Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam


BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,


BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. kematian di wilayah Asia Tenggara. Hal ini seperti yang disampaikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam memproduksi hormon insulin, atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkan (IDF, 2015). Departemen Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit yang diakibatkan karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan merupakan salah satu penyakit gangguan metabolik yang terjadi menahun. (Guyton dan Hall, 2014) mengemukakan bahwa DM merupakan penyakit yang disebabkan oleh insufisiensi sekresi insulin sebagai kompensasi terhadap menurunnya sensitivitas pada efek insulin. Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO, 2016) mencatat bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita DM di dunia sebanyak 108 juta penduduk pada tahun 1980 menjadi 422 juta jiwa pada tahun 2014. Internation Diabetes Federation (IDF, 2016) menyebutkan bahwa 415 juta penduduk dunia menderita DM pada tahun 2015 dan akan terus meningkat pada tahun 2040 menjadi 642 juta penduduk. Sebanyak 10 juta penduduk Indonesia pada tahun 2015 menderita penyakit DM dengan prevalensi sekitar 6,2 persen dan 5,286.2 kasus DM yang tidak terdiagnosa (IDF, 2015). Data dari Departemen Kesehatan 1

2 (Depkes, 2016) mencatat bahwa DIY menempati posisi ke enam untuk jumlah penderita DM terbanyak di Indonesia. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta (2014) menjelaskan bahwa penyakit DM merupakan penyakit yang menduduki perigkat ke enam dari sepuluh besar penyakit rawat jalan dipuskesmas pada tahun 2014 sebesar 25.152 kasus. Dunia sudah mengenal bahwa diabetes mellitus, penyakit jantung, obesitas, kanker dan penyakit paru-paru kronis merupakan penyakit kronis yang tidak menular (Sridhar et.al, 2011). Diabetes merupakan penyebab terpenting dari angka kematian dan kesakitan di dunia (N, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Sutandi (2012) menuliskan bahwa DM merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan kata lain pasien akan mengidap penyakit ini seumur hidup. Oleh karena itu penyakit ini dikenal sebagai life long disease Peningkatan prevalensi penyakit diabetes dapat menyebabkan tingginya insiden komplikasi jika pasien tidak dapat mengontrol penyakit mereka (Primanda, dkk., 2012). Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit DM adalah penyakit jantung dan stroke, tekanan darah tinggi, kebutaan, penyakit ginjal serta penyakit pada sistem syaraf (Vaccaro et.all, 2014). Dari gambaran diatas, pemerintah melakukan penatalksanaan terkait penyakit DM melalui PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) (2011) melalui 4 pilar diabetes melitus yaitu edukasi, pengelolaan diet, latihan jasmani, dan intervensi melalui farmakologis. 2

3 Penelitian yang dilakukan oleh (Garousi et.all, 2013) menyebutkan bahwa penyakit DM adalah penyakit metabolik kronis yang membutuhkan perhatian baik dari penderita maupun keluarganya. Komplikasi yang diakibatkan karena penyakit diabetes dapat di minimalkan dan dicegah dengan mengontrol gula darah dan menerapkan self-management (Vaccaro et.all, 2014). Self-management adalah suatu kondisi dimana pasien dapat mengontrol dan mengatur penyakit mereka secara mandiri, tetapi tetap dengan dukungan dari tim medis, serta efektif jika ditinjau dari segi biaya (Elkjaer dalam Harvey et all., 2015). Self-management merupakan program yang sudah mencakup keseluruhan dari pengobatan DM (McMurray et.all, 2011). Diabetes self-management meliputi kontrol gula darah yang cukup, tekanan darah dan kandungan lemak dalam darah dapat membaik, dapat mengontrol berat badan dengan diet dan latihan (Vaccaro, dkk., 2014). Pasien memerlukan mangement yang tepat untuk menyadari penyakitnya, faktor resiko, pengobatan dan komplikasinya (McMurray et.all, 2011). Diabetes self-management dianggap sebagai bagian terpenting dari management penyakit diabetes, penelitian lain menunjukkan bahwa diabetes selfmanagement dapat meningkatkan kualitas hidup pasien serta dapat mencegah dan mengurangi komplikasi jangka panjang pada pasien (Alrahbi, 2014). Diabetes self-management pada penderita DM dapat membantu mengoptimalkan penderita untuk mengontrol metabolisme, mencegah terjadinya komplikasi akut maupun kronis, serta dapat meningkatkan kualitas 3

