Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Datar Dengan Sepuluh Sirip Berdiameter Sama Yang Disusun Secara Staggered

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Datar Dengan Lima Sirip Berdiameter Sama Yang Disusun Secara Sejajar

SKRIPSI ANALISIS PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA PELAT DATAR DENGAN VARIASI SIRIP BERLUBANG

ANALISA PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA PELAT DATAR DENGAN SEPULUH SIRIP BERDIAMETER SAMA YANG DISUSUN SECARA SEJAJAR

Analisa Performansi Kolektor Surya Plat Datar Dengan Penambahan Sirip Berlubang Berdiameter Berbeda Yang Disusun Secara Staggered

ANALISA PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA PELAT DATAR DENGAN LIMA SIRIP BERDIAMETER SAMA YANG DISUSUN SECARA EJAJAR. : I Wayan Sudiantara ABSTRAK

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Proses perpindahan panas secara konduksi Sumber : (maslatip.com)

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh variasi jenis pasir sebagai media penyimpan panas terhadap performansi kolektor suya tubular dengan pipa penyerap disusun secara seri

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

Peningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan Warna Hitam

ANALISA PERFORMASI KOLEKTOR SURYA TERKONSENTRASI DENGAN VARIASI JUMLAH PIPA ABSORBER BERBENTUK SPIRAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V

SKRIPSI ANALISA PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA PELAT BERGELOMBANG UNTUK PENGERING BUNGA KAMBOJA DENGAN EMPAT SISI KOLEKTOR. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Performansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

Pengaruh Penempatan Sirip Berbentuk Segitiga Yang Dipasang Secara Aligned Dan Staggered Terhadap Performansi Kolektor Surya Pelat Datar

Analisa Pengaruh Konfigurasi Pipa Pemanas Air Surya Terhadap Efisiensi

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

PEMODELAN DAN SIMULASI PERPINDAHAN PANAS PADAKOLEKTOR SURYA PELAT DATAR

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

PEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP PRISMA SEGITIGA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Energi Matahari

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

Analisa pengaruh variasi laju aliran udara terhadap efektivitas heat exchanger memanfaatkan energi panas LPG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

STUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR

Karakteristik Material Absorber Kolektor Surya Pelat Datar

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract

Analisa Kinerja Alat Destilasi Penghasil Air Tawar dengan Sistem Evaporasi Uap Tenaga Surya

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KOMPONEN KOLEKTOR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI TENAGA SURYA DENGAN VARIASI SUDUT KOLEKTOR 0 0 DAN 30 0

RANCANG BANGUN PEMANAS AIR TENAGA SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE SINUSOIDAL DENGAN PENAMBAHAN HONEYCOMB OLEH : YANUAR RIZAL EKA SB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGANTAR PINDAH PANAS

