BAB IV ANALISIS KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 9 TAHUN 2004 DALAM PANDANGAN FIQH SIYASAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dampak Lingkungan (AMDAL) proyek listrik Nasional tersebut. 1. pihak PLTU atas rekomendasi dari DEPHUT, mempergunakan tanah Negara

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai. Politik, dalam pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : Partai politik adalah

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

BAB III KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

PENGERTIAN TENTANG PUASA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

SMS BERHADIAH. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 9 Tahun 2008 Tentang SMS BERHADIAH

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Urgensi Berakhlaq Islami Dalam Bisnis

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

BAB IV. A. Analisis Fiqh Siya>sah Terhadap Kewenangan Badan Intelijen Negara Menurut UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara

المضارع الماضي الا مر

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

KYAI DAN POLITIK PRAKTIS

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

MATERI UJIAN KOMPREHENSIF: KOMPETENSI KHUSUS. Meliputi ujian tentang ayat dan hadis yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling

BAB IV ANALISIS HUKUMPIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN RI

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

Konsisten dalam kebaikan

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB IV ANALISIS. keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada. yang penting, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana.

BAB V PEMBAHASAN. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

Hukum Poligami. Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam eksistensi lembaga Peradilan Agama saat ini. Salah satu perubahan

BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT DI PT. PRUDENTIAL

ISLAM IS THE BEST CHOICE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

Hadits-hadits Shohih Tentang

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

Penulis : Muhammad Ma mun Salman JILID 2

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN

Khutbah Pertama. Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah.

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

AYAT AL-QUR AN TENTANG PERINTAH MENJAGA LINGKUNGAN DISUSUN OLEH: FUAD, M.Pd.I

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

Bacaan Tahlil Lengkap

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 9 TAHUN 2004 DALAM PANDANGAN FIQH SIYASAH Dalam menganalisa kewenangan Hakim Tata Usaha Negara dalam perspektif Fiqh Siyasah ini, perlu kiranya kita melihat kembali jenis-jenis lembaga peradilan di dalam Islam sebagai studi kelembagaan yang berbicara tentang konsep yang digunakan. Hal ini diperlukan karena kewenangan Hakim tentunya dapat dipersepsikan dengan kewenangan-kewenangan lembaga peradilan itu juga. Dalam Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang No 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebutkan bahwa, Hakim pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan kehakiman. 1 Dalam Pasal 1 Undang-undang No 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan Peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara hukum Republik Indonesia. 2 Kemudian dalam Pasal 47 Undang-undang No 5 Tahun 1986 tentang 1 Undang-undang No 9 Tahun 2004, Pasal 12 ayat 1 2 Undang-undang No 4 Tahun 2004, Pasal 1 68

69 Peradilan Tata Usaha Negara juga disebutkan, pengadilan bertugas memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara. 3 Berdasarkan uraian pasal demi pasal di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hakim Tata Usaha Negara adalah pejabat yang berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di dalam lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. Secara umum memang kewenangan hakim adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa. Bahwa kewenangan Hakim Tata Usaha Negara adalah sebatas pada permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara atau tentang Tata Usaha Negara. Jadi yang membedakan Hakim Tata Usaha Negara dengan Hakim yang lainnya adalah hanya mengenai bidang yang menjadi wilayah garapannya. Setelah Islam mulai berkembang dan kekuasaan Islam makin melebar, Rasulullah mulai mengangkat sahabat-sahabatnya untuk menjalankan kekuasaan di bidang peradilan di berbagai tempat. Dasar hukum, keadilan dapat ditegakkan antara lain melalui lembaga-lembaga peradilan yang dibentuk sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat, keharusan adanya lembaga peradilan dalam Islam, terdapat dalam firman Allah SWT; ي ا د او د ا نا ج ع لن اك خ ل ي ف ة ف ي الا ر ض فاح كم ب ي ن ال ناس ب ا لح ق... (٢٦) Artinya: Hai Dawud, sesungguhnya kami menjadikan kamu sebagai khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil (Qs. Shad: 36) 4 3 Undang-undang No 5 Tahun 1986, Pasal 47 4 Departemen Agama RI, Al Qur an Dan Terjemahnya, hal 363

