Jurnal Dharma Bhakti Ekuitas Vol. 01 No. 02, Maret 2017 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA MIKRO BUPATI SEMARANG,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA MIKRO

WALIKOTA MATARAM PROVINS! NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 21, TAHUN 2015 TENT ANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 25 TAHUN 2015

BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014 TENTANG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

dalam pemberdayaan dari Pemerintah Kabupaten Musi

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN BINTAN

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PEMBINAAN DAN FASILITASI LEGALITAS IUMK TAHUN 2018

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR. NOMOR ft TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL, DAN MENENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN UNTUK USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI PAKPAK BHARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BERITA KOTA SERI : E NOMOR PERATURAN TENTANG. memperkuat. struktur. Peraturan. No. DAG/PER/9/ Penerbitann Perdagangan. 2. Undang-U. tentang.

RAPAT KOORDINASI TERBATAS TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/8/2012 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

Transkripsi:

PELATIHAN PEMBUKUAN SEDERHANA, PROPOSAL ANALISIS KREDIT, SOSIALISASI PERIJINAN DANSTRATEGI MARKETING ONLINE BAGI UMKM JENIS USAHA KULINER DI KOTA BANDUNG Mery M mm21m1976@yahoo.com Yoppy P ypalupi@gmail.com Rochadi S rochadi.santoso@yahoo.com SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKUITAS ABSTRAK Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) merupakan faktor penunjang perekonomian Negara. Mitra kerja dari pengabdian ini adalah beberapa UMKM di bidang kuliner yang tersebar di kota Bandung, berjumlah kurang lebih 24 UMKM. Kota Bandung yang menjadi salah satu tujuan wisata dengan kulinernya yang menarik dan khas, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Secara ekonomis kondisi ini sangat menguntungkan bagi masyarakat pengusaha mikro, kecil dan menengah dibidang kuliner yang ada di Kota Bandung, jika mereka bisa melakukan pembukuan dengan baik.tetapi para pengusaha kuliner tersebut mengaku kesulitan didalam melakukan penghitungan biaya produksi dan modal usaha. Selain itu, para UMKM tersebut sangat awam mengenai perijinan. Perijinan dibutuhkan untuk memberikan kepastian hukum dan sarana pemberdayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya. Kegiatan pengabdian ini mempunyai tujuan untuk membantu masyarakat yang telah mempunyai usaha, yaitu usaha di bidang kuliner. Adapaun permasalahan yang dihadapinya antara lain: 1). pembukuan yang tidak rapi; 2). Perijinan; 3). Modal usaha; dan 4) sistem pemasaran yang masih terbatas di lingkungan tertentu dan di kisaran Jawa Barat. Solusi yang diberikan berupa pelatihan mengenai pembukuan sederhana, sosialisasi perijinan, proposal analisis kredit dan strategi pemasaran melalui media elektronik. Kata Kunci: UMKM, Pembukuan Sederhana, Perijinan, Pemasaran. ------------------------------------------------------------------------------------------------ 1. PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Bisnis skala kecil atau menengah (UKM) memiliki peran penting terhadap perkembangan ekonomi, menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup banyak dan memberi kontribusi terhadap GDP dan pertumbuhan serta peningkatan kesejahteraan. Boleh dikatakan, bisnis skala kecil dan menengah merupakan penyelenggara ketenagakerjaan. Kontribusinya bukan hanya bersifat moneter, melainkan juga menjadi penggerak inovasi dalam bisnis. Dalam artikel Small Business Administr Small Business Innovation Research Program (2006), dinyatakan bahwa kontribusi bisnis UMKM juga nyata dalam peningkatan ketahanan nasional, kemajuan/pemeliharaan kesehatan, dan 46