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol.6 No.1, Januari 217 (83-89) Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Datar Dengan Sepuluh Sirip Berdiameter Sama Yang Disusun Secara Staggered I Putu Roni Ambara, I Gusti Ngurah Putu Tenaya, I Nengah Suarnadwipa Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali Abstrak Energi surya adalah salah satu sumber energi alternatif yang sangat mudah diperoleh di Indonesia khususnya di Bali, karena merupakan negara yang terletak didaerah khatulistiwa. Energi surya sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk pengering hasil pertanian, pembangkit listrik, dan pemanas air. Namun pemanfaatan energi surya ini tidak dilakukan secara optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah penelitian agar energi surya yang ada dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Kolektor surya adalah sebuah alat yang mampu menyerap dan memindahkan panas dari energi surya ke fluida kerja. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dimana kolektor surya pelat datar bertujuan untuk dapat meningkatkan performa dari kolektor surya ini yaitu dengan memasang sirip berlubang berdiameter sama. Diameter yang dimaksudkan adalah dengan membuat sepuluh sirip berlubang berdiameter sama yang disusun secara staggered. Tujuan dari pemasangan sirip berlubang berdiameter sama yang disusun secara staggered yaitu, untuk memperluas bidang penyerapan panas dari pelat penyerap ke fluida kerja, sehingga udara yang mengalir dengan laju aliran massa tertentu di antara pelat penyerap dan pelat bawah dapat meningkatkan performansi dari kolektor surya. Setelah dilakukan pengujian terhadap kolektor surya pelat datar dengan sepuluh sirip berdiameter sama yang disusun secara staggered, maka didapatkan hasil performansi kolektor surya yang paling besar pada intensitas radiasi matahari 1.122 W/m 2 dengan temperatur udara keluar kolektor 324 K, energi berguna yang dihasilkan sebesar 112,87 W dan efisiensi sebesar 16,77 %.. Kata Kunci : Kolektor surya pelat datar, Sirip pelat berlubang, Performa kolektor Abstract Solar energy is one alternative energy source that is readily available in Indonesia, especially in Bali, because it is a country located in the area of the equator. Solar energy has long been used by public good for drying agricultural products, power generation, and water heaters. However, the utilization of solar energy is not performed optimally. Therefore it is necessary to do a study that the existing solar energy can be utilized to the maximum extent possible. Solar collector is a device that is able to absorb and transfer heat from the solar energy to the working fluid. This research uses experimental methods. Where the flat plate solar collector aims to improve the performance of this solar collector is by installing the same diameter perforated fin. Diameter is meant to make the same diameter ten perforated fin arranged in staggered. The purpose of the installation of the same diameter perforated fin arranged in staggered, to expand the field of heat absorption from the absorber plate to the working fluid, so that air flows with a certain mass flow rate between the absorber plate and bottom plate may improve the performance of the solar collectors. After testing the flat plate solar collector with ten fin same diameter arranged in staggered, then showed the performance of the solar collector is greatest in the intensity of solar radiation 1122 W/m 2 with the temperature of the air out the collector 324 K, useful energy produced by 112, 87 W and efficiency of 16.77%. Keywords : flat plate solar collectors, perforated plate fin, Performance collectors 1. Pendahuluan Di Indonesia khususnya di Bali terus dilakukan berbagai usaha penghematan energi dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan energi surya yang sangat mendukung akan pemanfaatannya diberbagai sektor, seperti pengering hasil pertanian, pembangkit listrik, dan pemanas air. Energi surya adalah salah satu energi alternatif yang dirasakan sangat sesuai dengan kondisi saat ini karena disamping murah juga bersifat renewable dan tersedia sangat melimpah didaerah tropis. Kolektor surya merupakan salah satu contoh alat yang memanfaatkan energi surya. Dengan kolektor surya kita dapat memanfaatkan energi surya untuk pemanas udara. Kolektor surya adalah sebuah alat yang mampu menyerap dan memindahkan panas dari energi surya ke fluida kerja. Saat ini semakin banyak pemanfaatan dari kolektor surya sebagai alat pemanas udara. Sehingga perlu dilakukan pengembangan pada kolektor surya untuk mendapatkan hasil pemanas udara yang lebih maksimal. Ada beberapa tipe kolektor surya, salah satunya diantaranya yang sudah banyak dikenal adalah kolektor surya pelat datar. Jenis kolektor ini menggunakan pelat datar yang dicat hitam doff, tujuannya untuk dapat meningkatkan penyerapan radiasi sinar matahari yang optimal, selanjutnya radiasi sinar matahari akan mengenai pelat penyerap dimana sebagian akan dipantulkan ke penutup transparan atau kaca transparan dan sebagian akan dipantulkan kebagian lainnya. Untuk menjaga agar tidak terjadi kerugian panas kelingkungan, maka

