BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakan hukum,perlindungan,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. masyarakat akan kacau, kejahatan akan terjadi dimana dan bisa jadi hukum tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TARGET KINERJA DAN PENDANAAN POLRES BIMA KOTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

ETIKA PROFESI SATPAM

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANDUNG

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANJAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BANTEN

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

I. PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang. Hal ini terdapat pada Pasal 28 UUD 1945 yang

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme Mediasi Penal Pada Tahap Penyidikan : mediasi penal dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPil DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BUKITTINGGI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Peran polisi saat ini adalah pemelihara ketertiban masyarakat juga sebagai aparat penegak hukum fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakan hukum,perlindungan, pengayoman,dan pelayanan kepada masyarakat 1. Dalam menjalankan tugas polisi senantiasa menghormati hukum dan hak asasi manusia.penyelenggaraan fungsi kepolisian merupakan pelaksanaan profesi artinya dalam melaksanakan tugas seorang anggota Kepolisian menggunakan kemampuan profesinya terutama keahlian di bidang tekhnis kepolisian. Oleh karena itu dalam menjalankan profesinya setiap anggota kepolisian tunduk pada kode etik profesi sebagai landasan moral. Kode etik profesi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Perkapporli Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam ketentuan tersebut diatur bahwasannya setiap anggota Polri harus menjunjung kode etik profesi yang mencakup norma perilaku dan moral yang dijadikan pedoman. Hal ini menjadi pendorong bagi setiap anggota kepolisian agar menjalankan tugas 1 Republik Indonesia,Undang Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 pasal 2. 1

dan fungsinya sesuai dengan harapan masyarakat serta penegak hukum yang bersih agar tercipta clean governance dan good governance. Keberhasilan penyelenggaraan fungsi Kepolisian dengan tanpa meninggalkan etika profesi sangat dipengaruhi oleh kinerja polisi yang direfleksikan dalam sikap dan perilaku pada saat menjalankan tugas dan fungsinya.dalam melaksanakan tugasnya anggota Kepolisian dihadapkan pada suatu keputusan dimana harus memilih tindakan yang terkadang diluar batas kewenangannya dan diluar komando pimpinannya. Setiap penerapan diskresi oleh polisi perlu dijauhkan dari kecenderungan tindakan represif dan militeristik, apalagi sampai sewenang-wenang bahkan anarki. Kultur-kultur kekerasan itu sangat mudah memperangkap diskresi polisi ke dalam bingkai pelanggaran HAM. Oleh karena itu, kultur polisi, terutama yang secara langsung atau tidak langsung memberikan kesempatan untuk penerapan diskresi polisi, semestinya mampu memposisikan kultur itu untuk senantiasa berlandaskan HAM. Bukan sebaliknya, kultur polisi bahkan menjadi pemicu pelanggaran HAM. Hal ini mutlak dibutuhkan, terutama buat polisi di Indonesia, yang telah menyatakan diri sebagai polisi sipil. Sehingga reformasi kultur Polri merupakan syarat utama guna menghilangkan stigmanisasi oleh masyarakat atas kewenangan/kekuasaan yang berlebihan. Sebab, jika hal tersebut dibiarkan terus berlanjut maka akan membuat semakin berkembangnya stigmanisasi tersebut berupa superbody-nya Polri. Kesan demikian sama sekali tidak menguntungkan, karena Polisi sebenarnya punya batas kewenangan ditengah luasnya wewenang yang dimiliki polisi, 2

Undang Undang memberikan wewenang yang besar kepada polisi dalam rangka melaksanakan tugasnya, sehingga tidak salah kiranya jika tindakan tindakan kepolisian perlu diimbangi dengan adanya pengawasan dan harus dapat dipertanggung jawabkan oleh ketentuan hukum yang berlaku agar tidak terjadi penyalahgunaan. Diskresi diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan maupun atas dasar aspek sosiologis. Polisi disamping sebagai penegak hukum juga berfungsi sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya polisi dituntut untuk melakukan serangkaian tindakan untuk mencari dan menyelesaikan masalah hukum. Diskresi dalam penegakan hukum memang tidak dapat dihindarkan, mengingat keterbatasan-keterbatasn baik dalam kualitas perundang-undangan, sarana, dan prasarana, kualitas penegak hukum maupun partisipasi masyarakat. Sesuai dengan judul yang dipilih maka dalam tulisan ini diskresi yang dibahas adalah diskresi yang berkaitan dengan pekerjaan anggota Kepolisian yang berhubungan dengan tugas tugas penegakan hukum yaitu dalam rangka tugas polisi yang menjalankan tugas dibidang represif dan prefentif. Oleh karena itu untuk membedakan diskresi yang dilakukan oleh lembaga yang lain dalam tulisan ini yang menjadi tujuan adalah diskresi oleh kepolisian dengan Judul Penerapan Asas Diskresi Oleh Polisi Dalam Pelaksanaan Tugas Kepolisian di Polres Sleman 3