meningkatkan kemampuan pengelolaan data dan infomasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan usaha yang bermodalkan kurang lebih atau sama dengan Rp 200.000.000,00 yang sering disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia mengingat jumlahnya yang banyak di Indonesia. Pada tahun 2013, jumlah UMKM di seluruh Indonesia mencapai 56,5 juta dengan kontribusi kepada PDB sebesar 30%. UMKM merupakan sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia hingga mencapai 97% tenaga kerja Indonesia. Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Bandung berkembang sejak tahun 2000-an, hal ini disebabkan oleh perkembangan perekonomian di Kota Bandung yang terus menunjukkan perkembangan setiap tahunnya sehingga menjadi sebuah sektor industri yang meningkatkan perekonomian. Potensi UMKM hingga sejauh ini, belum cukup tergarap dengan maksimal, sebaliknya banyak pelaku kegiatan UMKM (pemilik) justru sering mengalami masalah internal sehingga sulit untuk berkembang dan bersaing baik antara sesama UMKM maupun dengan dengan produsen besar. Masalah pengelolaan keuangan merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di dalam UMKM. Umumnya, pelaku kegiatan UMKM memulai usaha mereka dengan bermodal nekat tanpa dibekali dengan rencana pemodalan jangka panjang maupun kemampuan dan pengetahuan manajerial yang dibutuhkan dalam berwirausaha. Selain permasalahan dalam pengelolaan keuangan, masalah modal juga menjadi salah satu alasan tidak berkembangnya suatu UMKM secara maksimal. Hal ini didukung dengan ketidaktahuan para pemilik UMKM akan aspek legal dari sebuah UMKM. Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) adalah tanda legalitas kepada pelaku usaha dalam bentuk usaha mikro dan kecil. IUMK dimaksud untuk memberikan kepastian hukum dan sarana pemberdayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya. Adapun tujuan pengaturan IUMK bagi pelaku usaha, yaitu untuk mendapatkan kepastian dan perlindungan usaha dilokasi yang telah ditetapkan. Dengan IUMK, pengusaha memiliki jaminan hukum untuk menjalankan usahanya pada lokasi tersebut, sehingga tidak akan berpindah tempat tanpa alasan yang jelas. Selain itu, bermanfaat mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha. Pelaku usaha akan mempunyai peluang luas untuk memperoleh pendampingan usaha dari instansi terkait atau lembaga-lembaga lainnya berkait IUMK. Dengan IUMK, pelaku usaha akan mendapatkan kemudahan dalam mengakses pembiayaan kelembaga keuangan bank dan non bank. Disaat pengusaha memerlukan penambahan modal dapat mengajukan pinjaman kredit pada lembaga keuangan dengan lebih mudah. Dengan IUMK, pelaku usaha juga bisa mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah pusat maupun daerah, serta lembaga lain, dengan diberikan kesempatan untuk mengikuti program-program pemberdayaan yang ada. Kegiatan pengabdian ini diberikan bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil yang tersebar di Kota Bandung, dengan 36 calon peserta yang sudah menyampaikan ingin mengikuti pelatihan, kemudian diseleksi menjadi 24 peserta. 1.2. Identifikasi Masalah Beberapa masalah yang sering dijumpai pada UMKM antara lain adalah: A. Dalam pengelolaan keuangan umum : 1. Masih tercampurnya keuangan pribadi pemilik dengan keuangan usaha. 2. Penentuan harga produk sering dilakukan secara sederhana dan intuitif, tanpa menghitung biaya yang telah dikeluarkan secara cermat. 3. Buruknya metode pencatatan transaksi yang dilakukan. 47