70 Selain ayat di atas keharusan tentang adanya lembaga peradilan dalam Islam terdapat pula dalam surat An Nisa ayat 6 surat Al Ma idah ayat 44, 45, 47, 49. Sedangkan di dalam As Sunnah diberitakan bahwa Rasulullah SAW sangat memuji kepada setiap Hakim yang diangkat kemudian menjalankan peradilannya secara baik dan benar dengan sabdanya; ا ذا ج ت ه د ا لح اك م ف ا ص اب ف له ا جر ان و ا ن اج ت ه د ف ا خ ط ا ف له اج ر. Artinya: Apabila hakim berijtihad lalu benar, maka baginya dua pahala, dan apabila ia berijtihad kemudian salah, maka baginya satu pahala 5 Di dalam Islam dikenal beberapa lembaga kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Al-Qod}o, kekuasaan Al-H}isbah, Kekuasaan Al-Maz{a>lim. Lembaga Al- Qod}o, berwenang menyelesaikan perkara-perkara Madaniyat dan al-ahwal asysyakhsiyah (masalah keperdataan) termasuk di dalamnya masalah keluarga dan masalah jinayat (tindak pidana). H}isbah adalah kantor di mana pejabatnya yang disebut Muh}tasib mempunyai tugas mengajak pada kebaikan dan mencegah kejahatan (menerapkan kode etik Islam). Berdasarkan uraian di atas bisa kita simpulkan bahwa kewenangan hakim menurut pasal-pasal yang telah disampaikan di atas, tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan merupakan suatu anjuran. Dalam kaitannya dengan fiqh siyasah, kewenangan Hakim Tata Usaha Negara ini adalah mengenai pengaturan dan pengurusan kehidupan manusia dalam bernegara demi mencapai kemaslahatan manusia itu sendiri. 5 A.Hadan, Terjemah Bulughul Maram, hal 638

71 Apabila kita melihat tujuan diciptakannya Peradilan Tata Usaha Negara yang disebutkan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul antara pemerintah dan warganya, yakni sengketa yang timbul sebagai akibat dari adanya tindakan-tindakan pemerintah yang dianggap melanggar hak-hak warganya, dan secara umum tujuan pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara adalah: 1. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber dari hak-hak individu. 2. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan kepada kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut. Sengketa dalam hal administrasi Negara atau Tata Usaha Negara ini lahir karena adanya atau dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara. Unsur-unsur pengertian istilah Keputusan Tata Usaha Negara sebagai obyek sengketa Tata Usaha Negara menurut UU No.5 tahun 1986 ialah: 6 a. Penetapan tertulis Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Merupakan suatu Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara menurut undang-undang ini apabila sudah jelas; (1) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mana yang mengeluarkannya. (2) Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu. 6 A Siti Soetani, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, hal 11-12

72 (3) Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya. b. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat di pusat dan daerah yang melakukan kegiatan yang bersifat eksekutif. c. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundangundangan. Tindakan hukum tata usaha negara adalah perbuatan hukum Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersumber pada suatu ketentuan hukum Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada orang lain. Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan ialah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah serta semua keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, yang juga bersifat mengikat secara umum. d. Bersifat konkrit, individual dan final. Bersifat konkrit artinya obyek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak abstrak, tetapi terwujud, tertentu atau dapat ditentukan. Bersifat individual artinya Keputusan Tata Usaha Negara tidak ditujukan untuk umum. Bersifat final artinya sudah definitive, dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum Keputusan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan

73 atau instansi lain belum bersifat final karenanya belum dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada pihak yang bersangkutan. e. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Menimbulkan akibat hukum artinya perbuatan hukum yang diwujudkan dalam pembuatan Keputusan Tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara itu dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada seseorang atau badan hukum perdata. Bidang-bidang yang akan banyak menimbulkan perkara-perkara tata usaha negara nantinya adalah 7, perizinan, masalah kepegawaian negeri, masalah keuangan negara, masalah perumahan dan pergedungan, masalah pajak, masalah cukai, masalah agraria, perfilman, pemeriksaan bahan makanan dan mutu barang, keselamatan kerja perusahaan, jaminan sosial, kesehatan rakyat, pengamanan rumah penginapan, keamanan toko, pasar, perawatan infrastruktur, lalu lintas jalan, penanggulangan sampah, pendidikan, perbankan, kejahatan komputer, HAM, dan lain-lain. Di dalam kasus-kasus seperti inilah ruang lingkup kewenangan hakim Tata Usaha Negara. Tinjauan Fiqh Siyasah atas keberadaan Keputusan Tata Usaha Negara ini bisa kita analisa dengan melakukan studi kelembagaan kekuasaan kehakiman yang ada di dalam Islam. Apabila dilihat dari dampak hukum dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara ini, maka Lembaga Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia ini 7 Victor Situmorang,Soedibyo, Pokok-Pokok Peradilan Tata Usaha Negara, hal 20

