BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

PAKAN AYAM BURAS INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DKI JAKARTA 1996

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

TINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

TINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive)

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

Manajemen Pakan pada Itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang. pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Ayam lokal merupakan ayam hasil domestikasi dari ayam hutan (Gallus gallus). Jenis-jenis ayam lokal di Indonesia sangat beragam, baik ayam lokal asli maupun hasil dari adaptasi. Ayam lokal dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak memiliki karakteristik khusus disebut dengan ayam kampung. Beberapa contoh ayam lokal Indonesia yaitu, pelung, nagrak, gaok, sedayu, kedu hitam, kedu putih, nunukan, wareng, bangkok, ayam sumatra, ayam kampung dan lain sebagainya. Ayam kampung merupakan ayam yang tidak memiliki karakteristik khusus. Umumnya masyarakat memelihara ayam kampung untuk diambil daging, telur maupun hanya sebagai tabungan karena diketahui bahwa harga ayam kampung lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ayam lokal adalah dengan perbaikkan mutu genetik, perbaikkan pakan, perbaikkan budidaya dan pengendalian penyakit (Nataamijaya, 2010). Ayam lokal persilangan merupakan ayam hasil persilangan dari ayam lokal jantan dengan ayam ras petelur. Persilangan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari ayam lokal. Persilangan dilakukan dengan menggabungkan beberapa sifat baik dari kedua ayam yang disilangkan, sehingga nantinya memperoleh keturunan yang lebih unggul dari tetuanya (Depison, 2009).

5 Produktivitas ayam lokal di Indonesia umumnya masih rendah, namun ayam ini lebih tahan terhadap virus dan penyakit. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ayam lokal adalah dengan perbaikkan mutu genetik. Perbaikkan mutu genetik ini dilakukan dengan melakukan persilangan pada ayam lokal, baik ayam lokal yang disilangkan dengan ayam lokal lain atau ayam lokal yang disilangkan dengan ayam ras. Beberapa ayam lokal yang pernah disilangkan yaitu ayam pelung jantan dengan ayam kampung betina yang dilakukan didaerah transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan serta persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur yang juga dilakukan di Sulawesi Selatan (Nataamijaya, 2010). Jenis ayam kampung jantan merupakan salah satu jenis ayam lokal yang banyak disilangkan dengan ayam ras petelur, selain itu terdapat ayam bangkok jantan yang disilangkan dengan ayam ras petelur, ayam ini sering disebut dengan ayam periskok (persilangan ras dan bangkok). Fase pertumbuhan ayam ras pedaging dikelompokan menjadi 2 kelompok umur, yaitu starter (0 3 minggu) dan finisher (3 6 minggu). Fase pertumbuhan ayam lokal pada umumnya yaitu dibagi menjadi 3 kelompok umur, yaitu starter (0 12 minggu), grower (12 22 minggu), dan layer (> 22 minggu) (Ketaren, 2010). Ayam lokal yang dimanfaatkan dagingnya dapat di panen pada umur 12 minggu. Terdapat dua fase pertumbuhan ayam lokal pedaging, yaitu fase starter (0 6 minggu) dimana pada fase ini pertumbuhan paling cepat, yang kedua adalah fase finisher (6 12 minggu), dimana pada fase ini pertumbuhan ayam dalam memperbaiki kualitas daging (Iskandar, 2006).

6 Ayam kampung yang dipelihara selama 0 10 minggu menghasilkan bobot badan akhir berkisar antara 383,33-620,75 g/ekor (Ariesta, 2015) serta menghasilkan bobot badan 771 g/ekor jika dipelihara selama 12 minggu (Sukmawati dkk., 2015). Ayam ras yang dipelihara selama 31 hari dapat menghasilkan bobot badan akhir 1.563 1.675 g/ekor (Sacranie dkk., 2012). Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang memiliki produktivitas lebih tinggi dari ayam lokal biasa. Ayam lokal persilangan memiliki pertumbuhan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan ayam lokal biasa, kondisi tersebut mengakibatkan umur potong ayam lokal persilangan lebih singkat dibandingkan dengan ayam lokal biasa. Umumnya ayam lokal persilangan memiliki pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang lebih baik dibandingkan ayam lokal biasa. Ayam lokal persilangan dapat dipanen pada umur 10 minggu (Kususiyah, 2011). 2.2. Sistem Pemberian Pakan Ayam Ada beberapa jenis program pemberian pakan untuk ayam, yang pertama yaitu pemberian pakan dengan kandungan protein yang rendah untuk menekan biaya pakan dan program pemberian pakan dengan kandungan protein yang tinggi untuk mengurangi kandungan lemak ayam. Program pemberian pakan yang banyak digunakan adalah sistem pemberian pakan dengan pembatasan pakan (Theodorou dan France, 2000). Sistem pemberian pakan untuk ayam dipengaruhi oleh tujuan produksi (Blair, 2008). Ada dua sistem pemberian pakan, yaitu