Vol. 6, No. 1, Januari 217 (83-89) digunakan tutup transparan sehingga terjadi efek rumah kaca, sedangkan pada bagian dibawah diberikan isolasi. Kolektor surya ini dialiri fluida udara yang akan dikeluarkan oleh blower akan masuk kedalam kolektor melalui honeycomb. Honeycomb akan membagi aliran udara yang masuk ke dalam kolektor, agar udara yang berada di dalam kolektor lebih merata. Setelah aliran udara dibagi oleh honeycomb udara akan masuk kedalam kolektor dan pertama kali akan mengenai sirip berlubang, sehingga aliran udara akan berubah menjadi aliran turbulen yang akan mengalir ke segala arah dan juga aliran udara tersebut akan menyerap panas melalui pelat penyerap. Kemudian aliran udara akan mengalir mengenai dinding sirip dan lubang sirip lainnya, karena penempatan jarak sirip lebih rapat. Sehingga aliran udara akan berubah lagi menjadi aliran turbulen, menyebabkan udara akan lama berada didalam sirip kolektor. Aliran turbulen akan terus terjadi didalam kolektor sampai udara mengalir melewati lubang terakhir dan keluar dari kolektor surya akan menghasilkan udara panas yang berguna.. Dalam hal ini maka ada permasalahan yang akan dikaji, yaitu: Bagaimana pengaruh penambahan sirip berlubang berdiameter sama yang disusun secara staggered terhadap performansi kolektor surya pelat datar. Beberapa batasan ditetapkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Penutup transparan atau kaca transparan diasumsikan bersih dari debu dan kotoran. 2. Aliran udara yang mengalir steady flow atau steady state. 3. Lubang sirip disusun secara staggered. 4. Efisiensi daya input blower diabaikan. 2. Dasar Teori Perpindahan panas ( heat transfer) adalah proses berpindahnya energi kalor atau panas ( heat) karena adanya perbedaan temperatur. Dimana energi panas akan berpindah dari temperatur media yang lebih tinggi ke temperatur media yang lebih rendah. Proses perpindahan panas akan terus berlangsung sampai ada kesetimbangan temperatur yang terjadi pada kedua media tersebut. Perpindahan panas dapat terjadi beberapa proses yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi. 84 2.1.1 Perpindahan panas secara konduksi Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas melalui benda padat atau fluida yang diam. Proses ini terjadi karena adanya perbedan temperatur yang dimana prosesnya energi panas akan mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah pada benda padat. Dari proses perpindahan panas secara konduksi pada steady state melalui dinding datar suatu dimensi seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Perpindahan panas konduksi pada bidang datar Sumber: (Incropera dan DeWitt, 3rd ed.) Persamaan laju konduksi dikenal dengan Hukum Fourier (Fourier Law of Heat Conduction) tentang konduksi, yang persamaan matematikanya dituliskan sebagai berikut (Kreith, Frank, 1997):...(1) Dimana: = Laju perpindahan panas konduksi (W) K = Konduktivitas thermal bahan (W/m.K) A = Luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m 2 ) = Gradien temperatur pada penampang tersebut (K/m) Tanda ( -) diselipkan agar memenuhi hukum Thermodinamika II, yang menyebutkan bahwa, panas dari media bertemperatur lebih tinggi akan bergerak menuju media yang bertemperatur lebih rendah. 2.1.2 Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari suatu permukaan media padat atas fluida yang diam menuju fluida yang mengalir atau bergerak begitu pula sebaliknya, yang terjadi akibat adanya perbedaan temperature. Suatu fluida memiliki temperatur (T) yang bergerak dengan kecepatan (u), diatas permukaan benda padat (Gambar 2). Temperatur media padat lebih tinggi dari temperatur fluida, maka akan terjadi perpindahan panas secara konveksi dari benda padat ke fluida yang mengalir.