74 dapat disejajarkan dengan lembaga Al-Maz{a>lim di dalam Islam. Ini tidak terlepas dari keberadaan lembaga Al-Maz{a>lim itu sendiri yang berwenang memeriksa perkara penganiayaan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh penguasa, hakim ataupun anak dari pejabat yang sedang berkuasa. Lebih jelas bahwa perkara-perkara yang diperiksa oleh lembaga ini ada 10 macam, tapi berikut beberapa perkara yang ditangani lembaga Al-Maz{a>lim yang ada kemiripannya dengan wilayah Peradilan Tata Usaha Negara antara lain; 1. Penganiayaan para penguasa terhadap perorangan maupun golongan. 2. Kecurangan pegawai-pegawai yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat dan harta-harta kekayaan Negara yang lain. 3. Mengontrol/mengawasi keadaan para pejabat. 4. Mengembalikan pada rakyat harta-harta mereka yang dirampas oleh penguasa yang z}alim. 5. Meneliti dan memeriksa perkara-perkara yang mengenai maslahat umum yang tidak dapat dilaksanakan oleh petugas hisbah. Keputusan Tata Usaha Negara dikeluarkan oleh pejabat Keputusan Tata Usaha Negara atau pejabat pemerintahan, yang kemudian dapat berakibat pada tindakan hukum terhadap pihak-pihak yang terkait, yang tidak jarang keluarnya Keputusan Tata Usaha Negara ini didasari karena ada permainan uang atau maksudmaksud negative dari pejabat yang kemudian berdampak merugikan masyarakat. Hal

75 ini dapat diselaraskan dengan arti kesewenang-wenangan oleh penguasa yang dimaksud di dalam Al Maz}a>lim. Tata Usaha Negara adalah administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik di pusat maupun daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan itu antara lain, seperti pendataan penduduk oleh Dinas kependudukan, penyelenggaraan pendidikan oleh Dinas Pendidikan, dan masalah-masalah Tata Usaha yang lain seperti, perizinan, keuangan Negara, pajak, kesehatan rakyat, pengelolaan sumber daya, dan lain-lain. Apabila dilihat dari obyek Tata Usaha Negara itu sendiri, lembaga kehakiman Islam yang salah satu tugasnya mengatur masalah-masalah administrasi Negara di antaranya, memberikan perlindungan dan menanggung kehidupan anakanak, tidak melukai hak-hak para tetangga, menekankan para pemilik hewan untuk memberikan makan, mengawasi transaksi pasar, jalan-jalan umum dan penarikan pajak, dan lain-lain, yaitu lembaga h}isbah Dasar hukum kehadiran lembaga h}isbah ini adalah sunnah, termasuk kategori sunnah fi liyah atau perbuatan Nabi Saw sendiri yang menemukan tindak kecurangan di pasar. Lembaga Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia ini dapat disejajarkan dengan lembaga Al-Maz{a>lim di dalam Islam. Ini tidak terlepas dari keberadaan lembaga Al-Maz{a>lim itu sendiri yang berwenang memeriksa perkara penganiayaan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh penguasa, hakim ataupun anak dari pejabat yang sedang berkuasa. Lebih jelas bahwa perkara-perkara yang diperiksa

76 oleh lembaga ini ada 10 macam, tapi berikut beberapa perkara yang ditangani lembaga Al-Maz{a>lim yang ada kemiripannya dengan wilayah Peradilan Tata Usaha Negara antara lain; 1. Penganiayaan para penguasa terhadap perorangan maupun golongan. 2. Kecurangan pegawai-pegawai yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat dan harta-harta kekayaan Negara yang lain. 3. Mengontrol/mengawasi keadaan para pejabat. 4. Mengembalikan pada rakyat harta-harta mereka yang dirampas oleh penguasa yang z}alim. 5. Meneliti dan memeriksa perkara-perkara yang mengenai maslahat umum yang tidak dapat dilaksanakan oleh petugas h}isbah.