7 pemberian pakan dengan pembatasan (restriction system) dan pemberian pakan tanpa batas (ad libitum). 2.2.1. Pemberian pakan dengan pembatasan (restriction system). Program pembatasan pakan ini memiliki beberapa tujuan positif yaitu untuk memperbaiki efisiensi energi pada ayam, dan untuk mencegah terjadinya gangguan metabolisme akibat pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi ayam (Theodorou dan France, 2000). Sistem pemberian pakan dengan pembatasan ini dapat menurunkan angka konsumsi pakan dan angka pertambahan bobot badan. Pembatasan pemberian pakan akan menyebabkan penurunan konsumsi apabila dibandingkan dengan pemberian pakan ad libitum. Terbatasnya suplai nutrisi yang masuk kedalam tubuh ini mengakibatkan pertumbuhan menjadi tidak optimal, sehingga menghasilkan bobot badan yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang diberi pakan ad libitum. Kelebihan dari pemberian pakan sistem ini adalah tidak terjadi banyak penimbunan lemak pada tubuh ayam (Boostani dkk., 2010; Hassanien, 2011; Kusuma dkk., 2016). 2.2.2. Pemberian pakan tanpa batasan (ad libitum). Sistem pemberian pakan tanpa batasan memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dari sistem pemberian pakan ini adalah dapat menghasilkan bobot badan yang lebih tinggi dari ayam yang diberi makan dengan pembatasan pakan, karena asupan nutrisi yang masuk kedalam tubuh ayam lebih banyak. Kelemahan dari sistem pemberian pakan ini adalah konsumsi energi menjadi tidak

8 terbatasi, sehingga mendorong meningkatnya timbunan lemak pada tubuh ayam (Kusuma dkk., 2016). Pemberian pakan tanpa batas dapat mengakibatkan konsumsi pakan menjadi berlebih dan meningkatkan angka konversi pakan. Selain itu pemberian pakan tanpa batas ini dapat mengakibatkan kelebihan energi pakan yang dikonsumsi sehingga kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk lemak yang terakumulasi di lemak abdominal (Muharlien dkk., 2010). Sistem pemberian pakan tanpa batas pada ayam dapat dilakukan dengan cara bebas memilih, dimana ayam dapat memilih pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisinya. Sistem pemberian pakan bebas memilih ini banyak digunakan di peternakan unggas pada masa lalu, dimana ayam dibiarkan memilih pakan yang tersedia di lapangan terbuka. Prinsip dari sistem ini adalah unggas memiliki kesempatan untuk memilih berbagai bahan pakan yang disediakan serta unggas dapat menyesuaikan pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisinya dan kebutuhan produksi unggas (Blair, 2008). Pemberian pakan dengan cara bebas memilih, biasanya satu tempat pakan diisi dengan satu macam bahan pakan. Ayam akan mengkonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan dan kegemaran (Widodo, 2010). Pemberian pakan dengan sistem ini memungkinkan unggas untuk mengkonsumsi bahan pakan yang memiliki palatabilitas tinggi. Unggas yang terlalu banyak mengkonsumsi jagung menyebabkan peningkatan bantalan lemak dan penurunan pertambahan otot (Rack dkk., 2009). Pemberian pakan bebas memilih ini bahan pakan diletakan pada tempat pakan yang berbeda-beda dan diberikan pada waktu yang sama (Arroyo dkk., 2014).