4 hidup penderita (Kisokanth et.all, 2013). Survei yang dilakukan pada 200 orang dewasa dengan penyakit DM menunjukkan bahwa penderita DM seringkali mengalami hambatan dalam melakukan self-management (Glasgow et,all dalam Nelson, 2002). Hambatan yang ditemukan bisa menjadi penghalang bagi penderita untuk tetap melaksanakan selfmanagement. Self-management dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah dukungan keluarga (Damayanti et.all, 2014). Pasien dengan dukungan baik akan lebih patuh dibandingkan pasien yang tidak memiliki dukungan (Heissam et.all, 2014). Sedangkan kepatuhan pasien DM dalam menjalankan pengobatannya dapat membantu mengurangi komplikasi jangka panjang yang diakibatkan oleh penyakit DM. Jaringan sosial seperti keluarga, teman dan tetangga merupakan sumber dukungan terpenting untuk pasien DM untuk membantu mengurangi tingginya komplikasi DM, terutama komplikasi psikologis (Engum dalam Garousi, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh (Mayberry & Osborn, 2012) menyebutkan bahwa anggota keluarga bisa jadi mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kesehatan pasien yang menderita DM, keluarga dapat turut serta dalam memfasilitasi aktifitas self-care pasien seperti membelikan makanan, minuman dan membelikan resep obat, selain itu mereka juga dapat berkontribusi untuk membantu menyeimbangkan kerusakan akibat stres mengontrol gula darah. Kurangnya dukungan dari keluarga merupakan salah satu faktor yang dihubungkan dengan terjadinya kegagalan dalam program 4

5 penatalaksanaan dietary self-management (Garousi, 2013). Keterlibatan keluarga dalam memberikan perhatian akan mempengaruhi keberhasilan selfmanagement pada pasien DM (Kisokanth et.all, 2013). Oleh karena itu dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan oleh penderita DM dalam melakukan self-management. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Eropa menunjukkan bahwa dengan motivasi, dukungan sosial, pengetahuan dan pemberdayaan adalah hal penting untuk meningkatkan self- management (Onuha et.all, 2014). Allah S.W.T dalam kitab suci Al-Qur an sudah menjelaskan terkait pentingnya peran serta dukungan untuk keluarga yang tercantum dalam Q.S At-Tahrim: 6 yang artinya : hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya (Q.S At-Tahrim:6). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 6 Januari 2017 di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta didapatkan bahwa jumlah kunjungan penderita DMT2 dilihat berdasarkan grafik angka kunjungan pasien menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien DMT2 mengalami peningkatan selama beberapa bulan terakhir ditahun 2016 dan selalu masuk dalam lima peringkat kunjungan penyakit terbanyak di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta. Data pada bulan Januari 2016 menunjukkan angka kunjungan pasien DMT2 sebanyak 2000 kali kunjungan. Data rekam medis menunjukkan bahwa tiga dari sepuluh pasien dengan DMT2 di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta sudah mengalami komplikasi berupa 5

6 hipertensi, sedangkan tujuh diantaranya mengeluhkan sering mengalami pusing dibagian kepala belakang dan ektremitas bawah mengalami kram atau kaku. Pasien DMT2 yang datang berkunjung terlihat datang dengan diantara oleh kerabat atau keluarga dekatnya. Dua dari sepuluh pasien DMT2 yang datang berkunjung terlihat datang dengan ditemani keluarganya. Terdapat jurnal yang menyebutkan bahwa prevalensi penderita DMT2 lebih banyak ditemukan didaerah perkotaan dibandingkan didaerah pedesaan. Sehingga peneliti memutuskan untuk memilih melakukan penelitian didaerah perkotaan. Beberapa pernyataan yang sudah dipaparkan diatas, peneliti ingin lebih mengetahui hubungan anatara dukungan keluarga dengan diabetic selfmanagement pada penderita DM, karena peran keluarga sangat penting untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap penyakitnya. B. Rumusan masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan self-management pada pasien diabetes melitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan diabetes self-management pada penderita diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta. 6

