PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT NUSA ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah dalam rangka memperkuat pelaksanaan otonomi daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, maka perlu menggali sumber-sumber pendapatan dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 71 ayat (7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka untuk investasi Pemerintah Daerah dalam bentuk penyertaan modal kepada PT. BPR Nusa Alor, perlu diatur dengan Peraturan Daerah; 1
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Daerah pada Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Nusa Alor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1858 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1858 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3854) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesian Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan 3
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812); 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 4
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 4 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Alor (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 436); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 442); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 9 Tahun 2010 tentang Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Nusa Alor (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2010 Nomor 45, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 478); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR dan BUPATI ALOR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT NUSA ALOR. 5
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Alor. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Alor. 3. Bupati adalah Bupati Alor. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Alor. 5. Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Nusa Alor yang selanjutnya disebut PT. BPR Nusa Alor adalah Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah. 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Alor. 7. Modal Daerah adalah kekayaan Pemerintah Daerah baik berupa uang, maupun barang yang dapat dinilai dengan uang seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, inventaris, surat-surat berharga, fasilitas dan hak-hak lainnya. 8. Penyertaan Modal Daerah adalah setiap usaha dalam menyertakan modal daerah pada suatu usaha bersama dengan PT. BPR Nusa Alor, dengan suatu imbalan tertentu. 9. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 10. Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. 11. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat 6
lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud penyertaan modal daerah pada PT. BPR Nusa Alor adalah untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam upaya meningkatkan daya saing usaha menuju peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah. Pasal 3 Tujuan penyertaan Modal Daerah kepada PT. BPR Nusa Alor adalah: a. meningkatkan daya saing perseroan dalam menghadapi perkembangan ekonomi nasional maupun global; dan b. mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah. BAB III PRINSIP PENYERTAAN MODAL Pasal 4 Penyertaan modal daerah pada PT. BPR Nusa Alor dilaksanakan berdasarkan prinsip ekonomi perusahaan dan pelayanan kepada masyarakat. 7
BAB IV BENTUK DAN BESARAN PENYERTAAN MODAL Bagian Kesatu Bentuk Pasal 5 (1) Penyertaan modal daerah pada PT. BPR Nusa Alor ditetapkan dalam bentuk uang. (2) Penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Bagian Kedua Besaran Penyertaan Modal Pasal 6 (1) Penyertaan modal daerah pada PT. BPR Nusa Alor adalah sebesar Rp. 5.000.000.000,- (Lima Milyard Rupiah) yang pengaturan pengalokasiannya dalam 4 (Empat) Tahun Anggaran yakni Tahun Anggaran 2011 s/d 2014 sebagai berikut : a. Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp. 1.250.000.000,- (Satu Miliyard Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah); b. Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 1.250.000.000,- Satu Miliyard Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah); c. Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp. 1.250.000.000,- (Satu Miliyard Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah); dan d. Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp. 1.250.000.000,- (Satu Miliyard Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah). (2) Besaran penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, setelah dikurangi nilai nominal penyertaan modal dalam bentuk barang. (3) Penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan dalam APBD. 8