9 Pemberian pakan bebas memilih merupakan salah satu metode alternatif dimana pakan yang disediakan untuk ayam disediakan secara terpisah, metode ini didasarkan pada prinsip bahwa unggas dapat menyesuaikan kebutuhan nutrisinya sendiri. Sistem pemberian pakan bebas memilih dapat digunakan untuk menekan biaya pakan, dan lebih cocok digunakan untuk usaha peternakan kecil sampai menengah (Fanatico dkk., 2013). Pada pemberian pakan dengan sistem bebas memilih, ayam yang diberi pakan bebas memilih mengkonsumsi pakan dengan energi yang tinggi dan protein yang lebih rendah dari kandungan nutrisi pakan pada ransum komersial (Catanese dkk., 2015). 2.3. Kebutuhan Nutrisi Ayam lokal memiliki kebutuhan nutrisi yang bervariasi, setiap jenisnya memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda (Nataamijaya, 2010). Pada penelitian ayam kampung yang pernah dilakukan oleh Abun dkk. (2007) menggunakan kandungan protein kasar 20% dan energi metabolis 2.900 kkal/kg, Nurdianto dkk. (2015) menggunakan kandungan potein kasar 15 16% dan energi metabolis 3.000 kkal/kg, Trisiwi (2016) menggunakan kandungan protein kasar 16,58% - 22,00% dan energi metabolis 3.000 3.061 kkal/kg, serta penelitian yang pernah dilakukan Kususiyah (2011) yang menggunakan pakan ayam lokal persilangan dengan kandungan protein kasar 17%. Protein dan energi metabolis merupakan zat nutrisi pakan yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Protein sangat dibutuhkan untuk ternak, karena berperan dalam pembentukan bulu dan produksi telur, serta mensintesis jaringan tubuh atau

10 daging. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi unggas yaitu genetik, umur, jenis kelamin, status reproduksi, temperatur lingkungan, sistem kandang, status kesehatan, dan tujuan produksi (Widodo, 2010). Fungsi energi yaitu untuk hidup pokok, untuk kerja, diubah menjadi panas, disimpan dalam jaringan tubuh, sedangkan energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak. Energi dibutuhkan untuk mempertahankan hidup baik pada periode pertumbuhan maupun pada periode produksi. Unggas tetap membutuhkan energi meskipun dalam keadaan istirahat atau saat tidak melakukan aktivitas apapun. Energi yang digunakan untuk aktifitas tergantung pada keaktifan unggas tersebut. Kebutuhan energi masing-masing unggas berbeda, salah satu yang menjadi pembeda adalah aktifitas dari unggas tersebut (Wahju, 2004). Perbedaan tingkat protein dalam pakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap performans ayam pada masa starter. Tingkat protein pakan yang rendah pada pakan ayam fase starter akan menurunkan performans ayam. Peningkatan kadar protein pakan, akan meningkatkan kinerja pertumbuhan dan karakteristik karkas. Kandungan energi pada pakan diketahui dapat memperbaiki efisiensi pakan. Semakin tinggi tingkat energi pakan, maka efisiensi akan semakin baik (Arabi, 2015). Ayam akan menghasilkan bobot badan dan konversi yang baik apabila diberi pakan dengan imbangan protein dan energi yang sesuai dengan kebutuhan nutrisinya (Kamran dkk., 2008). Pembuatan ransum untuk ayam tidak hanya berpatokan dengan kebutuhan energi dan proteinnya saja, namun juga harus memperhatikan imbangan asam aminonya. Lisin merupakan asam amino esensial yang berfungsi untuk memproduksi daging. Penambahan lisin pada pakan dapat

11 meningkatkan kualitas ransum dan dapat meningkatkan bobot badan ayam. Defisiensi lisin dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan penurunan bobot badan ayam (Yuniza dkk., 2011). Kebutuhan nutrisi ayam tidak hanya berpatokan pada kebutuhan protein dan energinya saja, namun juga harus memperhatikan kebutuhan asam amino berupa lisin dan metionin, serta Ca dan P. Protein digunakan sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan tubuh. Asam amino dibagi menjadi dua jenis yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino yang sangat perlu diperhatikan dalam pakan ayam adalah asam amino lisin dan asam amino metionin. Kebutuhan asam amino dan protein sering dinyatakan dalam bentuk persen (%) atau g/ekor/hari. Kebutuhan energi pada unggas biasanya dinyatakan dalam bentuk kilo kalori energi metabolis/kg pakan (kkal EM/kg) atau kalori/ekor/hari. Selain itu, ayam juga membutuhkan lemak, vitamin, mineral dan air untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya. Unggas tidak akan bisa tumbuh apabila tidak diberi air. Kekurangan air juga dapat mengakibatkan kematian (Ketaren, 2010). Pakan dengan level asam amino yang tinggi membutuhkan biaya pakan yang lebih tinggi daripada pakan dengan level asam amino yang rendah. Menurunkan kadar asam amino dalam pakan, dapat menurunkan biaya pakan. Namun pemberian pakan dengan level asam amino yang tinggi dapat meningkatkan performans dan kualitas karkas. Keputusan untuk menaikkan kadar asam amino dalam pakan tergantung pada biaya pakan dan harga daging dipasaran. Pakan dengan tingkat asam amino yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap

12 konsumsi pakan, namun berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam. Tingkat lisin dan metionin yang tinggi dalam pakan dapat menurunkan angka konversi pakan. Tingkat asam amino yang tinggi dapat mempermudah ayam dalam mengubah pakan menjadi jaringan-jaringan tubuh (Zhai dkk., 2016). 2.4. Bahan Pakan Sumber Energi Pakan sumber energi yaitu bahan pakan yang memiliki kandungan protein kasar kurang dari 20%, kandungan serat kasar kurang dari 18%. Contoh dari bahan pakan sumber energi adalah biji-bijian, limbah penggilingan, kacangkacangan (Hartadi, 1980). Bahan pakan sumber energi digunakan untuk hidup, berdiri, berjalan, makan, tidur, bereproduksi, dan untuk mendukung semua aktivitas ayam. Bahan pakan sumber energi diantaranya yaitu jagung, sorgum, gandum, menir, ubi kayu, dedak polar, dan sagu (Ketaren, 2010). 2.4.1. Jagung Jagung adalah sumber energi yang sering digunakan sebagai ransum karena harganya yang murah, selain itu, bahan pakan ini juga mengandung karoten. Jagung memiliki kandungan protein yang rendah, selain itu bahan pakan ini rendah akan asam amino esensial, seperti lisin dan metionin. Padahal asam amino esensial ini sangat dibutuhkan oleh unggas. Dalam keadaan kering jagung mengandung protein sebanyak 10%. Jagung memiliki kadar triptofan yang rendah (Wahju, 2004). Jagung termasuk bahan pakan sumber energi. Kandungan energi pada jagung yang tinggi ini karena mengandung amilosa dan amilopektin serta 3

13 4% minyak. Jagung mengandung pigmen warna kuning berupa xanthofil (0,5 ppm) dan karoten (0,5 ppm). Jagung defisiensi lisin dan triptofan, sehingga dalam penggunaannya perlu dicampur dengan bahan pakan yang mengandung asam amino yang tinggi (Widodo, 2010). 2.4.2. Bekatul Bekatul merupakan bahan pakan yang dihasilkan dari penggilingan kembali beras yang sudah putih. Bekatul merupakan bahan pakan bahan sumber energi yang sangat baik. Pada umumnya bekatul mengandung minyak sebanyak 12 13% namun minyak ini cepat menimbulkan ketengikan oksidatif yang menyebabkan penurunan tingkat energi (Wahju, 2004). Bekatul merupakan bahan pakan sumber energi yang banyak digunakan oleh peternak karena harganya lebih murah jika dibandingkan dengan jagung dan relatif mudah didapat. Bekatul memiliki kandungan lemak yang tinggi dan serat kasar yang rendah. Bahan pakan ini juga memiliki nilai palatabilitas yang lumayan baik. Bekatul merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang baik, dari segi protein, energi, vitamin, mineral, serta kaya akan lisin dan metionin jika dibandingkan dengan sumber energi lain seperti jagung (Widodo, 2010). 2.5. Bahan Pakan Sumber Protein Bahan pakan sumber protein yaitu bahan pakan yang memiliki kandungan protein kasar lebih dari 20%. Bahan pakan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu bahan pakan sumber protein hewani dan bahan pakan sumber protein nabati

14 (Hartadi, 1980). Protein merupakan polimer dari asam amino. Beberapa bahan pakan sumber protein yaitu tepung ikan, tepung udang, tepung darah, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dan lain sebagainya (Ketaren, 2010). Bahan pakan sumber protein dibagi menjadi bahan pakan sumber protein hewani dan bahan pakan sumber protein nabati. Sumber protein hewani yaitu bahan pakan sumber protein yang berasal dari hewan, contohnya yaitu tepung ikan dan tepung daging. Sumber protein nabati yaitu bahan pakan sumber protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, contohnya yaitu bungkil kedelai (Wahju, 2004). 2.5.1. Bungkil kedelai Bungkil kedelai merupakan sumber protein nabati yang baik untuk unggas, namun bahan pakan ini mengandung beberapa asam amino yang merugikan. Asam amino yang merugikan ini dapat menghambat pertumbuhan dan mengganggu kegiatan tripsin dalam proses pencernaan. Bungkil kedelai ini kaya akan glisinin, namun mengandung sedikit metionin. Metionin dan lisin merupakan jenis asam amino yang sangat dibutuhkan oleh unggas. Kandungan protein bungkil kedelai dalam keadaan kering yaitu dapat mencapai hingga 43% (Wahju, 2004). Bungkil kedelai memiliki profil asam amino yang baik. Bahan pakan ini defisiensi metionin, sehingga penggunaannya perlu dibatasi. Bungkil kedelai mengandung zat antinutrisi berupa tripsin inhibitor yang dapat menghambat daya cerna protein, menurunkan pertumbuhan dan produksi telur. Zat antinutrisi ini dapat dikurangi melalui proses ekstrusi (Widodo, 2010).

