutang adalah badan atau orang yang berhutang kepada BLUD RSUD menurut peraturan, perjanjian atau sebab apapun. 16. Penyerah Piutang adalah BLUD RSUD yang menyerahkan pengurusan piutangnya kepada PUPN. 17. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenang memberikan keterangan tentang kondisi ketidakmampuan Penanggung Hutang. 18. Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas yang selanjutnya disingkat SPPNL adalah surat yang dibuat oleh PUPN sehubungan penanggung hutang telah melunasi seluruh kewajibannya. 19. Surat Pernyataan Piutang Negara Selesai yang selanjutnya disingkat SPPNS adalah surat yang dibuat oleh PUPN sehubungan penyerah piutang melakukan penarikan kembali pengurusan piutang yang telah diserahkan kepada PUPN. 20. Piutang Sementara Belum Dapat Ditagih yang selanjutnya disingkat PSBDT adalah piutang yang belum dapat ditagih karena Penanggung Hutang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan hutangnya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud dibentuknya Peraturan Walikota ini adalah sebagai pedoman bagi BLUD RSUD dalam mengelola piutang, khususnya piutang yang tidak dapat ditagihkan. (2) Tujuan dibentuknya Peraturan Walikota ini adalah untuk mengatur secara teknis penghapusan piutang BLUD RSUD yang tidak dapat ditagihkan, baik bersyarat maupun secara mutlak.

- 5 - BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Walikota ini meliputi: a. pengelolaan piutang BLUD RSUD; dan b. penghapusan piutang BLUD RSUD. BAB IV PENGELOLAAN PIUTANG BLUD RSUD Pasal 4 (1) Piutang BLUD RSUD merupakan Piutang Daerah. (2) Piutang BLUD RSUD terjadi sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan BLUD RSUD. Pasal 5 (1) Piutang BLUD RSUD dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan Piutang BLUD RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur menetapkan Pedoman Teknis Pengelolaan Piutang. (3) Pedoman teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling sedikit mengatur: a. prosedur dan persyaratan pemberian piutang; b. penatausahaan dan akuntansi piutang; c. tata cara penagihan piutang; d. pelaporan piutang; e. prosedur kerja; dan f. bentuk-bentuk surat yang diperlukan. Pasal 6 (1) BLUD RSUD harus melakukan penagihan secara maksimal terhadap piutang BLUD RSUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2). (2) Dalam hal piutang BLUD RSUD tidak dapat diselesaikan setelah dilakukan penagihan secara maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur menyerahkan pengurusan penagihan tersebut kepada PUPN. (3) Penyerahan pengurusan penagihan atas piutang BLUD RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

- 6 - sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengurusan Piutang Negara/Daerah. Pasal 7 (1) Pengurusan Piutang BLUD RSUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dilaksanakan oleh PUPN sampai lunas, selesai atau optimal. (2) Pengurusan Piutang BLUD RSUD dinyatakan telah lunas apabila Penanggung Hutang telah melunasi seluruh kewajibannya dan dinyatakan lunas oleh PUPN dengan diterbitkan SPPNL. (3) Pengurusan Piutang BLUD RSUD dinyatakan telah selesai apabila Penyerah Piutang melakukan penarikan kembali berkas yang telah diserahkan dan dinyatakan selesai oleh PUPN dengan diterbitkan SPPNS. (4) Pengurusan Piutang BLUD RSUD dinyatakan telah optimal apabila telah dinyatakan sebagai PSBDT oleh PUPN. BAB V PENGHAPUSAN PIUTANG BLUD RSUD Bagian Kesatu Umum Pasal 8 (1) Piutang BLUD RSUD dapat dihapuskan secara bersyarat atau mutlak dari pembukuan BLUD RSUD. (2) Penghapusan Secara Bersyarat dilakukan dengan menghapuskan Piutang BLUD RSUD dari pembukuan BLUD RSUD tanpa menghapuskan hak tagih BLUD RSUD. (3) Penghapusan Secara Mutlak dilakukan dengan menghapuskan hak tagih BLUD RSUD. Pasal 9 (1) Penghapusan Secara Bersyarat dan Penghapusan Secara Mutlak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, hanya dapat dilakukan setelah Piutang BLUD RSUD diurus secara optimal oleh PUPN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengurusan Piutang Negara/ Daerah. (2) Pengurusan Piutang BLUD RSUD dinyatakan telah optimal apabila telah dinyatakan sebagai PSBDT oleh PUPN.

