14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan waktu pengambilan sampel per 10 hari dengan 3 kali ulangan. Percobaan rumah kaca dilaksanakan di rumah plastik yang berada di belakang Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pupuk MTA, analisis urin dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, dan Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan rumah kaca berlangsung selama bulan Desember 2010 Juni 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu contoh urin kambing Kacang yang diambil dari peternakan kambing di Sentul dan Latosol Darmaga yang diambil dari kebun percobaan Cikabayan, Bogor sebagai media tanam. Pupuk yang digunakan diantaranya berupa urea, ZA, pupuk GDP, GDL, Gandasil D, dan MTA. Pupuk GDP dan GDL adalah pupuk yang dikembangkan oleh staf pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan belum tersedia di pasaran. Pupuk Gandasil D adalah pupuk yang digunakan untuk daun dan sudah tersedia di pasaran. Pupuk MTA adalah pupuk yang dikembangkan oleh penulis yang dibuat berdasarkan kandungan hara pada urin kambing Kacang. Benih yang digunakan adalah benih caisim. Bahan bahan kimia di laboratorium digunakan untuk menganalisis tanaman dan pembuatan pupuk MTA. Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah dan pengeringan terdiri dari: cangkul, skop, karung, penumbuk tanah, saringan 5 mm, plastik. Alat yang digunakan di rumah kaca terdiri dari: polybag, label, timbangan, ember, botol semprot, kamera, dan alat tulis. Alat yang digunakan untuk analisis kadar hara urin, pembuatan pupuk MTA dan analisis tanaman adalah gelas ukur, gelas piala, oven, pipet volumetrik 5 ml, pipet volumetrik 1 ml, grinder tanaman,
15 mortar, labu Kjeldahl, destilator, Spectrophotometer, Flamephotometer, EC meter, ph meter, dan. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Analisis Urin Kambing Kacang Penelitian pendahuluan ini terdiri dari pengambilan contoh urin kambing Kacang yang diambil dari peternakan kambing di Sentul. Urin tersebut kemudian dianalisis meliputi pengukuran ph, pengukuran EC, kandungan N-Total, nitrat (NO - 3 ), amonium (NH + 4 ), P, K, Fe, Cu, Zn, Mn, Ca, dan Mg. Tabel 2 berikut menunjukkan metode analisis yang dilakukan untuk setiap kandungan hara urin yang dianalisis. Tabel 2. Metode Analisis Kandungan Hara Urin Parameter Urin Metode Analisis Pengukuran ph ph meter Kandungan N-Total Kjeldahl Pengukuran EC EC meter Kandungan nitrat (NO - 3 ) FIASTAR 5000 Kandungan amonium (NH + 4 ) FIASTAR 5000 Kandungan phospor (P) Spectrophotometer Kandungan kalium (K) Flamephotometer Kandungan besi (Fe) Kandungan tembaga (Cu) Kandungan seng (Zn) Kandungan mangan (Mn) Kandungan kalsium (Ca) Kandungan magnesium (Mg) 3.3.2. Pembuatan Pupuk MTA Berdasarkan hasil analisis maka didapatkan standar kandungan hara dalam urin kambing Kacang. Pembuatan pupuk cair MTA berpedoman pada jumlah kandungan hara yang terdapat pada urin kambing namun dalam proses peniruannya tidak sama 100% yaitu terdapat perbedaan kadar hara pada unsur hara P, K, dan Fe. Pupuk cair sebagai pupuk daun yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 jenis mencakup 1 pupuk organik cair (pupuk cair urin kambing Kacang) dan 4 pupuk anorganik (pupuk MTA, GDP, GDL, dan Gandasil D). Masingmasing memiliki kandungan hara yang berbeda. Tabel 3 berikut ini menunjukkan kandungan hara dari masing-masing pupuk cair.