15 2.5.2. Tepung ikan Tepung ikan merupakan sumber protein yang sangat baik untuk unggas. Bahan pakan ini mengandung asam amino esensial yang cukup untuk kebutuhan nutrisi ayam, seperti lisin dan metionin. Kualitas tepung ikan ini tergantung pada cara pengolahannya (Wahju, 2004). Kandungan asam amino tepung ikan bervariasi tergantung pada jenis ikan yang digunakan. Pemanasan yang berlebihan pada proses pembuatan tepung ikan dapat menurunkan kualitas asam amino dari tepung ikan (Widodo, 2010). 2.5.3. Meat bone meal dan poultry meat meal Meat Bone Meal (MBM) merupakan bahan pakan sumber protein hewani yang memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu sumber protein hewani yang apabila ditambahkan kedalam ransum akan menghasilkan performans ayam yang lebih baik dibandingkan dengan ransum yang hanya mengandung bahan pakan sumber protein nabati saja (Wahju, 2004). Meat Bone Meal merupakan bahan pakan sumber protein yang memiliki kandungan protein yang tinggi dan diketahui dapat menggantikan bungkil kedelai. Selain mengandung protein yang tinggi, bahan pakan ini juga mengandung kalsium (Ca) dan fosfor (P). Ransum dengan campuran MBM dan PMM dapat menghasilkan bobot badan dan konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan ransum yang menggunakan bungkil kedelai (Caires, 2010).

16 2.6. Konsumsi Pakan Konsumsi pakan ayam dipengaruhi oleh energi didalam pakan. Konsumsi pakan lebih rendah pada ayam yang diberi pakan dengan kandungan energi yang tinggi (Dairo dkk., 2010). Ayam cenderung memilih pakan yang berwarna cerah seperti jagung yang berwarna kuning, warna dapat mengelabui penglihatan ayam, sehingga ayam terangsang untuk makan (Mulyantini, 2010). Konsumsi ayam persilangan (ayam bangkok dengan ayam ras petelur) yang dipelihara selama 10 minggu yaitu 2.699,20 gram/ekor dan rata-rata konsumsi perhari yaitu 38,56 gram/ekor, pakan yang diberikan yaitu konsentrat, jagung giling dan dedak halus (ransum oplosan dengan kandungan protein 17%) (Kususiyah, 2011). Rataan konsumsi pakan ayam kampung super yang diberi pakan dengan substitusi dedak padi fermentasi dengan fermentor berbeda adalah 207,41 310,16 g/ekor/minggu atau 29,63 44,31 g/ekor/hari (Munira dkk., 2016). Rata-rata konsumsi pakan ayam kampung super yaitu berkisar antara 34,94-38,39 gram/ekor/hari (Mointi, 2014). Jumlah konsumsi ayam kampung biasa yang dipelihara selama 12 minggu yaitu 3.333,75 (Sukmawati dkk., 2015). Rata-rata konsumsi pakan ayam lokal yang diberi ransum dengan kandungan energi 3.100 kkal/kg yaitu 1.241,41 g/ekor selama 10 minggu atau berkisar antara 21,45-19,12 g/ekor/hari (Ariesta dkk., 2015). Konsumsi pakan ayam ras petelur yang diberi ransum dengan kandungan energi 2.766 kkal/kg yaitu 110,88 g/ekor/hari (Lengkong dkk., 2015). Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah bobot badan, kondisi fisiologis ternak, laju pakan yang dikonsumsi, palatabilitas dan selera, serta