Vol. 6, No. 1, Januari 217 (83-89).......(3) Sedangkan, untuk benda hitam sempurna (black body), dengan nilai emisivitas (ε = 1) memancarkan radiasi (. ), sebesar:......(4) Untuk laju pertukaran panas radiasi keseluruhan, antara permukaan dengan sekelilingnya (surrounding) dengan temperatur sekeliling ( ), adalah: Gambar 2. Perpindahan panas konveksi dari permukaan media padat ke fluida yang mengalir Sumber: (Incropera dan DeWitt, 3rd ed.) Laju perpindahan panas konveksi mengacu pada Hukum Newton tentang pendinginan (Newton s Law of Cooling) (Incopera and De Witt), dimana:.....(2) Dimana: = Laju perpindahan panas konveksi (W) = Koefisien perpindahan panas konveksi /. = Luas permukaan perpindahan panas ( ) = Temperatur permukaan (K) = Temperatur fluida (K) Menurut perpindahan panas konveksi, aliran fluida dapat diklasifikasikan menjadi: a. Konveksi paksa (forced convection). Terjadi bila aliran fluida disebabkan oleh gaya luar. Seperti: blower, pompa, dan kipas angin. b. Konveksi alamiah ( natural convection). Terjadi bila aliran fluida disebabkan oleh efek gaya apungnya ( bouyancy forced effect). Pada fluida, temperatur berbanding terbalik dengan massa jenis ( density). Dimana, semakin tinggi temperatur suatu fluida maka massa jenisnya akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. 2.1.3 Perpindahan Panas Radiasi Perpindahan panas radiasi adalah suatu energi dari medan radiasi ditransportasikan melalui pancaran gelombang elektomagnetik (photon), dan asalnya dari energi dalam material yang memancar. Pada peristiwa radiasi tidak memerlukan media atau benda, justru radiasi akan lebih efektif dalam ruang hampa. Berbeda dengan perpindahan panas konduksi dan konveksi yang mutlak memerlukan media perpindahan. Besarnya radiasi yang dipancarkan oleh permukaan suatu benda nyata ( real) (. ), (W), adalah:......(5) Dimana : = laju pertukaran panas radiasi (W) = Nilai emisivitas suatu benda ( ε 1) = Konstanta proporsionalitas, disebut juga konstanta Stefan Boltzmann. Dengan nilai 5,67 1 / ) = Luas bidang permukaan ( ) = Temperatur benda (K) 2.2 Konstanta Matahari Lapisan fotosfer memancarkan suatu spectrum radiasi yang terus menerus ( continous), yang sekiranya cukup dapat dikatakan sebagai sebuah radiator sempurna pada temperatur 5762 K. Skema letak bumi terhadap matahari ditunjukkan pada Gambar 3 berikut. Gambar 3. Bola matahari Sumber : (Arismunandar, Wiranto., 1995) 2.3 Radiasi Matahari Energi radiasi yang menimpa permukaan suatu benda, maka sebagian energi radiasi tersebut akan dipantulkan ( reflection), sebagian akan diserap (absorbtion), dan sebagian lagi akan diteruskan (transmisition), seperti tergambar pada Gambar 4. Gambar 4. Bagan pengaruh radiasi datang Sumber : (Holman J.P., 1985) Jika berkas jatuh radiasi tersebar merata ke segala arah sesudah refleksi, maka dikatakan refleksi tersebut sebagai refleksi baur ( difuse). Kedua jenis refleksi tersebut tergambar seperti Gambar 5. 85

Vol. 6, No. 1, Januari 217 (83-89) Gambar 5. Fenomena refleksi spektakular (a) dan refleksi baur (b) Sumber : (Holman J.P., 1985) Intensitas radiasi matahari akan berkurang penyerapan dan pemantulan yang dilakukan oleh atmosfer, sebelum intensitas matahari mencapai permukaan bumi. Ozon pada lapisan atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet). Sedangkan, karbon dioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang ( infrared). Selain pengurangan radiasi bumi langsung (radiasi sorotan) oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas, debu, dan uap air di atmosfer. radiasi yang dipancarkan tersebut mencapai bumi sebagai radiasi sebaran, seperti yang ditunjukkan Gambar 6. 2.4 Kolektor Surya 2.4.1 Bagian-Bagian Kolektor Surya Kolektor surya merupakan suatu alat yang menyerap dan mengumpulkan radiasi dari sinar matahari dan merubahnya menjadi energi panas yang bermanfaat. Adapun bagian-bagian dari kolektor surya yaitu: a. Penutup transparan atau kaca bening Penutup transparan merupakan lapisan teratas dari kolektor surya pada umumnya penutup transparan menggunakan kaca bening. b. Pelat penyerap Pelat penyerap yang ideal memiliki permukaan dengan tingkat absorbsivitas yang tinggi, guna menyerap radiasi matahari sebanyak mungkin dan memiliki tingkat emisivitas serendah mungkin. Disamping itu, pelat penyerap diharapkan memiliki nilai konduktivitas thermal yang tinggi. c. Isolasi Agar mengihindari kehilangan panas bagian luar kolektor surya di beri isolasi atau peredam panas yang dimana merupakan material yang bersifat konduktivitas thermal yang rendah. 2.4.2 Radiasi yang Diserap Kolektor Surya Pada kolektor surya yang digunakan sebagai pemanas udara, radiasi matahari tidak akan sepenuhnya diserap oleh pelat penyerap. Sebagian radiasi akan dipantulkan (direfleksikan) menuju bagian dalam penutup transparan. Proses penyerapan radiasi ini diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 6. Radiasi sorotan dan radiasi sebaran Sumber : (Arismunandar, Wiranto., 1995) Penjumlahan radiasi sorotan ( beam) ( ), dan radiasi sebaran ( difuse) ( ), merupakan radiasi total (I) pada permukaan horizontal per jam. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:...(6) Nilai radiasi total ( I) dapat juga dihitung dengan menggunakan bantuan alat solarymeter. 2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Radiasi Matahari di Bumi Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan radiasi matahari pada suatu permukaan di bumi antara lain: a. Posisi matahari b. Lokasi dan kemiringan permukaan c. Waktu matahari d. Keadaan cuaca 86 Gambar 7. Penyerapan radiasi matahari oleh kolektor 2.5 Kolektor Surya Pelat Datar Dengan Sirip Berlubang Rancangan kolektor surya pada penelitian ini akan menggunakan sirip berlubang berdiameter sama yang disusun secara sejajar agar performansi dari kolektor surya diketahui. 2.5.1 Penggunaan Sirip Berlubang Perpidahan Panas Dari Permukaan Yang Diperluas Perpidahan panas dari permukaan yang diperluas bisa digunakan untuk benda padat yang mengalami perpindahan energi secara konduksi di dalam batasan benda tersebut dan terjadi pula