4. Kurangnya pengetahuan mengenai pencatatan keuangan dan pengelolaan keuangan (akuntansi). B. Masalah lainnya : 1. Kurangnya modal untuk pengembangan usaha. 2. Ketidaktahuan mengenai perijinan dan aspek legal untuk UMKM. 2. METODE PELAKSANAAN Dalam rangka mencapai tujuan yang tercantum diatas, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menjaring calon peserta pelatihan dari total calon peserta yang mendaftar sejumlah 36 UMKM menjadi 24 peserta yang benar-benar serius untuk mengikuti pelatihan, mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan mengaplikasikan hasil pelatihan tersebut untuk mengembangkan usahanya. Hal ini kami lakukan dengan menguhubungi satu persatu calon peserta, dan melakukan wawancara singkat terkait dengan informasi mengenai kebutuhan mereka dan kesesuaian materi yang akan kami sampaikan. 2. Menyelenggarakan pelatihan, dengan materi : A. Pembukuan Sederhana Tujuan Sesi : Pada akhir sesi, peserta mampu : Melihat bagaimana pembukuan dapat meningkatkan usaha mereka. Menggunakan buku kas harian atau buku tanda terima/kwitansi. Menggunakan catatan pembelian pelanggan (penjualan kredit). Menyimpan pembukuan. Membuat catatan bisnis berarti : Menuliskan berapa banyak uang bisnis yang diterima. Berapa banyak uang yang bisnis anda keluarkan. Mengapa catatan penting? a) Catatan membantu anda mengendalikan kas anda. b) Catatan menunjukan kepada anda bagaimana bisnis anda berjalan. c) Catatan menunjukan kepada pihak lain bagaimana bisnis anda berjalan. d) Catatan membantu anda merencanakan masa depan. Sistem Pencatatan Sederhana Transaksi Tunai 1. Siapkan kotak kas anda 2. Tuliskan setiap barang yang anda jual tunai. 3. Catat ketika pelanggan kredit membayar hutang anda. 4. Siapkan tanda terima. 5. Di akhir hari, hitung jumlah uang tunai. Buku catatan adalah tempat dimana anda menuliskan semua transaksi dalam bisnis anda. Anda mengisi Buku Catatan dengan : 1. Mengeluarkan kuitansi untuk penjualan atau pembayaran anda. 2. Menuliskan kenaikan atau penuruan kas,saldo bank atau kredit anda. 3. Menuliskan uang yang anda hasilkan dari penjualan atau habiskan biaya. 4. Menelusuri pajak pertambahan nilai (PPN) yang anda tagih atau bayarkan. Catatan kredit pelanggan membantu anda untuk mengetahui: Pelanggan yang mana yang berhutang uang kepada bisnis anda. Berapa banyak uang yang terhutang pada setiap pelanggan. 48

Pelanggan mana yang membayar pembelinya tepat waktu. Catatan Penjualan Kredit : Bagianbagian dalam catatan penjualan kredit adalah Nama Pelanggan, Alamat, Batasan Kredit. Kolom-kolom dalam tabel terdiri dari tanggal, Keterangan, Jumlah, Penjualan Kredit, Jumlah yang dibayar, saldo, tanda tangan. B. Manajemen usaha Pelatihan manajemen dilakukan dengan cara memberikan penjelasanpenjelasan konsep-konsep manajerial sehubungan dengan pengelolaan usaha kaitannya dengan aktivitas penyuluhan akunansi (pembukuan sederhana). Dengan memberikan pelatihan manajemen dan mencoba melakukan perhitunganperhitungan, maka mita diharapkan dapat memahami keterkaitan antara hasil penyuluhan dengan pengelolaan usaha khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan keuangan usaha. C. Proposal analisis kredit Dalam pelatihan mengenai penyusunan proposal analisis kredit, peserta akan diberikan penyuluhan mengenai apa yang dimaksud dengan analisis kredit dan apa fungsi analisis kredit. Kemudian disampaikan pula bagaimana menilai atau menganalisis suatu permohonan kredit perlu dibahas berbagai aspek yang menyangkut keadaan usaha pemohon kredit. Pembahasan ini pada dasarnya adalah untuk meneliti apakah pemohon memenuhi Prinsip 5C atau tidak yang kemudian menjadi pertimbangan bank untuk menentukan kelayakan pemohon kredit memperoleh kredit atau tidak, dengan perkataan lain apakah permohonan kredit tersebut feasible dalam arti andaikata kredit diberikan, maka usahanya akan berkembang baik dan mampu mengembalikan kredit, baik pokok maupun bunga dalam jangka waktu yang wajar atau sebaliknya. Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam penentuan kelayakan pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. Aspek hukum/yuridis Dalam aspek ini, tujuannya adalah untuk menilai keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian ini juga dimaksudkan agar jangan sampai dokumen yang diajukan palsu atau dalam kondisi sengketa, sehingga menimbulkan masalah. Penilaian dokumen-dokumen ini dilakukan ke lembaga yang berhak untuk mengeluarkan dokumen tersebut. 2. Aspek Pemasaran (Marketing) Dalam aspek ini dinilai besar kecilnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga akan diketahui prospek usaha tersebut sekarang dan dimasa yang akan datang. 3. Aspek Keuangan Analisis aspek ini terhadap perusahaan pemohon kredit sangat menentukan jumlah dari kebutuhan usaha dan juga terpenting untuk menilai kemampuan berkembangnya usaha pada masa mendatang serta untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kreditnya. 4. Aspek Teknis Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk mengamati perusahaan dari segi fisik serta lingkungannya agar perusahaan tersebut sehat dan produknya mampu bersaing di pasaran dengan masih memperoleh keuntungan yang memadai. 5. Aspek Manajemen Penilaian aspek ini digunakan untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pendidikan dan pengalaman sumber daya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada juga menjadi pertimbangan lain. 49

