KARAKTERISTIK PEMAHAMAN MAHASISWA TENTANG PERSAMAAN PARABOLA DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO

dokumen-dokumen yang mirip
ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd.

PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

KARAKTERISTIK ANTISIPASI ANALITIK SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN SOAL INTEGRAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang

Tingkat-tingkat Berpikir Mahasiswa... (M. Andy Rudhito)

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika pada mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI LINGKARAN DI MAN DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

Taksonomi Solo dalam Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Geometri Bagi Mahasiswa PGSD. (Daitin Tarigan) PENERAPAN IPTEKS

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016:

MEMBANGUN PEMAHAMAN YANG LENGKAP (COMPLETELY UNDERSTANDING) DALAM PEMBELAJARAN KONSEP GRUP

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

KOMPLEKSITAS PERTANYAAN DALAM CONTOH-CONTOH SOAL BUKU TEKS MATEMATIKA KELAS VII SMP/MTs SEMESTER I BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

STRUKTUR KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS X PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Respon Siswa Terhadap Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

MENGGUNAKAN MIND WEB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA. Index Term- Mind Web, understanding of mathematical concepts

Proses Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Aljabar Berdasarkan Taksonomi SOLO

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BERPIKIR ALJABAR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SEPTIANA RATNANINGSIH

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROSIDING ISSN:

ARTIKEL PENELITIAN RINI APRIANTI NIM : F

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

IDENTIFIKASI PENGUASAAN KONSEP TEKANAN ZAT CAIR SISWA SMP BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO. *

BERPIKIR ALJABAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

STUDI KASUS: KARAKTERISTIK ANTISIPASI EKSPLORATIF

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA. Thesa Kandaga Universitas Pasundan

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU VARIABEL DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Maharani Dewi Septriana 11, Hobri 12, Arif Fatahillah 13

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATERI KULIAH GEOMETRI ANALITIK DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI PONTIANAK

PROSES METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

PENALARAN PROPORSIONAL SISWA KELAS VII Yandika Nugraha 1, Imam Sujadi, Pangadi 2

ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI THE STRUCTURE OF OBSERVED LEARNING OUTCOME PADA MATERI KONSEP LARUTAN PENYANGGA

Unnes Journal of Mathematics Education Research

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

Analisis Respon Siswa (Nur Hidayati, Zuliawati) 73

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

BAB I PENDAHULUAN. harus memberikan kesempatan pada setiap individu untuk mampu

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

SILABUS PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA (GD 201 / 2 SKS) SEMESTER GANJIL (7) Disusun oleh : Drs. Yusuf Suryana, M.Pd

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR?

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PROSES BERPIKIR ARITMETIKA DAN BERPIKIR ALJABAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL (UN) MATEMATIKA SMK TAHUN AJARAN 2011/2012 BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI,

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DIKAJI DARI REPRESENTASI MATEMATIS DALAM MATERI FUNGSI KUADRAT DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ISSN: X 55 EFEKTIVITAS BAHAN AJAR YANG DIKEMBANGKAN DENGAN TAKSONOMI SOLO SUPERITEM UNTUK PROSES PENALARAN MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

Harlan Mardiyan * ), Delsi K ** ), Lita Lovia ** )

SELING Jurnal Program Studi PGRA ISSN (Print): ; ISSN (Online): X Volume 4 Nomor 1 Januari 2018 P

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

Kata Kunci : Taksonomi SOLO, Literasi Matematika, Grafik Fungsi Trigonometri

ASOSIASI ANTARA KONEKSI MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Abd. Qohar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

Pemahaman Mahasiswa terhadap Konsep Medan Listrik. Muhamad Yusup Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Sriwijaya

Transkripsi:

JPPM Vol. 9 No. 2 (2016) KARAKTERISTIK PEMAHAMAN MAHASISWA TENTANG PERSAMAAN PARABOLA DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO Indiana Marethi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa indianamarethi@gmail.com ABSTRACT Parabolic equation is a mathematical concept in analytic geometry associated with other mathematical concepts. Related understanding parabolic equation giving the material is able to be an indicator of a sequel. This article aims to measure student understanding of parabolic equations by using SOLO Taxonomy. The research was conducted on students of Semester 3 Mathematics Education Academic Year 2015-2016 at the University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten. The instrument used in this study is a matter of understanding the parabolic equation, namely: Specified a parabolic equation y = x2-x-6. Write down all the all the properties / characteristics of the parabola, and then draw the graph. The results showed that the students understanding of parabolic equations can be characterized using SOLO Taxonomy. And the characteristics of the parabola of the most widely known of these is the direction parabola equation parabola. Keywords: Understanding, Equation Parabola, SOLO Taxonomy ABSTRAK Persamaan parabola merupakan konsep matematika pada geometri analitik yang berhubungan dengan konsep matematika lainnya. Pemahaman terkait persamaan parabola mampu menjadi indikator pemberian materi lanjutannya. Artikel ini bertujuan mengukur pemahaman mahasiswa tentang persamaan parabola dengan menggunakan Taksonomi SOLO. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Semester 3 Program Studi Pendidikan Matematika Tahun Ajaran 2015-2016 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan soal pemahaman terhadap persamaan parabola, yaitu: Ditentukan suatu persamaan parabola y=x 2 -x-6. Tuliskan semua semua sifat/karakteristik dari parabola tersebut, kemudian gambarkan grafiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa tentang persamaan parabola dapat dikarakteristik dengan menggunakan Taksonomi SOLO. Dan karakteristik parabola yang paling banyak disebut tentang persamaan parabola ini ialah arah parabola. Kata Kunci : Pemahaman, Persamaan Parabola, Taksonomi SOLO A. PENDAHULUAN Dalam melaksanakan pembelajaran matematika haruslah mengacu pada prinsipprinsip pembelajaran sehingga menghasilkan pembelajaran yang berkualitas baik. Berdasarkan dokumen dari National Council of Teacher Mathematics yang berada di Amerika Serikat, terdapat 6 prinsip dasar dalam pembelajaran matematika sekolah: equity, learning, curriculum, assessment, teaching dan technology. Pada prinsip learning, siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, serta aktif membangun pengetahuan dari pengalaman dan pengetahuan-awal (NCTM, 2000). Walaupun prinsip-prinsip tersebut dikaji pada pembelajaran di sekolah, akan tetapi relevan diterapkan pada pembelajaran matematika di perguruan tinggi. Prinsip learning tersebut dilandasi pada dua ide dasar. Pertama, belajar dengan 290

Indiana Marethi pemahaman merupakan sesuatu yang penting, karena pembelajaran matematika sekarang ini tidak hanya memerlukan keterampilan menghitung, tetapi juga kemampuan bepikir dan bernalar matematis untuk memecahkan masalah dan belajar ide baru yang akan ditemui pada masa yang akan datang. Kedua, prinsip tersebut mengidikasikan bahwa siswa dapat belajar matematika dengan baik apabila dibarengi dengan pemahaman yang baik pula (Van de Walle, 2007). Oleh karena itu, pembelajaran matematika haruslah memperhatikan pemhaman matematika. Demikian pula kajian yang dilakukan oleh National Research Council yang menyatakan bahwa kemahiran matematika (mathematical proficiency) terdiri dari 5 simpul yang saling terkait, yaitu (1) understanding mathematics; (2) computing fluently; (3) applying concepts to solve problems; (4) reasoning logically; dan (5) engaging with mathematics, seeing it as sensible, useful, and doable (Jeremy Kilpatrick & Jane Swafford. 2002). Pemahaman ditempatkan pada simpul yang pertama, hal ini menandakan bahwa pemahaman matematika berpengaruh besar pada kemahiran matematika siswa. Begitu pula di Indonesia, dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006) menyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan sesuatu yang esensial (Van de Walle, 2007). Menurut Skemp (1976), pemahaman (understanding) terdiri dari pemahaman relasional dan pemahaman instrumental. Pemahaman relasional diartikan sebagai knowing both what to do and why, sedangkan pemahaman instrumental sebagai rules without reason. Dalam kaitannya dengan tema persamaan parabola, pemahaman relasional diindikasikan bahwa mahasiswa mampu menemukan panjang latus rectum suatu parabola dengan menyampaikan alasan, sedangkan pemahaman instrumental hanya menggunakan rumus tanpa menhubungkan dengan fakta lainnya. Seperti jawaban mahasiswa berikut, yang menyatakan bahwa panjang latus rectum 4 satuan, padahal grafik yang dibuat sendiri tidak menunjukkan demikian. Gambar 1. Pemahaman Instrumental Mahasiswa Terkait Latus Rectum Parabola 291

