II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. para ahli. Makna berasal dari bahasa Jerman meinen yang artinya ada di pikiran atau benar

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Untuk memberikan gambaran yang memperjelas permasalahan yang akan dibahas

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat Lampung Saibatin Marga Pugung Tampak di Kecamatan Pesisir Utara

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. terdengar istilah organisasi. Menurut Edgar H. Schein, organisasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian proses menurut Ariyono Soeyono (1985:335) dalam kamus Antropologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

II. TINJUAN PUSTAKA. Secara Etimologis kata Punyimbang berasal dari kata Pun dan Nyimbang, Pun

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

I. PENDAHULUAN. pengukuhan perpindahan status bujangan dan perawan menjadi orang yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tradisi adalah sebuah kata yang sangat akrab terdengar dan terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

PEMBAGIAN HARTA WARISAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

I. PENDAHULUAN. Lampung Pepadun yang berdialek nyow dan Lampung Saibatin yang berdialek

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

TRADISI MAKHAP DALAM PERKAWINAN ADAT PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON PENGGAWA V ULU KECAMATAN KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu dijadikan tuhan berpasang-pasangan. Begitupun manusia dijadikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini terdapat beberapa konsep yang diperkuat dengan pendapat para ahli,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Sikap Generasi Muda Terhadap Pelestarian Adat Perkawinan Lampung Pesisir. Oleh. (Azmi Fikron, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa)

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Provinsi Lampung memiliki dua masyarakat adat yaitu Lampung Saibatin (jurai saibatin) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

Masyarakat (1) Pengatar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

ANALISIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LAKI-LAKI TERTUA DALAM PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG SAIBATIN. (Lisa Hulen Handayani, Adelina Hasyim, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

ANGKET. B. Identitas Responden Nama/ Adek : Alamat : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Status : Pekerjaan :

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

UPAYA PELESTARIAN ADAT MELINTING DI LAMPUNG TIMUR TAHUN (Anggie Intan Lestari, Irawan Suntoro, M. Mona Adha) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan memiliki keragaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kedondong terbentuk pada tahun 1975 yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

1. PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pencarian Jodoh Muli Mekhanai Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata Pemilihan mempunyai arti proses atau cara perbuatan memilih. Sedangkan jodoh adalah orang yang cocok untuk menjadi suami atau istri. Jadi pemilihan jodoh adalah proses atau cara perbuatan untuk memilih orang yang cocok untuk dijadikan suami atau istri atau pasangan hidup, Ahimsa Putera (1997:xxviii) menerangkan bahwa pada kenyataannya yang masih berlaku pada daerah pedesaan adalah bahwa perkawinan terjadi karena kemauan orangtua atau kelompok kerabat kedua belah pihak. Oleh karena itu, dalam masyarakat Saibatin ditemukan dua cara Pergaulan dalam pemilihan jodoh yaitu dijodohkan dan tidak dijodohkan, (Imron, 2005:40). Muli mekhanai memiliki arti bujang dan gadis, dengan demikian konsep pencarian jodoh muli mekhanai dapat diartikan proses mencari atau memilih jodoh bujang gadis Lampung sesuai adat budaya Lampung. a. Penjodohan Ulun Saibatin mengenal cara perkawinan yang dijodohkan, cara perkawinan ini umumnya dianut oleh para keluarga bangsawan atau

11 punyimbang. Sistem penjodohannya diatur oleh kedua orangtua dan pimpinan-pimpinan adat kedua marga masing-masing yan dijodohkan. Perkawinan ini disebut ngeratu atau kawin batin. Ngeratu diartikan bahwa pangeran mengawinkan putera mahkota dengan perempuan dari anak pangeran marga lain. Demikian juga dengan anak-anak punyimbang lainnya dan hampir dapat dipastikan bahwa anak-anak tersebut telah dipastikan jodohnya oleh pemimpin adat. Perkawinan sistem penjodohan itu sebenarnya merupakan suatu sikap atau cara kehati-hatian para punyimbang untuk memilih pendamping pemimpinnya yang akan meneruskan estafet kepunyimbangan dalam keluarga (Imron, 2005:40). Adapun kriteria dalam pemilihan jodoh yang ideal secara hirarki mempertimbangkan beberapa aspek, seperti kebangsawanan, kehartawanan, kebudimanan, gunawan atau kegunaan dalam masyarakat, (Imron, 2005:40). b. Mencari jodoh sendiri Selain dengan penjodohan ada juga yang non penjodohan yaitu sistem pergaulan dan perkenalan bujang-gadis untuk mencari jodoh dalam tatanan kehidupan orang biasa, menuntut suatu perjuangan yang tidak mudah. Pemilihan jodoh dengan non penjodohan atau mencari sendiri pada orang Lampung Saibatin terdapat beberapa proses yaitu:pergaulan muda-mudi, perkenalan dan tempat bertemu dan penyampaian pesan, (Imron, 2005:63).