17 lingkungan dan penyakit (Wahju, 2004). Ternak unggas cenderung mengkonsumsi pakan dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan energinya, kecuali apabila bahan pakan memiliki densitas yang rendah, kemampuan mengkonsumsi pakan juga dipengaruhi oleh kapasitas tembolok. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan yaitu umur, jenis kelamin, genetik, pertumbuhan bulu, suhu, kelembaban dan pakan. Ternak membutuhkan pakan yang mengandung zat nutrisi berupa protein, karbohidrat, lemak, serat, mineral dan vitamin untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, untuk pertumbuhan, produksi dan bereproduksi. Kebutuhan nutrisi ternak ayam berbeda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, umur, jenis kelamin, status reproduksi, temperatur lingkungan, sistem kandang, status kesehatan, dan tujuan reproduksi. Ayam dapat mengatur konsumsinya sendiri sesuai dengan kebutuhan nutrisinya (Widodo, 2010). Pada suhu lingkungan yang tinggi, ayam cenderung lambat dalam mengkonsumsi pakan, sehingga pakan yang dikonsumsi lebih sedikit (Mack dkk., 2013). Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan ayam. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan konsumsi pakan akan menurun, konsumsi pakan ini nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan dan efisiensi pakan. Penurunkan konsumsi pakan pada suhu yang tinggi ini merupakan salah satu upaya ayam untuk melawan panas tubuh (Arabi, 2015). 2.7. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan diperoleh dengan pengukuran kenaikkan bobot badan melalui penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari,

18 tiap minggu, tiap bulan, atau tiap tahun (Tillman dkk., 1996). Bobot badan awal ayam bangkok yang disilangkan dengan ayam ras petelur yaitu kurang lebih 43,97 gram dan mencapai bobot badan 728,15 pada umur 10 minggu, dengan pertambahan bobot badan hingga minggu ke 10 yaitu 684,18 gram, pakan yang diberikan yaitu konsentrat, jagung giling dan dedak halus (ransum dengan kandungan protein 17%) (Kususiyah, 2011). Rata-rata pertambahan bobot badan ayam kampung super yaitu berkisar antara 10,43-11,73 gram/ekor/hari. Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Jumlah konsumsi pakan yang relatif sama akan menghasilkan pertambahan bobot badan yang tidak jauh berbeda juga (Mointi, 2014). Ayam kampung biasa menghasilkan bobot badan 771 gram pada umur 16 minggu (Sukmawati dkk., 2015). Ayam kampung super yang diberi pakan dengan substitusi dedak padi fermentasi dengan fermentor berbeda menghasilkan pertambahan bobot badan 70,94 79,31 g/ekor/minggu, semakin tinggi konsumsi pakan diikuti dengan semakin tinggi pula rata-rata pertambahan bobot badan (Munira dkk., 2016). Angka pertambahan bobot badan ayam kampung yang diberi ransum dengan kandungan energi 3.100 kkal/kg yaitu berkisar antara 329,26-566,58 g selama pemeliharaan 0 10 minggu. Faktor lain yang dapat menyebabkan pertambahan bobot badan adalah angka retensi nitrogen dan kecernaan protein. Meningkatnya angka retensi nitrogen dapat menyebabkan meningkatnya angka pertumbuhan, karena hal tersebut menandakan bahwa semakin banyak protein yang digunakan untuk menyusun komponen tubuh (Ariesta dkk., 2015).

19 Meningkatnya angka kecernaan protein akan menyebabkan tingginya angka retensi protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh, hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan yang ditandai dengan meningkatnya bobot badan (Fanani dkk., 2014). Meningkatkan kadar lisin pada ransum ayam pedaging dapat meningkatkan bobot badan serta memaksimalkan pertumbuhan ayam (Tavernari dkk., 2009). 2.8. Konversi Pakan Konversi pakan dari ayam lokal persilangan (ayam bangkok dengan ayam ras petelur) yang diberi pakan konsentrat, jagung giling dan dedak halus (ransum dengan kandungan protein 17%) yaitu 3,95 (Kususiyah, 2011). Konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan sangat mempengaruhi konversi pakan, konsumsi dan pertambahan bobot badan yang relatif sama akan menghasilkan konversi pakan yang tidak berbeda nyata pula (Triani, 2016). Semakin bertambah umur unggas, maka semakin tinggi pula nilai fcr unggas tersebut (Samarakoon dan Samarasinghe, 2012). Konversi pakan dipengaruhi oleh konsumsi pakan dan bobot badan, karna konversi pakan yaitu, banyaknya konsumsi pakan yang digunakan untuk menaikan 1 kg bobot badan ayam kampug super (Mointi, 2014). Rasio konversi pakan ayam kampung biasa yang dipelihara selama 12 minggu yaitu 5,09 (Sukmawati dkk., 2015).