6. Aspek Sosial Ekonomi Penilaian aspek ini digunakan untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan akibat adanya proyek atau usaha pemohon kredit terhadap perekonomian masyarakat dan sosial secara umum. Sosialisasi mengenai perijinan, konsultasi gratis dan diharapkan dapat memfasilitasi dalam proses pembuatan ijin/legalitas usaha. Bagi yang akan mengembangkan usaha menjadi badan usaha berbentuk CV, dapat dibantu untuk pembuatan akta pendiriannya, sampai ke perijinan lainnya seperti HO,SIUP, dan TDP. Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM): Pengertian UMKM a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undangundang ini. Dasar Pemberlakuan Ijin Bagi UMKM Peraturan Presiden RI Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil menjelaskan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah diperlukan pemberdayaan bagi pelaku UKM. Pemberdayaan itu dengan memberikan izin kepada pelaku usaha mikro dan kecil secara sederhana. Ijin usaha mikro dan kecil (IUMK) merupakan tanda legalitas untuk seseorang berupa ijin usaha mikro dan kecil dalam bentuk hanya satu lembar. Pada Februari 2015 lalu, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mempermudah pengurusan IUMK melalui lurah atau camat. Kebijakan ini ditandai oleh penandatanganan nota kesepahaman tiga menteri, yakni Menteri Koperasi dan UKM, Menteri Perdagangan, danmenteri Dalam Negeri. Bagaimana mengurusnya? Sebenarnya, mengurus IUMK bagi pelaku bisnis UKM sangat simpel. Pelaku bisnis UKM perlu melampirkan beberapa dokumen untuk mengurus IUMK. Dokumendokumenitu, antara lain surat pengantar dari RT dan RW tempat tinggal, soal jenis dan lokasi usaha yang dimiliki. Lalu, kartu tanda penduduk, kartu keluarga, dan pas foto. Setelah itu mengisi kelengkapan formulir. Kemudian, camat yang dapat mandate dari bupati atau walikota melakukan pemeriksaan berkas pendaftaran IUMK. Kalau sudah memenuhi segala persyaratan, camat sudah bisa mengesahkan dan mengeluarkan IUMK. Penerbitan satu lembar naskah IUMK 50