12 1) Pergaulan Muda-mudi Pergaulan antara bujang dan gadis pada orang Lampung diatur oleh kepala mekhanai yang disebut bujang dan kepala muli atau enton. 2) Perkenalan dan tempat bertemu Tempat perkenalan dan bertemu bujang gadis orang Lampung bisanya terjadi pada saat acara yang diperuntukkan bagi bujang gadis atau yang disebut dengan acara muli-meghanai atau sekuakhian. Adapun acara tersebut adalah acara tanam dan panen, acara nyambai, acara berzanji dan bediker, dan lain-lain. Setelah bujang gadis tersebut bertemu dan berkenalan pada acara tersebut maka dilanjutkan dengan pertemuan yang disebut manjau. Pengertian manjau yang sebenarnya adalah cara baertemu dan berkunjung ke rumah gadis yang sudah dikenal dalam rangka menjalin hubungan berumah tangga. Pada orang Lampung Saibatin ada dua cara manjau yaitu manjau diatas dan manjau di bah. 3) Penyampaian Pesan Setelah melalui tahapan awal menuju perkawinan, maka bujang-gadis yang akan membentuk rumah tangga baru harus melewati tahapan selanjutnya yaitu pemberitahuan kepada keluarganya atau dengan kata lain menyampaikan kepada kerabatnya seperti paman, bibi, atau kerabat mereka yang lain, yang kemudian disampaikan kepada orangtua mereka.

13 2. Konsep Orang Lampung Saibatin Dalam masyarakat Lampung Saibatin kata ulun biasanya digunakan sebagai pengganti kata orang atau masyarakat dan untuk menunjukkan identitas suatu suku, untuk itu sebelum beranjak pada konsep ulun Lampung Saibatin akan lebih baik kita mengetahi terlebih dahulu konsep masyarakat itu sendiri. Istilah paling lazim untuk menyebut kesatuan (kolektifitas) hidup manusia adalah masyarakat. Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari bahasa latin socius, yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal dari kata Arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Masyarakat pada kesatuan manusia tentunya memiliki ikatan-ikatan seperti interaksi diantara warganya, adanya ikatan adat istiadat khas Dalam kehidupannya dan berlangsung terus menerus, adanya rasa identitas antar warganya, adanya norma-norma atau huwkum dan aturan yang khas yang mengatur seluruh pola perilaku warganya. Berdasarkan uraian di atas, Koentjaraningrat (1986:146) mendefinisikan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas yang sama. Hal senada juga diungkapkan oleh Suprapto (1987:137) bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal disuatu daerah tertentu yang mempunyai aturan yang mengatur tata hidup mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. Masyarakat yang akan diteliti disini adalah masyarakat Kecamatan kedondong. Menurut Koentjaraningrat bahwa lahirnya masyarakat diawali dengan

14 hubungan tiap-tiap individu yang hanya mencakup kaum keluarga, kerabat dan tetangga dekat saja yang menjadi satu kesatuan. Masyarakat Kecamatan kedondong tentunya masyarakat yang memiliki hukum adat yang hidup dalam masyarakat yang erat hubungannya dengan perilaku budaya dan keagamaan masyarakat. Mengenai asal usul orang Lampung, bahwa mereka berasal dari Pagaruyung. Di dalam cerita rakyat cindur mato yang berhubungan juga dengan cerita rakyat di Lampung disebut bahwa pada suatu ketika Pagaruyung diserang musuh dari India. Penduduk setempat mengalami kekalahan karena musuh telah menggunakan senjata dari besi sedangkan rakyat masih menggunakan senjata dari nibung (ruyung). Selain itu menurut cerita rakyat Lampung suku Lampung berasal dari Sekala Berak yang sudah ada sejak abad ke-14, sedangkan suku Lampung yang mendiami Kecamatan Kedondong merupakan suku Lampung beradat Saibatin, yang biasa disebut juga masyarakat Lampung Pesisir atau Peminggir. Disebut masyarakat Pesisir atau Peminggir karena pada umumnya mereka berdiam di daerah-daerah tepi pantai atau pesisir pantai. Masyarakat Lampung adalah masyarakat yang berbahasa Lampung dan beradat budaya Lampung serta telah mendiami daerah ini sejak dulu. Masyarakat Lampung dilihat dari sistem kekerabatan adalah terdiri dari dua masyarakat yaitu pertama masyarakat Lampung beradat Saibatin dan masyarakat Lampung beradat Pepadun.