7 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik demografi responden di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta b. Mengetahui tingkat diabetes self-management pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta. c. Mengetahui tingkat dukungan keluarga yang dirasakan oleh penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta. d. Mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap self-management pada penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta. D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Menjadi pengalaman awal untuk melakukan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penyakit diabetes melitus (DM) serta memberikan pemahaman yang mendalam terkait penyakit DM, khususnya DMT2. 2. Bagi penderita Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang baik kepada penderita mengenai penyakitnya serta lebih meningkatkan hubungan kekeluargaan dan melibatkan keluarga dalam setiap aktifitas yang berhubungan dengan penyakitnya. 7

8 3. Bagi keluarga Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi keluarga mengenai pentingnya memberikan dukungan pada pasien, khususnya masalah yang berhubungan dengan self management. 4. Bagi institusi kesehatan/ puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi instansi kesehatan/ puskesmas agar selalu melibatkan keluarga disetiap tindakan yang akan diberikan kepada pasien. 5. Bagi ilmu keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi ilmu keperawatan agar selalu memberikan arahan kepada semua mahasiswa untuk dapat melibatkan keluarga disetiap tindakan yang akan diberikan kepada pasien. E. Penelitian terkait 1. Dukungan keluarga pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam menjalankan Self-Management Diabetes, Damayanti (2014). 2. Manajemen diri diabetes: analisis kuantitatif faktor-faktor psikososial pada pasien diabetes mellitus tipe II, Hasanat (2015). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel yang digunakan yaitu 219 orang respondent. Dimana respondent merupakan pasien rawat jalan di RSUP. dr. Sardjito dan RSUD Sleman. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan Skala Efikasi Diri Diabetes, skala Persepsi Dukungan Sosial, Skala 8

9 Persepsi Ekspresi Emosi Keluarga, Skala BDI, dan Skala Manejemen diri Diabetes. Penelitian ini menggunakan analisis jalur. 3. Pengaruh antara dukungan keluarga terhadap Self-Management pada penderita diabetes mellitus di Surabaya, Binti (2016). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. sampel dalam penelitian ini menggunakan 106 orang responden penderita DM di RSUD. Dr. Soewandhi dengan rata-rata usia responden dewasa madya dan dewasa akhir. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner. kuesioner yang digunakan untuk mengetahui dukungan keluarga merupakan kuesioner yang dibuat langsung oleh peneliti dimana skala ukurnya menggunakan skala psikologis sejumlah 25 butir soal. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur self-management menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Andrea Schmitt et.all sebanyak 16 pertanyaan. Analisis data menggunakan regresi linier. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap self-management pada penderita diabetes melitus tipe II di Surabaya. 4. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian komplikasi neuropati Diabetes pada Diabetisi tipe 2, Rukmi (2014). Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan menggunakan metode cross sectional desaign dan dianalisis menggunakan uji korelasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 30 orang responden dengan menggunakan metode pengambilan sampel consecutive sampling. 9

10 Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan data prevalensi kejadian komplikasi neuropati diabetes pada diabetisi tipe 2 sebesar 76,7%, tingkat dukungan keluarga dengan dukungan keluarga yang baik pada diabetisi tipe 2 sebesar 60%. Terdapat hubungan yang bermaka antara lama menderita DM dengan kejadian komplikasi neuropati diabetes, dengan nilai p 0,009 (P< 0,05). Analisa statistik fisher s exact test untuk mengetahui analisis bivariat. Hasil perhitungan didapatkan hasil p=0,193, dimana nilai p> 0,05. Penelitian ini nmenunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kejadian neuropati diabetes pada diabetisi tipe 2. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah terdapat perbedaan waktu dan tempat dilakukannya penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik sedangkan penelitian berikutnya akan menggunakan metode penelitian cross sectional. 10