BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 31 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah hal yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan sehingga tidak ada halangan bagi setiap warga negara untuk mendapatkannya. Pendidikan dibutuhkan untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin berkembang. Keberhasilan dunia pendidikan tergantung pada sejauh mana pengembangan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk menguasai materi pembelajaran. Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat atau menghafal. Menurut Zuckerman (Warsono & Hariyanto, 2012: 4), para pakar meyakini bahwa belajar akan diperoleh melalui pengalaman (learning from experience), melalui pembelajaran aktif (active learning), dan dengan cara melakukan interaksi dengan bahan ajar maupun dengan orang lain (interacting with learning materials and with people). Pembelajaran aktif adalah istilah yang melingkupi berbagai model pembelajaran yang fokus kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar. Pada awalnya, pembelajaran aktif digunakan baik pada pembelajaran aktif yang mandiri maupun pembelajaran aktif yang bersifat kolaboratif. Namun, akhir-akhir ini semakin mengerucut kecenderungan memaknai pembelajaran aktif hanya sebagai pembelajaran aktif yang kolaboratif. Centre for Research on Learning and Teaching University of Michigan, memberikan definisi yang lebih mendalam tentang pembelajaran aktif. Menurut lembaga tersebut, pembelajaran aktif adalah suatu proses yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking), seperti: menganalisa, melakukan sintesa, dan evaluasi. Menurut Prince, variasi dari metode pembelajaran aktif diwujudkan dalam pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah (problem based 1
2 learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) (Warsono & Haryanto, 2012: 5-15). Pembelajaran kooperatif terkadang disebut kelompok pembelajaran (group learning), yaitu istilah bagi bermacam prosedur instruksional yang melibatkan kelompok kecil yang interaktif. Siswa bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama, baik dalam kelompok mereka ataupun kelompok lain. Pada umumnya, pembelajaran kooperatif diimplementasikan dengan siswa yang saling berbagi (sharing) dan bertukar pikiran. Selanjutnya, Arrends berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat disebut sebagai model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif terbukti efektif bagi bermacam karakteristik dan latar belakang sosial siswa karena mampu meningkatkan prestasi akademik siswa, baik bagi siswa yang berbakat, siswa yang kecakapannya rata-rata, maupun yang tergolong lambat belajar. Selain itu, model ini berhasil mendorong sikap siswa untuk saling menghargai (Warsono & Hariyanto, 2012: 174). Selain penggunaan model, penting pula bagi guru untuk menggunakan media sebagai penyampai materi. Terlebih lagi pada pembelajaran yang memuat materi luas dan rumit, penggunaan media bisa dianggap sangat penting. Menurut Sumantri dan Permana (2001: 153-157), media pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep yang diajarkan dan merangsang minat siswa untuk belajar. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu bagi guru untuk memahami prinsip-prinsip pemilihan media, yaitu: berdasarkan tujuan dan materi, sesuai karakteristik siswa dan kemampuan guru serta situasi dan kondisi, dan memahami karakteristik media yang dipilih. Salah satu mata pelajaran yang ada dalam sistem pendidikan Indonesia adalah IPS atau singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial. IPS dapat didefinisikan sebagai salah satu nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya (Sapriya, 2015: 7). Taneo (2005: 52-53) menyebutkan bahwa siswa SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh tetapi
3 dapat diperkenalkan dengan masalah-masalah tersebut. Melalui pembelajaran IPS, siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya diharapkan bahwa mereka akan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan IPS di atas sangat fundamental bagi kecakapan hidup siswa dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS di SD harus dapat membuat siswa belajar dengan aktif dan efisien. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan penggunakan model dan pemilihan media yang baik oleh guru. Peneliti telah melakukan observasi pada kelas V SDN Muktisari pada hari Kamis, 5 November 2015. Pada observasi tersebut diketahui bahwa guru belum mengajar menggunakan model pembelajaran yang inovatif, guru mendominasi pembelajaran dengan cara berceramah serta interaksi antarsiswa kurang (tidak ada kegiatan berkelompok). Hal tersebut menyebabkan banyak siswa pasif dan kurang tertarik, akibatnya ada siswa yang mengantuk, tiduran, dan bermain sendiri. Selain data tentang penggunaan model pembelajaran, diperoleh pula data tentang media pembelajaran yang digunakan. Guru sudah menggunakan media, yaitu miniatur rumah adat Jawa Tengah. Namun, media tersebut tidak sebanding dengan luasnya materi pelajaran yang disampaikan sehingga pemilihan media tersebut tidak memenuhi salah satu prinsip pemilihan media, yaitu sesuai dengan materi pembelajaran. Selain itu, tidak semua siswa dapat mengamati media. Bila keadaannya seperti yang dipaparkan di atas, tidak mengherankan jika hasil belajar siswa kurang memuaskan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SDN Muktisari, diketahui bahwa hasil belajar IPS masih tergolong rendah. Terbukti dengan hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) I tahun ajaran 20150/2016 pada mata pelajaran IPS yang tingkat ketuntasannya hanya 25 % atau hanya 5 dari 20 siswa yang telah mencapai nilai KKM=70, dengan rata-rata nilai 63,3. Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam UTS I mata pelajaran IPS tentunya dipengaruhi oleh beberapa sebab, baik dari segi siswa, guru, maupun materi. Pelajaran IPS mendapatkan persepsi yang buruk dari siswa. Berdasarkan