Karakteristik Pemahaman Mahasiswa Barmby dkk. (2007) mengemukakan bahwa to understand mathematics is to make connections between mental representations of mathematical concept. Memahami matematika sangat berkaitan erat dengan representasi mental dari suatu konsep. Misalnya saja, konsep parabola dalam matematika dapat direpresentasikan dengan persamaan, sketsa grafik, ataupun fungsi. Walaupun bentuknya berbeda, baik persamaan parabola, sketsa grafik ataupun fungsi memiliki tujuan yang sama dalam mengilustrasikan konsep parabola. Gambar 2. Representasi Grafik Parabola, Persamaan, dan Fungsi Kuadratik Selain itu, Barmby dkk. (2007) juga menyatakan understanding is the resulting network of representations assosciated with the mathematical concept. Dengan demikian, memahami persamaan parabola juga dihubungkan dengan memahami menggambar grafik dan fungsi dalam matematika. Grafik Titikfokus Titik puncak Latus Rectu m Parabo la Arah parabo la Garis Sumbu Simetri Garis Direktr is Gambar 3. Hubungan Konsep-Konsep Matematika Pada Persamaan Parabola Dalam mengukur pemahaman mahasiswa tentang konsep matematika, Hiebert dan Carpenter dalam Barmby dkk. (2007) memberikan beberapa cara yang memungkinkan, yaitu : (1) menganalisis kesalahan mahasiswa terkait konsep tersebut, (2) menganalisis hubungan yang dibuat mahasiswa antara simbol, prosedur, dan konsep lain yang berkaitan, (3) menganalisis antara prosedur simbolis dan situasi pemecahan masalah informal, dan (4) menganalisis hubungan yang dibuat antara sistem simbol. Peneliti lainnya, Biggs & Collis (1982) mendesain 292