Vol. 6, No. 1, Januari 217 (83-89) perpindahan energi melalui konveksi atau radiasi antara benda tersebut dan disekelilingnya. Untuk memperbesar laju perpindahan panas antara benda padat dengan fluida dilakukan dengan memperluas permukaan menggunakan fin atau sirip yang dimana konveksi terjadi. Ini dapat dilakukan dengan penambahan sirip yang meluas dari permukaan media padat ke dalam fluida yang berada di sekelilingnya seperti Gambar 8. Gambar 8. Kegunaan sirip untuk memperbesar perpindahan panas media padat Sumber: (Incropera dan De Witt,) 3. Metode Penelitian 3.1 Alat dan Bahan Adapun berbagai alat dan bahan yang akan diperlukan dalam pengujian dan pembuatan kolektor surya, adalah sebagai berikut: Alat yang digunakan pada saat pengujian kolektor surya : a. Thermometer digital Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur lingkungan tempat pengujian kolektor surya. b. Thermometer digital Diletakkan pada beberapa titik pengukuran. Dimana alat ini difungsikan untuk mengukur temperatur pada alat penyerap, temperatur udara yang keluar masuk kolektor, dan temperatur pada kaca penutup. c. Solarymeter Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas radiasi sinar matahari. d. Stopwatch Digunakan sebagai alat bantu untuk pengingat waktu selama proses pengujian. e. Inclined manometer Digunakan untuk mengukur tekanan udara yang masuk ke kolektor surya. f. Blower Untuk mengalirkan udara pada kolektor. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kolektor surya : a. Pelat besi eser dengan ketebalan 1,2 mm Digunakan untuk membuat pelat penyerap, dinding kolektor dan sirip berlubang. b. Kaca bening dengan ketebalan 3 mm Digunakan untuk penutup permukaan kolektor. c. Gabus (st earofoam) dengan ketebalan 1 mm Digunakan sebagai isolasi untuk menghindari kehilangan panas kelingkungan. d. Triplek dengan ketebalan 3 mm Digunakan sebagai isolasi untuk menghindari kehilangan panas ke lingkungan. e. Besi hollow dengan ukuran 2 mm 2 mm Digunakan sebagai kerangka dari kolektor surya. f. Pipa PVC dengan diameter 2 Digunakan sebagai saluran masuk fluida. 3.2 Spesifikasi Kolektor Surya Luas kolektor surya yang dipakai A =,6 m 2, dengan lebar kolektor Wp =,5 m dan panjang kolektor Lp = 1,2 m. Pelat penyerap, pelat berlubang dan pelat bawah menggunakan pelat besi dengan ketebalan 1,2 mm yang dicat hitam doff. Untuk penutup transparannya menggunakan kaca bening dengan ketebalan sebesar 3 mm. Pada bagian bawah dan samping diberi isolasi yang terdiri dari gabus (stearofoam) dengan ketebalan 1 mm dan triplek dengan ketebalan 3 mm. Jarak antara kaca dengan pelat penyerap N = 13 mm dan saluran udara di antara pelat penyerap dan pelat bagian bawah dengan jarak yaitu 13 mm. Diameter yang digunakan pada sirip yaitu 5 mm. Gambar 9. Dimensi kolektor surya pelat datar aliaran impinging jets Keterangan gambar : 1. Sirip lubang 5 dengan ketebalan pelat besi 2. Pelat penyerap dengan ketebalan pelat besi 3. Stearofoam dengan ketebalan 1 mm 4. Triplex dengan ketebalan 3 mm 5. Kaca bening dengan ketebalan 3 m 6. Pelat penyerap dengan ketebalan pelat besi 7. Honeycomb 87