- 7 - Bagian Kedua Penghapusan Secara Bersyarat Paragraf 1 Permintaan Pertimbangan Pasal 10 (1) Piutang BLUD RSUD yang telah dinyatakan PSBDT oleh PUPN Cabang, sebelum diusulkan untuk diproses penetapan penghapusannya secara bersyarat, terlebih dahulu dimintakan pertimbangan penghapusan secara bersyarat atas Piutang BLUD RSUD kepada Kepala Kantor Wilayah. (2) Permintaan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Direktur secara tertulis dengan dilampiri dokumen paling sedikit terdiri dari: a. daftar nominatif Penanggung Hutang; dan b. surat pernyataan PSBDT dari PUPN Cabang. Paragraf 2 Pengajuan Usul Pasal 11 (1) Hasil pertimbangan Kepala Kantor Wilayah yang menerima alasan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara bersyarat, menjadi dasar diusulkannya penetapan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara bersyarat. (2) Usul penghapusan Piutang BLUD RSUD secara bersyarat yang bernilai sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) per Penanggung Hutang, disampaikan oleh Kepala Bagian kepada Direktur melalui Wakil Direktur. (3) Piutang BLUD RSUD yang akan dihapuskan secara bersyarat bernilai di atas Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) per Penanggung Hutang, usul penghapusan disampaikan oleh Direktur kepada Walikota melalui PPKD. Pasal 12 (1) Usul penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 disampaikan secara tertulis dan dilampiri dengan dokumen paling sedikit terdiri dari: a. daftar nominatif Penanggung Hutang; dan b. Surat Pertimbangan Penghapusan Secara Bersyarat Atas Piutang BLUD RSUD dari Kepala Kantor Wilayah. (2) Pengajuan usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan tembusan ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah.

- 8 - Paragraf 3 Penetapan Penghapusan Pasal 13 (1) Penghapusan Piutang BLUD RSUD secara bersyarat dilaksanakan dengan menerbitkan keputusan penghapusan. (2) Keputusan penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh: a. Direktur, untuk jumlah sampai dengan Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) per Penanggung Hutang; b. Direktur dengan persetujuan Dewan Pengawas, untuk jumlah di atas Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) per Penanggung Hutang. (3) Dalam hal tidak terdapat Dewan Pengawas, persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Walikota. (4) Penghapusan secara bersyarat atas Piutang BLUD RSUD yang berjumlah di atas Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penghapusan Piutang Negara/Daerah. Paragraf 4 Pemberitahuan Pasal 14 Setelah keputusan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara bersyarat ditetapkan, selanjutnya diberitahukan oleh Direktur kepada Kepala Kantor Wilayah. Paragraf 5 Daftar Nominatif Pasal 15 Daftar nominatif Penanggung Hutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a dan Pasal 12 ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat informasi sebagai berikut: a. identitas para Penanggung Hutang yang meliputi nama dan alamat; b. sisa hutang masing-masing Penanggung Hutang yang akan dihapuskan; c. tanggal terjadinya piutang, tanggal jatuh tempo/dinyatakan macet, dan tanggal penyerahan pengurusan piutang kepada PUPN Cabang; d. tanggal dinyatakan sebagai PSBDT oleh PUPN; dan e. keterangan tentang keberadaan dan kemampuan Penanggung Hutang, keberadaan dan kondisi barang jaminan, dan/atau keterangan lain yang terkait.