16 Tabel 3. Kandungan Hara Pupuk Daun Anorganik Pupuk Daun Kandungan Hara (%) N P K Unsur Tambahan Pupuk MTA 2,80 0,30 0,36 Unsur mikro Pupuk GDP 10,00 6,00 11,00 Mg 0,5% + Unsur mikro Pupuk GDL 1,20 1,00 1,80 Unsur mikro Pupuk Gandasil D 14,00 5,24 11,57 Unsur mikro 3.3.3. Rancangan Percobaan Percobaan pot di rumah plastik merupakan percobaan faktor tunggal dengan 6 perlakuan dengan 3 ulangan sehingga jumlah satuan percobaan sebanyak 18. Rancangan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang diperuntukkan untuk pengujian efektivitas pupuk daun ini meliputi: 1. Kontrol (K) 2. Pupuk MTA (PA) 3. Pupuk GDP (PB) 4. Pupuk GDL (PC) 5. Pupuk Gandasil D (PG) 6. Pupuk Urin Kambing Kacang (PU) Dosis masing-masing pupuk cair yang diberikan pada tanaman disajikan pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Dosis Pupuk Cair untuk Setiap Perlakuan Percobaan Perlakuan Kontrol (K) Pupuk MTA (PA) Pupuk GDP (PB) Pupuk GDL (PC) Pupuk Gandasil D (PG) Pupuk Urin Kambing Kacang (PU) Dosis Semprot/Polybag Dalam pengolahan data menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) (program SPSS 16) dan apabila berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf α = 5%.
17 3.3.4. Penanaman 1. Persiapan Media Tanam Bahan tanah yang digunakan adalah Latosol Darmaga yang berasal dari lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor. Pengambilan tanah pada dilakukan pada kedalaman 0-20 cm lalu dikering udarakan selama 1 hari, lalu diayak dengan ayakan 5 mm. Tanah yang sudah diayak kemudian dimasukkan ke polybag sebanyak 5 kg BKM pada 18 pot. Bahan tanah yang sudah berada di dalam pot ditambah dengan 0,75 g Urea/pot dan 0,5 g ZA/pot. 2. Penanaman dan Pemeliharaan Penanaman caisim diawali dengan penyemaian. Benih tanaman caisim terlebih dahulu ditanam di persemaian dalam bedengan kecil atau tray selama kurang lebih 2 minggu. Benih tanaman dipindahkan ke pot setelah muncul daun sebanyak 4 buah. Tanaman caisim yang dipindahkan ke pot berjumlah tiga tanaman per pot. Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari (pagi dan sore) untuk menjaga ketersediaan air bagi tanaman, sedangkan pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan cara menyemprotkan pupuk cair ke bagian bawah daun tanaman. Selain itu, dilakukan penyemprotan pestisida dengan menggunakan Decis dan Kelthane. Penyemprotan dilakukan secara bergilir setiap 3 hari setelah penanaman untuk masing-masing pestisida. 3. Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan vegetatif dan produksi. Variabel pertumbuhan tanaman yang diamati adalah tinggi tanaman dan banyaknya helaian daun. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai dengan ujung daun tertinggi setelah diluruskan. Variabel produksi tanaman yang diukur terdiri dari bobot basah dan bobot kering tanaman. 4. Pemanenan Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah masa tanam. Biomassa tanaman yang berupa akar, daun, dan batang dicuci hingga bersih untuk dilakukan penimbangan berat basah, berat kering dan analisis
18 tanaman. Analisis yang dilakukan pada biomassa tanaman meliput penetapan kadar hara N, P, K, Ca dan Mg total. 3.4. Metode Penilaian Efisiensi Pupuk Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) metode perhitungan efisiensi pupuk dapat digunakan untuk menilai sampai sejauh mana tanaman dapat memanfaatkan unsur hara yang telah diserap untuk berproduksi lebih tinggi tanpa menambah hara yang diperlukan. Perhitungan efisiensi pupuk berdasarkan rumus berikut ini. Efisiensi Pupuk (%) = Serapan Hara Perlakuan Serapan Hara Kontrol x 100% Dosis Pupuk yang Diberikan