Vol. 6, No. 1, Januari 217 (83-89) 8. Sirip lubang 4 dengan ketebalan pelat besi 3.3 Intalasi Pengambilan Data Untuk mendapatkan hasil data dari kolektor surya pengujian dilakukan dengan merangkai komponen-komponen yang akan digunakan dan posisi kolektor akan diletakan secara mendatar ditempat yang datar agar terkena sinar matahari. Agar aliran udara dapat masuk kedalam kolektor akan menggunakan batuan blower. Pengujian akan dilakukan dengan pengambilan data pada kolektor surya dengan sepuluh sirip berlubang berdiameter sama yang disusun staggered. Untuk pengujain kolektor tersebut pada Gambar 1. 4.2 Data Hasil Penelitian Kolektor surya pelat datar dengan sepuluh sirip berdiameter sama yang disusun secara staggered pada jam12:4 WA, dengan intesitas radiasi matahari terukur dari solar powermeter (I T ) sebesar 1.122 W/m 2. 4.2.1 Temperatur Keluar (Tout) Kolektor Pelat Datar Tout (C) 6 4 2 15 1 5 (W/m 2 ) Waktu Tout O-o Gambar 12. Grafik perbandingan temperatur keluar (Tout) kolektor terhadap waktu Gambar 1. Rancangan pengujian kolektor surya dengan sirip berlubang 3.4 Penempatan Alat Ukur Alat ukur thermocouple akan tempatkan dimasing-masing kolektor dibeberapa titik yaitu pada pelat penyerap, kaca bening, masing-masing sirip serta pada aliran udara masuk dan keluar kolektor. Gambar 11. Penempatan alat ukur 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisa Performansi Kolektor Untuk mempermudah melakukan analisa maka data-data hasil pengujian dan perhitungan digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik-grafik yang digambarkan tersebut adalah grafik performansi kolektor surya pelat datar yang terdiri dari grafik hubungan Tout, I T terhadap waktu pada kolektor, grafik energi berguna aktual kolektor dan grafik efisiensi aktual kolektor. Pada Gambar 11 terlihat bahwa itensitas radiasi matahari yang tidak konstan, yang dipengaruhi oleh faktor cuaca menyebabkan temperatur keluar kolektor menjadi naik dan turun. Pada pukul 9: Wita sampai pukul 11:4 Wita intensitas radiasi matahari naik, pukul 12: Wita sampai pukul 12:2 Wita intensitas radiasi matahari turun, ini dikarenakan oleh faktor cuaca berawan, pukul 12:4 Wita sampai pukul 17: Wita intensitas radiasi matahari kembali naik. Pada Gambar 11 juga menunjukkan intensitas radiasi matahari yang diserap kolektor mempengaruhi temperatur keluar yang dihasilkan kolektor, dimana semakin besar intensitas radiasi matahari temperatur keluar yang dihasilkan akan semakin besar. Ini dikarenakan luasnya bidang penyerapan panas dari pelat penyerap ke sirip berlubang sangat besar, sehingga aliran udara yang mengalir melewati lubang sirip dan dinding sirip didalam kolektor akan berubah menjadi aliran turbulen dan menyebabkan udara akan lama berada didalam kolektor. Udara yang mengalir akan menyerap panas pada sirip dan pelat penyerap didalam kolektor yang menyebabkan temperatur udara keluar kolektor akan lebih tinggi. 4.2.2 Energi Berguna (Qu,a) Kolektor Pelat Datar Qua (W) 12 1 8 6 4 2 Waktu Qua O-o Gambar 12. Grafik perbandingan energi berguna (Qua) kolektor terhadap waktu 12 1 8 6 4 2 (W/m 2 ) 88