4 wawancara dengan siswa kelas V SDN Muktisari, pelajaran IPS dianggap sebagai pelajaran yang sulit, rumit, dan membosankan. Saat melakukan wawancara, guru mengungkapkan kendala yang dialami dalam pembelajaranan IPS, yaitu: terlalu luasnya materi pelajaran IPS, siswa yang kurang antusias, ketidaktahuan guru terhadap jenis model pembelajaran inovatif, keterbatasan media, dan guru kurang kreatif memanfaatkan dan membuat media pembelajaran. Kendala-kendala tersebut menyebabkan guru terkesan menjejalkan materi kepada siswa karena tidak mengikutsertakannya dalam proses berpikir. Temuan terhadap permasalahan di atas menggambarkan bahwa kualitas pembelajaran IPS yang berlangsung di kelas V SDN Muktisari masih kurang baik. Hal tersebut tidak dapat dibiarkan secara terus-menerus karena dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar IPS siswa. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPS di kelas V SDN Muktisari adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Pada penerapan model pembelajaran ini, siswa didorong untuk berpikir, berbicara dalam kelompok kecil, kemudian menuliskan topik yang dibahas. Model ini dapat melatih kemampuan berpikir dan berbicara sehingga siswa dapat aktif belajar. Menurut keterangan guru kelas V, guru belum pernah menerapkan model pembelajaran tersebut pada kelasnya sehingga apabila diadakan penelitian terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW), dapat diperoleh data yang akurat tentang peningkatan pembelajaran IPS siswa. Model Think Talk Write (TTW) terdiri dari tiga tahap penting yang harus dikembangkan, yaitu Think, Talk, dan Write. Pada tahap Think, siswa membaca dan membuat catatan penting. Aktivitas ini merangsang siswa untuk aktif berpikir. Hasil pemikiran siswa diungkapkan di dalam kelompok diskusinya dalam tahap Talk. Dengan berdiskusi, aktivitas siswa di dalam kelas menjadi meningkat. Menurut Sutiarso (Suaidin, 2010: 2), agar proses dan hasil belajar siswa meningkat, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi. Diskusi memacu komunikasi antarsiswa dan meningkatkan pemahamannya terhadap materi karena siswa dapat mengonstruksi ide untuk dikemukakan dalam
5 kelompoknya. Pada tahap Write, siswa menuliskan gagasan baru yang mereka dapat setelah berdiskusi. Selain model pembelajaran yang inovatif, dibutuhkan juga media yang menarik dan menunjang keaktifan siswa, salah satunya adalah media chart atau dalam bahasa Indonesia berarti bagan. Anitah (2010: 14) mengungkapkan bahwa, Bagan adalah gambaran dari sesuatu yang dilukiskan dengan garis, gambar, dan kata-kata. Maksudnya untuk memperagakan suatu pokok pelajaran yang menunjukkan adanya hubungan, perkembangan, atau perbandingan tentang sesuatu. Menurut Daryanto (2013: 119), melalui media bagan, materi yang kompleks dapat disederhanakan sehingga siswa mudah mencerna materi tersebut. Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa media bagan ini sesuai untuk menanggapi keluhan terhadap materi pembelajaran IPS yang dianggap luas. Selain itu, penyederhanaan terhadap materi menyebabkan siswa lebih mudah untuk berpikir sehingga dimungkinkan lebih banyak siswa dapat menjadi aktif. Bentuknya yang sederhana juga membantu siswa untuk mengingat materi yang disajikan di dalamnya. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan judul Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) dengan Media Chart dalam Peningkatan Pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia pada Siswa Kelas V SDN Muktisari Tahun Ajaran 2015/2016.
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan media chart dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Muktisari tahun ajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan media chart dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Muktisari tahun ajaran 2015/2016? 3. Apakah kendala dan solusi pada penerapan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan media chart dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Muktisari tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah. 1. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan media chart dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Muktisari tahun ajaran 2015/2016. 2. Meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan media chart pada siswa kelas V SDN Muktisari tahun ajaran 2015/2016. 3. Menemukan kendala dan solusi dalam penerapan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan media chart pada pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Muktisari tahun ajaran 2015/2016.
7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis a. Mengetahui secara nyata bahwa penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media chart dapat meningkatkan pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Muktisari tahun ajaran 2015/2016. b. Mengembangkan ilmu pengetahuan, wawasan, dan memberikan sumbangan yang positif dalam peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPS. c. Sebagai kontribusi terhadap pengembangan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. d. Sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan media chart pada pembelajaran IPS tentang perjuangan tokoh pada masa penjajahan Belanda pada siswa kelas V SDN Muktisari tahun ajaran 2015/2016. b. Bagi Guru 1) Memberikan informasi tentang penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan media chart. 2) Menjadikan penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan media chart sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan pada mata pelajaran lain. 3) Meningkatkan profesionalisme guru dengan cara merekomendasikan penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan media chart kepada guru lain melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). c. Bagi Siswa 1) Meningkatkan pembelajaran IPS khususnya pada materi perjuangan tokoh pada masa penjajahan Belanda.
8 2) Memberikan pengalaman belajar dengan menerapkan model Think Talk Write (TTW) dengan media chart. d. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan pemikiran bagi SDN Muktisari tentang penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan media chart untuk meningkatkan mutu pendidikan. e. Bagi Peneliti Lain 1) Sebagai perbandingan dan referensi untuk penelitian yang relevan. 2) Sebagai dasar untuk mengembangkan model Think Talk Write (TTW) dengan media chart pada mata pelajaran yang lain.