Indiana Marethi taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) sebagai suatu alat evaluasi untuk mengukur kualitas respons siswa terhadap suatu tugas yang diberikan. Taksonomi tersebut terdiri dari lima jenjang, yaitu : pra-struktural, unistruktural, multi-struktural, relasional, dan extended abstract. Mahasiswa yang tidak menggunakan data yang terkait dalam menyelesaikan suatu tugas, atau tidak menggunakan data yang tidak terkait yang diberikan secara lengkap dikategorikan pada jenjang pra-struktural. Mahasiswa yang dapat menggunakan satu informasi dalam merespons suatu tugas dikategorikan pada uni-struktural. Mahasiswa yang dapat menggunakan beberapa informasi tetapi tidak dapat menghubungkannya secara bersama-sama menjadi kesatuan yang bermakna dikategorikan pada jenjang multistruktural. Mahasiswa yang dapat memadukan beberapa informasi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Semester 3 Program Studi Pendidikan Matematika Tahun Ajaran 2015-2016 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten. Alasan dilakukan pada mahasiswa tersebut ialah (1) Mahasiswa tersebut sedang mengambil mata kuliah Geometri Analitik (2) Mahasiswa tersebut lebih mudah dikelola oleh peneliti agar mengikuti prosedur penelitia yang direncanakan, sehingga data C. HASIL DAN PEMBAHASAN Artikel ini mengadopsi deskripsi Biggs & Collis (1982) dalam menggambarkan setiap jenjang dalam Taksonomi SOLO. Deskripsi tersebut sebagai berikut: (1) Mahasiswa yang tidak menggunakan data yang terkait dalam menyelesaikan suatu tugas, atau tidak menggunakan data yang tidak terkait yang diberikan secara lengkap dikategorikan pada jenjang pra-struktural, (2) Mahasiswa yang dapat menggunakan satu informasi dalam merespons suatu tugas dikategorikan dari suatu tugas dapat dikategorikan pada jenjang relasional. Mahasiswa yang dapat menghasilkan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru dapat dikategorikan pada jenjang extended abstract. Cara kedua yang dipaparkan oleh Hiebert dan Carpenter memiliki keterkaitan dengan Taksonomi SOLO. Taksonomi SOLO dapat berperan dalam menentukan kualitas respon mahasiswa terhadap masalah yang diberikan. Dalam pengertian lain, taksonomi SOLO dapat digunakan sebagai alat menentukan kualitas jawaban mahasiswa. Berdasarkan kualitas yang diperoleh dari hasil jawaban mahasiswa, selanjutnya dapat ditentukan ketercapaian pembelajaran yang dihasilkan. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan mengukur pemahaman mahasiswa tentang persamaan parabola dengan menggunakan Taksonomi SOLO. yang diperoleh merupakan cerminan pemahaman mahasiswa yang sebenarnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan soal pemahaman terhadap persamaan parabola, yaitu : Ditentukan suatu persamaan parabola y = x 2 x = 6. Tuliskan semua semua sifat/karakteristik dari parabola tersebut, kemudian gambarkan grafiknya. pada uni-struktural, (3) Mahasiswa yang dapat menggunakan beberapa informasi tetapi tidak dapat menghubungkannya secara bersama-sama dikategorikan pada jenjang multi-struktural, (4) Mahasiswa yang dapat memadukan beberapa informasi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian dari suatu tugas dikategorikan pada jenjang relasional, (5) Mahasiswa yang dapat menghasilkan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan 293

Karakteristik Pemahaman Mahasiswa untuk situasi baru dapat dikategorikan pada jenjang extended abstract. Disamping itu, tugas tidak dikerjakan oleh siswa secara tepat, dia tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugasnya, siswa itu adalah siswa prastruktural. Untuk mahasiwa unistruktural dan multistruktural, dapat mengerjakan tugas dengan menggunakan satu atau lebih aspek yang terkait, namun belum diintegrasikan. Bila aspek-aspek tersebut diintegrasikan secara koheren, maka mahasiswa tersebut tergolong dalam relasional. Jika integrasi tersebut dikonseptualisasi pada jenjang tinggi dengan cara abstraksi dan generalisasi untuk topik atau area baru, maka mahasiswa ini berada dalam jenjang extended abstract. Berikut paparan setiap jenjang dalam memahami persamaan parabola. Jenjang Prastruktural Pada jenjang pra-struktural, pemahaman mahasiswa terkait persamaan parabola diindikasikan dengan jawaban mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan menggunakan informasi yang tidak sesuai dengan yang diketahui di soal tugas. Seperti pada contoh lembar penyelesaian 2 mahasiswa pada Gambar 4. Mahasiswa tidak mampu menangkap informasi bahwa parabola yang akan dibentuk terbuka ke atas, padahal informasi ini merupakan informasi yang paling mudah ditentukan dengan hanya melihat persamaan parabola yang diberikan. Gambar 4. Respon Mahasiswa Terkait Persamaan Parabola Pada Jenjang Pra-struktural 294

Indiana Marethi Jenjang Unistruktural Pada jenjang uni-struktural, pemahaman mahasiswa terkait persamaan parabola diindikasikan dengan jawaban mahasiswa yang dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan menyebutkan satu informasi yang benar. Informasi terkait persamaan parabola tersebut ialah informasi tentang arah buka parabola. Seperti pada contoh lembar penyelesaian 2 mahasiswa pada Gambar 5. Mahasiswa hanya mampu menangkap informasi mahwa parabola yang akan dibentuk terbuka ke atas, dan masih mengalami kesalahan pada karakteristik parabola lainnya. Gambar 5. Respon Mahasiswa Terkait Persamaan Parabola Pada Jenjang Uni-struktural 295