BAB V PENGELOLAAN PENYERTAAN MODAL DAERAH Pasal 7 Penyertaan modal daerah dalam APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal Pemerintah Daerah. Pasal 8 (1) Dalam hal PT. BPR Nusa Alor mengalami kerugian atau tidak dapat memberikan keuntungan selama 2 (dua) tahun anggaran berturut-turut berdasarkan hasil audit dari pejabat yang berwenang, Pemerintah Daerah dapat menghentikan penyertaan modal yang bersifat permanen dan non permanen sesuai ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Penghentian penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat persetujuan DPRD. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 9 (1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan kepada PT. BPR Nusa Alor. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diutamakan yang memahami kewirausahaan secara profesional dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 10 (1) Direksi wajib melaporkan hasil realisasi penyertaan modal daerah kepada Bupati. 9
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berkala setiap kuartal dan laporan tahunan kepada DPRD sebagai bahan evaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. BAB VII PEMERIKSAAN Pasal 11 (1) Bupati dapat meminta akuntan publik dan/atau akuntan negara untuk melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban penyertaan modal daerah. (2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tembusannya disampaikan kepada DPRD. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 12 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka penyertaan modal dalam bentuk barang pada PT. BPR Nusa Alor yang telah dianggarkan dan direalisasikan sebesar Rp. 347. 850.000,- (Tiga Ratus Empat Puluh Tujuh Juta Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dalam Tahun Anggaran 2009 berupa : a. Mobil Mitsubisi Maven GLX : 1 (satu) unit; b. Sepeda Motor Honda Revo : 2 (dua) unit; c. Mesin Hitung Uang : 1 (satu) unit; d. Mesin Hitung Cityzen/Calculator : 3 (tiga) unit; e. Alat Deteksi Uang/Sinar Ultraviolet : 2 (dua) unit; f. Lemari Buku Jati 2 Pintu : 3 (tiga) unit; g. Rak Buku ex lokal : 1 (satu) unit; h. Brankas sistem alumanium : 1 (satu) unit; i. Filling Kabinet : 4 (empat) unit; j. Komputer : 5 (lima) unit; k. Printer Epson LQ : 1 (satu) unit; 10
l. Printer Canon Pixma : 3 (tiga) unit; m. UPS APC : 2 (dua) unit; n. Meja ½ biro + laci kaki alumunium : 10 (sepuluh) unit; o. Meja rapat : 5 (lima) unit; p. Kursi Lipat besi : 20 (dua puluh) unit; wajib dihitung sebagai penyertaan modal pada Tahun Anggaran 2011 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2). BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Alor. Ditetapkan di Kalabahi pada tanggal 23 Desember 2010 Diundangkan di Kalabahi pada tanggal 28 Desember 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2010 NOMOR 46 11
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT NUSA ALOR I. UMUM Bahwa Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menegaskan Penyertaan Modal daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah dalam Tahun Anggaran berkenan telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Daerah. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 71 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah. Bahwa mengacu pada amanat ketentuan yang disebutkan maka penyertaan modal daerah pada PT. BPR Nusa Alor telah diatur landasan hukumnya melalui Peraturan Daerah ini. Maksud penyertaan modal adalah untuk meningkatkan fungsi dan peran BUMD di bidang perbankan dalam upaya meningkatkan daya saing usaha menuju peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah sehingga dapat memberi kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan tujuan penyertaan Modal Daerah adalah dalam rangka meningkatkan daya saing perseroan dalam menghadapi perkembangan ekonomi nasional maupun global serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Bahwa besaran penyertaan modal daerah pada PT. BPR Nusa Alor adalah Rp. 5.000.000.000,- (Lima miliyard) yang dialokasikan dalam 4 (empat) 12
Tahun Anggaran melalui APBD Tahun Anggaran 2011 s/d Tahun Anggaran 2014, sedangkan penyertaan modal dalam bentuk barang yang telah dialokasikan dalam Tahun Anggaran 2009 pada pos Belanja Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Alor tetap dihitung nilai nominalnya sebagai penyertaan modal setelah dikurangi nilai penyertaan modal pada Tahun Anggaran 2011. Penyertaan modal dimaksud merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Bahwa Peraturan Daerah ini merupakan dasar legitimasi pengalokasian penyertaan modal pada PT. BPR Nusa Alor. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan barang adalah jenis barang yang telah diadakan dalam Tahun Anggaran 2009 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Alor melalui pos belanja Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Alor. Ayat (3) 13
Pasal 7 Pasal 8 Cukup jelas Ayat (1) 2 ( Dua) Tahun dalam ketentuan ini mengandung pengertian setelah 5 (lima) Tahun PT. BPR Nusa Alor melakukan aktifitas usahanya. Ayat (2) Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 479 14