Vol. 6, No. 1, Januari 217 (83-89) Pada Gambar 12 menunjukkan energi berguna yang dihasilkan dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Pada pukul 9: Wita sampai pukul 11:4 Wita intensitas radiasi matahari naik, pukul 12: Wita sampai pukul 12:2 Wita intensitas radiasi matahari turun, ini dikarenakan oleh faktor cuaca berawan. Pukul 12:4 Wita sampai pukul 17: Wita intensitas radiasi matahari kembali naik, terlihat dari semakin tinggi intensitas radiasi matahari yang diserap kolektor akan menghasilkan temperatur keluar yang lebih tinggi dan akan menyebabkan energi berguna yang dihasilkan kolektor juga akan lebih besar. Ini merupakan fungsi dari laju aliran massa kolektor, koefisien panas jenis udara dan temperatur udara keluar kolektor. 4.2.3 Efisiensi (ŋa) Kolektor Pelat Datar Efisiensi (%) 4 3 2 1 Waktu ᶯ O-o Gambar 13. Grafik perbandingan efisiensi (ƞa) kolektor terhadap waktu Pada Gambar 13 terlihat bahwa efisiensi yang dihasilkan kolektor surya, pada pukul 9: Wita sampai pukul 11:4 Wita intensitas radiasi matahari naik, pukul 12: Wita sampai pukul 12:2 Wita intensitas radiasi matahari turun, ini dikarenakan oleh faktor cuaca berawan dan pukul 12:4 Wita sampai pukul 17: Wita intensitas radiasi matahari kembali naik, terlihat dari semakin tinggi intensitas radiasi matahari yang diserap kolektor akan menghasilkan temperatur keluar yang lebih tinggi dan akan menyebabkan energi berguna yang dihasilkan kolektor akan lebih besar, sehingga kolektor juga akan menghasilkan efisiensi yang semakin besar. Ini dikarenakan udara yang mengalir melewati masing-masing sirip didalam kolektor luas bidang penyerapan panasnya juga akan lebih besar. 15 1 5 (W/m 2 ) Daftar Pustaka [1] Rangga Iswara, I.D.G, (27), Pengaruh Penempatan Sirip Berbentuk Segitiga Yang Dipasang Secara Aligned Terhadap Performa Kolektor Surya Pelat Datar, Skripsi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali. [2] Subadiyasa, I Kadek, (29 ), Pengaruh Penempatan Sirip Berbentuk Segitiga Pada Kolektor Surya Pelat Datar Yang Dipasang Secara Staggered, Skripsi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali. [3] Gigih Predana Putra, I Nyoman, (21), Analisis Performansi Kolektor Surya Pelat Datar Dengan Variasi Sirip Berlubang, Skripsi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali. [4] Incropera and Dewitt (1996 ), Fundamentals of Heat and Mass Transfer, John Wily & Sons, Inc, New York. [5] Arismunandar, Wiranto, (1995), Teknologi Rekayasa Surya, PT Pradnya Paramita, Jakarta. [6] Holman, J. P., alih bahasa oleh Ir. E. Jasjfi M.Sc, (1985), Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta. [7] Kreith, Frank, (1986), Prinsip Prinsip Perpindahan Panas, Erlangga, Jakarta. 5. Kesimpulan Dari hasil pengujian yang telah dilaksanakan dengan pengamatan dan pencatatan data terhadap kolektor surya pelat datar dengan sepuluh sirip berdiameter sama yang disusun secara staggered, maka didapatkan hasil performansi kolektor surya yang paling besar pada intensitas radiasi matahari 1.122 W/m 2 dengan temperatur udara keluar kolektor 324 K, energi berguna yang dihasilkan kolektor sebesar 112,87 W dan efisiensi kolektor sebesar 16,77 % 89