dikeluarkan paling lambat satu hari sejak permohonan diajukan. Tidak dipungut biaya, retribusi atau pungutan dalam mengurus IUMK. Camat berhak mencabut IUMK, jika ditemukan pelanggaran oleh pelaku bisnis UKM yang tak patuh pada aturan dan aktivitas usaha sesuai dengan IUMK. Bahkan, melanggar dengan memperjual belikan produk illegal atau menjalankan bisnis yang bertentangan dengan undangundang. Manfaat IUMK IUMK bukan surat ijin biasa untuk bisnis UKM. Banyak manfaat yang akan didapatkan oleh para pelaku UKM, antara lain: 1. Mudah jalin kerjasama IUMK merupakan legalitas bagi pelaku UKM. Dengan IUMK, para pelaku UKM bisa bekerjasama dengan sesama pelaku UKM yang sejenis atau tidak. IUMK merupakan legalitas yang bisa memberikan kepercayaan dan kekuatan sebuah usaha. 2. Legalitas IUMK adalah bentuk legalitas resmi yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan dapat pengakuan secara sah dari berbagai pihak yang berwenang. IUMK merupakan salah satu wujud kepatuhan pelaku UKM terhadap hukum yang berlaku di Negara kita. 3. Sadar pajak IUMK dapat member kesadaran dan mendorong para pelaku bisnis UKM untuk membayar pajak sesuai dengan bidang usaha yang mereka miliki. 4. Mudah akses permodalan Perbankan mensyaratkan dokumen perizinan resmi. IUMK merupakan dokumen itu. Dengan adanya IUMK, para pelaku bisnis UKM bisa mengakses permodalan di bank maupun non bank. Para pelaku UKM bisa mengajukan kredit dengan mudah. 5. Perlindungan lokasi usaha Memegang IUMK, para pelaku bisnis UKM mendapatkan keamanan, kepastian, jaminan hukum, dan perlindungan di lokasi usaha yang ditetapkan. Mereka tidakakan berpindah tempat, tanpa alasan yang takjelas. 6. Pendampingan dan pengembangan usaha Terakhir, para pelaku bisnis UKM yang memegang IUMK dapat memperoleh pendamping dan pengembangan usaha dari instansi terkait. Mereka mendapatkan ruang yang luas sebagai akses. Pihak institusi berpartisipasi dalam menyediakan tempat untuk dilaksanakannya pelatihan dan sosialisasi. 3. HASIL DAN LUARAN Program Pengabdian Masyarakat yang diusulkan adalah memberikan pelatihan terpusat melalui pelatihan pada UMKM, khususnya mengenai pengelolaan keuangan yang standar, berikut proses sosialisasi dan pendampingan pada UMKM Pelatihan terpusat yang dilakukan meliputi pelatihan mengenai metode pengelolaan keuangan, serta manajemen usaha. Kemudian dilakukan sosialisasi mengenai perijiinan dan aspek legal mengenai UMKM, konsultasi gratis dan diharapkan melalui kegiatan ini dapat memfasilitasi pelaku usaha UMKM dalam mengurus perijinan atau aspek legal yang dibutuhkan. Kegiatan lain yang dilakukan adalah melakukan pelatihan mengenai pembuatan proposal analisis kredit untuk memenuhi kebutuhan modal dengan mengajuan kredit pada lembaga keuangan bank dan non bank. Keluaran dari program ini adalah pelaku kegiatan UMKM mendapatkan pengetahuan mengenai pengelolaan yang 51

tepat dan pengetahuan mengenai metode pengelolaan keuangan, IUMK, prosedur pengurusan IUMK sampai pada proses pengajuan kredit kepada bank dengan proposal analisis kredit sesuai dengan standar perbankan. Undangan mengikuti pelatihan disampaikan pada 36 UMKM yang bergerak di bidang kuliner dan akan diseleksi menjadi 24 UMKM peserta kegiatan. 4. KESIMPULAN a. UMKM di Kota Bandung, khususnya UMKM bidang kuliner memiliki potensi yang besar untuk berkembang, tetapi memiliki kendala dalam hal laporan keuangan, perijinan dan modal.melalui kegiatan pelatihan pembuatan Laporan Keuangan pelaku UMKM dapat membuat Laporan Keuangan yang baik, sehingga dapat mengembangkan usahanya dengan baik dan dapat memenuhi salah satu syarat untuk pengajuan pembiayaan baik melalui lembaga keuangan bank maupun non bank. b. Melalui pengabdian masyarakat yang kami lakukan dalam bentuk pelatihan dan konsultasi memberikan informasi dan pemahaman yang aplikatif dan membantu memfasilitasi legalitas usaha kepada pelaku UMKM untuk dapat meningkatkan usahanya. 5. DAFTAR PUSTAKA Djohan, W. (2000). Kredit Bank, Edisi 1. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya. Firdaus, R dan Maya, A. (2009). Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasi Lengkap dengan Analisis Kredit. Bandung: Alfabeta. Kasmir. (2002). Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sutojo, S. (1997). Menangani Kredit Bermasalah. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Suyatno, T. (2003). Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 52