15 Pengertian masyarakat Lampung Saibatin adalah kelompok yang berusaha menjaga kemurnian darah dalam mendudukan seseorang pada jabatan adat, yang untuk kelompok masyarakat lazim disebut kepunyimbangan (Depdikbud, 1982/1983:22). Selanjutnya dijelaskan yang dimaksud dengan Saibatin adalah yang memimpin dengan ciri-ciri: a. Martabat kedudukan adat tetap, tidak ada upacara peralihan adat. b. Jenjang kedudukan saibatin tanpa tahta pepadun. c. Bentuk dan sistem perkawinan dengan jujur dan semanda. d. Pakaian adat hanya dimiliki dan dikuasai saibatin, siger (mahkota ) sebelah e. Kebanggaan keturunan hanya sebatas pada kerabat saibatin. f. Hubungan kekerabatan kurang akrab. g. Pengaruh agama Islam lebih kuat. h. Peradilan adat (dorpsjustitie) mulai melemah. (Hadikusuma, 1989:119) Sesuai penjelasan di atas, dapat diambil intisari bahwa orang Lampung berasal dari Pagaruyung berdasarkan cerita rakyat yang masih ada hubungannya dengan cerita rakyat Lampung. Selain itu orang Lampung berasal dari Sekala Berak yang terbagi menjadi Lampung beradat saibatin dan beradat Pepadun. Sehingga dari pengertian diatas dapat diambil intisari bahwa orang Lampung Saibatin adalah kelompok masyarakat adat yang berdiam di daerah pesisir pantai dan menjaga adat dengan menjaga kemurnian darah dalam kepunyimbangan. Orang Lampung Saibatin yang ada di Kecamatan Kedondong tentunya juga masih sangat berpegang teguh pada adat dan masih menjaga kemurnian darah dalam kepunyimbangan. 3. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan adalah hubungan berdasarkan pada model hubungan yang dipandang ada antara seorang ayah dengan anak serta antara seorang ibu

16 dengan anak (Keesing dalam Ali Imron, 2005:27). Kekerabatan yang dimaksud secara institusi menunjuk pada hubungan darah, perkawinan dan keturunan. Kekerabatan memiliki hubungan yang kuat karena mempunyai nenek moyang yang sama. Kelompok keturunan ini dapat bersifat patrilineal atau matrilineal. Hubungan masyarakat Lampung terdiri dari tiga kelompok kerabat (menyanak), yaitu kelompok wari (saudara), adik wari (saudara adik beradik), dan apak kemaman (paman sadara bapak), yang sepertalian darah, kelompok menulung kenubi (kerabat kemenakan dari saudara wanita sendiri atau dari bapak, serta kerabat bersaudara ibu), karena pertalian perkawinan kelompok kerabat mewari (bersaudra angkat) karena pertalian adat. Kesemuanya termasuk mirul, lakau, maru dan pesabaian merupakan kesatuan kerabat yang disebut menyanak wari (Hadikusuma, 1989:141). Hubungan kekerabatan yang positif nampak pada berlakunya adat bersakai sembayan antara keluarga yang satu dengan yang lain dalam menghadapi masalah bersama dalam suasana senang ataupun susah. Misalnya dalam mengurus keluarga sakit pengobatan, wafat, mengurus dan memelihara janda dan anak-anak yatim atau anggota keluarga yang susah hidupnya, membantu anak kemenakan yang untuk melanjutkan pendidikannya dan mengurus upacara-upacara adat khitanan ataupun perkawinan. B. Kerangka Pikir Seperti yang telah diungkapkan pada uraian terdahulu, bahwa pemilihan jodoh adalah proses atau cara perbuatan untuk memilih orang yang cocok untuk

17 dijadikan suami atau istri atau pasangan hidup. Dalam masyarakat Saibatin ditemukan dua cara pergaulan dalam pemilihan jodoh yaitu dijodohkan dan tidak dijodohkan. Dalam pemilihan jodoh dengan tidak dijodohkan atau mencari sendiri ini terdapat beberapa proses yaitu adanya pergaulan muda-mudi, mencari jodoh, tempat bertemu atau pacaran dan penyampaian pesan. C. Paradigama pemilihan jodoh dengan tidak dijodohkan atau mencari sendiri pada orang Lampung Saibatin di Kecamatan Kedondondong Kabupaten Pesawaran. Pemilihan jodoh masyarakat lampung Saibatin Proses Perkenalan dan Tempat bertemu Pacaran dan menetapkan pilihan Penyampaian pesan Peminangan Keterangan: : Garis Kegiatan Gambar 2.1 Paradigma Penelitian