B.Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka peneliti memilih beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan diskresi polisi dalam praktek? 2. Alasan-alasan apa saja yang digunakan oleh anggota kepolisian untuk menerapakan asas diskresi? 3. Bagaimana pertanggung jawaban hukum anggota kepolisian dalam melaksanakan asas deksresi? C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui bagaimana tindakan diskresi yang dapat diambil anggota Polisi di Polres Sleman dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai penegak hukum. b. Untuk menegetahui alasan-alasan yang digunakan untuk menerapkan Asas deskresi. c. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pihak kepolisian dalam mengguakan asas deskresi. 4

2.Tujuan Subyektif Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam melakukan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D.Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian penelitian, telah dilakukan penelusuran penelitian di berbagai referensi, hasil-hasil penelitian pada media cetak maupun elektronik. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Vizi Rizki Brigitha Azhar pada tahun 2012,Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mataram,Nomor Induk Mahasiswa 009.140. dengan judul Tinjauan DiskresiKepolisian Dalam Penyidikan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Oleh Anak Menurut Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan rumusan masalah adalah A. Bagaimana proses penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana narkoba oleh anak? B. Syarat untuk melakukan diskresidalam penyidikan dan penyelidikan pidana narkoba oleh anak? 5

Penelitian tersebut lebih memfokuskan penelitian mengenai diskresiyang diterapkan pada anak yang melakukan tindak pidana narkoba 2. Penelitian yang dilakukan oleh Endro Winarno pada tahun 2015, mahasiwa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, dengan judul Kebijakan Proaktif Berbasis Hak Penerapan Kewenangan Diskresi Kepolisian Dalam Pemenuhan Hak - Hak Anak Yang berhadapan Dengan Hukum dengan rumusan masalah adalah A. Mengapa aparat polisi kurang mampu membuat dan melaksanakan keputusan responsif, interpretatif, serta diskresioner dalam penyidikan perkara anak yang berhadapan dengan hukum atas dasar pemahaman mengenai prinsip perlindungan anak? B. Bagaimana pemahaman polisi mengenai prinsip-prinsip perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum? C. Bagaimana kemampuan polisi dalam membuat dan melaksanakan keputusan responsif, interpretatif, serta diskresioner dalam penyidikan perkara anak yang be rhadapan dengan hukum atas dasar pemahaman mengenai prinsip perlindungan anak? Penelitian tersebut lebih memfokuskan pada bagaimana penerapan diskresi terhadap pelaku kejahatan anak dan perlindungan hukum bagi anak yang berhadapan dengan masalah hukum. 6

3. Penelitian yang dilakukan oleh Legowo Saputro pada tahun 2014 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, dengan judul Diskresi Anggota Kepolisan Negara Republik Indonesia dalam Penanganan Aksi Unjuk Rasa Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah (Studi di Kepolisian Resort Kota Yogyakarta) dengan rumusan masalah adalah : A. Bagaimana Diskresi Anggota Kepolisian Resort Kota Yogyakarta dalam penanganan aksi unjuk rasa? B. Bagaimana implikasi diskresi oleh Anggota Kepolisian Resort Kota Yogyakarta dalam penanganan aksi unjuk rasa terhadap Ketahanan Wilayah? Penelitin diatas lebih memfokuskan tindakan diskresi untuk menangani massa dalam aksi unjuk rasa dan apa implikasi dari penerapan diskresi tersebut. Berdasarkan hasil penelusuran tersebut tulisan diatas membas diskresi polisi yang diterapkan pada penyidikan anak yang melakukan tindak pidana narkoba pada penelitian nomer satu, bagaimana penerapan diskresi terhadap pelaku kejahatan anak dan perlindungan hukum bagi anak yang berhadapan dengan masalah hukum pada penelitian nomer dua, dan diskresi untuk menangani massa dalam aksi unjuk rasa dan apa implikasi dari penerapan diskresi tersebut pada penelitian nomer tiga. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang pelaksanaan deksresi oleh polisi dalam pelaksanaan tugas di polres sleman tentang bagimana polisi menggunakn asas diskresi dalam melaksanakan 7

tugasnya dan bagaimana pertanggung jawaban dari penerapan asas diskresi tersebut. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa penelitian dengan judul Penerapan Asas Diskresi Oleh Polisi Dalam Pelaksanaan Tugas di Polres Sleman belum pernah dilakukan dan permasalahan ini murni ide penulis sehingga penelitian ini bukan merupakan karya plagiat karena merupakan karya yang otentik. E.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan wacana di bidang hukum administrasi Negara khususnya terkait dengan pelaksanaan diskresi oleh lembaga Negara khususnya Kepolisian. 8