Karakteristik Pemahaman Mahasiswa Jenjang Multistruktural Pada jenjang multi-struktural, pemahaman mahasiswa terkait persamaan parabola diindikasikan dengan jawaban mahasiswa yang dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan menyebutkan beberapa informasi yang benar. Informasi terkait persamaan parabola tersebut ialah informasi tentang arah buka parabola, titik puncak parabola, dan informasi persamaan garis direktris. Seperti pada contoh lembar penyelesaian 2 mahasiswa pada Gambar 6. Gambar 6. Respon Mahasiswa Terkait Persamaan Parabola Pada Jenjang Multistruktural 296

Indiana Marethi Jenjang Relasional Pada jenjang relasional, pemahaman mahasiswa terkait persamaan parabola diindikasikan dengan jawaban mahasiswa yang dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan menyebutkan beberapa informasi yang benar serta mampu memadukan beberapa informasi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian dari suatu tugas. Seperti pada contoh lembar penyelesaian 2 mahasiswa pada Gambar 7. Mahasiswa sudah mampu secara lengkap menangkap karakteristik parabola lainnya. Gambar 7. Respon Mahasiswa Terkait Persamaan Parabola Pada Jenjang Relasional 297

Karakteristik Pemahaman Mahasiswa Jenjang Extended-Abstract Pada jenjang extended-abstract, pemahaman mahasiswa terkait persamaan parabola diindikasikan dengan jawaban mahasiswa mampu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan menyebutkan beberapa informasi yang benar serta mampu memadukan beberapa informasi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian dari suatu tugas, dan dapat menghasilkan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru. Seperti pada contoh lembar penyelesaian 2 mahasiswa pada Gambar 8. Mahasiswa sudah mampu secara lengkap menangkap karakteristik parabola lainnya. Gambar 8. Respon Mahasiswa Terkait Persamaan Parabola Pada Jenjang Extended- Abstract D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan di atas, pemahaman mahasiswa tentang persamaan parabola dapat dikarakteristik dengan menggunakan Taksonomi SOLO. Pada jenjang pra-struktural, mahasiswa tidak mampu menangkap informasi mahwa parabola yang akan dibentuk terbuka ke atas, padahal informasi ini merupakan informasi yang paling mudah ditentukan dengan hanya melihat persamaan parabola yang diberikan. Pada jenjang uni-struktural, mahasiswa hanya mampu menangkap informasi mahwa parabola yang akan dibentuk terbuka ke atas, dan masih mengalami kesalahan pada karakteristik parabola lainnya. Pada jenjang multistruktural, informasi terkait persamaan parabola yang kebanyakan mahasiswa mampu menjawabnya ialah informasi tentang arah buka parabola, titik puncak parabola, dan informasi persamaan garis direktris. Pada jenjang relasional, mampu memadukan beberapa informasi tadi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian dari suatu tugas. Sedangkan pada jenjang extended-abstract, pemahaman mahasiswa dapat menghasilkan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru. 298

Indiana Marethi DAFTAR PUSTAKA Barmby, P., Harries, T., Higgins, S., and Suggate, J. 2007. How Can Assess Mathematical Understanding?. In Woo, J.H, Lew, H.C., Park, K.S. & Seo, D.Y. (Eds.) Proceeding of 31 st Conference of The International Group for the Psychology of Mathematics Education, Vol. 2, pp 41-48, Seoul: PME Biggs, J. & Collis, K.F. 1982. Evaluating the Quality of Learning: The SOLO Taxonomy. New York: Academic Press. Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas Kilpatrick, Jeremy and Swafford, Jane. 2002. Adding it-up : Helping Children Learn Mathematics. National Research Council. National Academy Press. Washington DC National Mathematics Advisory Panel. 2008. The Final Report of the National Mathematics Advisory Panel. U.S. Department of Education Skemp, R. (1976). Relational Understanding and Instrumental Understanding. Mathematics Teaching, 77, 20-26 Van de Walle, John A. 2007. Elementary and middle school mathematics : teaching developmentally 6th ed. Pearson Education, Inc. Boston. 299