- 9 - Bagian Ketiga Penghapusan Secara Mutlak Paragraf 1 Persyaratan Pasal 16 Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang BLUD RSUD dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan : a. diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan penghapusan secara bersyarat piutang dimaksud; dan b. Penanggung Hutang, tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya, yang dibuktikan dengan keterangan dari pejabat yang berwenang. Paragraf 2 Permintaan Pertimbangan Pasal 17 (1) Setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan keputusan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara bersyarat, sebelum diusulkan untuk diproses penetapan penghapusannya secara mutlak, terlebih dahulu dimintakan pertimbangan penghapusan secara mutlak atas Piutang BLUD RSUD kepada Kepala Kantor Wilayah. (2) Permintaan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Direktur secara tertulis dengan dilampiri dokumen paling sedikit terdiri dari: a. daftar nominatif Penanggung Hutang; dan b. keputusan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara bersyarat. Paragraf 3 Pengajuan Usul Pasal 18 (1) Hasil pertimbangan Kepala Kantor Wilayah yang menerima alasan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara mutlak, menjadi dasar diusulkannya penetapan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara mutlak. (2) Usul penghapusan Piutang BLUD RSUD secara mutlak yang bernilai sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) per Penanggung Hutang, disampaikan oleh Kepala Bagian kepada Direktur melalui Wakil Direktur. (3) Dalam hal Piutang BLUD RSUD yang akan dihapuskan secara mutlak bernilai di atas Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) per Penanggung Hutang, usul penghapusan disampaikan oleh Direktur kepada Walikota melalui PPKD.

- 10 - Pasal 19 (1) Usul penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 disampaikan secara tertulis dan dilampiri dengan dokumen paling sedikit terdiri dari: a. daftar nominatif Penanggung Hutang; dan b. Surat Pertimbangan Penghapusan Secara Mutlak Atas Piutang BLUD RSUD dari Kepala Kantor Wilayah. (2) Pengajuan usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan tembusan ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah. Paragraf 4 Penetapan Penghapusan Pasal 20 (1) Penghapusan Piutang BLUD RSUD secara mutlak dilaksanakan dengan menerbitkan keputusan penghapusan. (2) Keputusan penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh: a. Direktur, untuk jumlah sampai dengan Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) per Penanggung Hutang; b. Direktur dengan persetujuan Dewan Pengawas, untuk jumlah di atas Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) per Penanggung Hutang. (3) Dalam hal tidak terdapat Dewan Pengawas, persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Walikota. (4) Penghapusan secara mutlak atas Piutang BLUD RSUD yang berjumlah di atas Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penghapusan Piutang Negara/Daerah. Paragraf 5 Pemberitahuan Pasal 21 Setelah keputusan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara mutlak ditetapkan, selanjutnya diberitahukan oleh Direktur kepada : a. Kepala Kantor Wilayah; b. Walikota; c. Dewan Pengawas; dan d. Penanggung Hutang.

- 11 - Paragraf 6 Daftar Nominatif Pasal 22 Daftar nominatif Penanggung Hutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a dan Pasal 19 ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat informasi sebagai berikut: a. identitas para Penanggung Hutang yang meliputi nama dan alamat; b. sisa hutang masing-masing Penanggung Hutang yang akan dihapuskan; c. tanggal terjadinya piutang, tanggal jatuh tempo/dinyatakan macet, dan tanggal penyerahan pengurusan piutang kepada PUPN Cabang; d. tanggal dinyatakan sebagai PSBDT oleh PUPN Cabang; e. keputusan penghapusan Piutang BLUD RSUD secara bersyarat; dan f. keterangan tentang keberadaan dan kemampuan Penanggung Hutang, keberadaan dan kondisi barang jaminan, dan/atau keterangan lain yang terkait. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Tasikmalaya. Ditetapkan di Tasikmalaya pada tanggal 23 Oktober 2012 WALIKOTA TASIKMALAYA, Ttd. Diundangkan di Tasikmalaya pada tanggal 24 Oktober 2012 H. SYARIF HIDAYAT SEKRETARIS DAERAH KOTA TASIKMALAYA, Ttd. H. TIO INDRA SETIADI BERITA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012 NOMOR