Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru,28293 Indonesia

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

BAB IV PENGUJIAN ALAT GERINDA SILINDRIS DAN ANALISA

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Jenis Pendinginan dan Kecepatan Spindel

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUATAN POROS ALUMINIUM MENGGUNAKAN EMCO T.U CNC -2A SMKN2 PEKANBARU DENGAN ROUNDNESS TESTER MACHINE

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL JIS G-3123 SS 41 DENGAN METODE TAGUCHI

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

PENGARUH JENIS PAHAT, JENIS PENDINGINAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KERATAAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES BUBUT RATA MUKA

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

Alfian Eko Hariyanto S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

Kecepatan potong Kecepatan makan Kedalaman potong. Kekasaran Permukaan

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

PENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL. Abstract

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 40-48

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

PENGARUH VARIASI PUTARAN BENDA KERJA DAN PUTARAN TOOL MENGGUNAKAN METODE PEMAKANAN TANGENSIAL PADA PROSES TURN-MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

OPTIMALISASI PROSES GERINDA UNTUK PERMUKAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PRASYARAT... HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS...

STUDI KECERMATAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE PRODUKSI LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK MESIN UNVERSITAS RIAU DENGAN METODE HELIX

Gambar I. 1 Mesin Bubut

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

ANALISA KEDATARAN GUIDE WAYS TERHADAP PENGARUH GERAK CARRIAGE PADA MESIN BUBUT G.D.W LZ 350 DENGAN ALAT UKUR DIGI- PAS DWL-200

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN GAYA PEMOTONGAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BERBAGAI MATERIAL MENGGUNAKAN PAHAT HSS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

PENGARUH PROSES BURNISHING TERHADAP KEKASARAN DAN KEKERASAN MILD STEEL MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH KEDALAMAN POTONG TERHADAP KEBULATAN PADA PEMBUBUTAN MATERIAL BAJA JISS S45C

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DAN JENIS SUDUT PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS 45

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014,

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL, SUDUT POTONG UTAMA DAN KADAR SOLUBLE OIL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN BAJA ST 37

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

PENGARUH VARIASI SUDUT UJUNG MATA POTONG KARBIDA TERHADAP KEKASARAN DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM Al 6061 PADA PROSES PEMBUBUTAN

Bab IV Data Pengujian

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

PENGARUH SUDUT POTONG (RAKE ANGLE) PADA PROSES TURNING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran

PENGARUH KEDALAMAN DAN CAIRAN PENDINGIN TERHADAP KEKASARAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

TUGAS SARJANA OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN PROSES CNC FREIS TERHADAP HASIL KEKASARAN PERMUKAAN DAN KEAUSAN PAHAT MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

JTM. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 48-55

OPTIMASI PARAMETER PROSES PEMESINAN TERHADAP KEAUSAN PAHAT DAN KEKASARAN PERMUKAAN BENDA HASIL PROSES CNC TURNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

OPTIMASI NILAI KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT CNC DENGAN METODE TAGUCHI L 27

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

Pengaruh jenis proses pemotongan pada mesin milling terhadap getaran dan kekasaran permukaan dengan material aluminium 6061

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR

PENGARUH CAIRAN PENDINGIN BERTEKANAN TINGGI TERHADAP GAYA POTONG, KEAUSAN TEPI PAHAT, DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT MATERIAL AISI 4340

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

Pengaruh Kedalaman Potong, Kecepatan Putar Spindel, Sudut Potong Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Bubut Konvensional Bahan Komposit

OLEH : I PUTU AGUNG MAHAPUTRA NIM

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JENIS MATERIAL PAHAT POTONG DAN RUN OUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA SILINDER PADA PROSES BUBUT

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

STUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Kecepatan Spindel Dan Jenis Cairan Pendingin Terhadap Kekasaran Dan Kerataan

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

Iman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTARAN BENDA KERJA DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PROSES GERINDA SILINDERIS BAJA AISI 4140 MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN (COOLANT CAMPURAN MINYAK SAWIT DAN CALCIUM HYPOCHLORITE) Fahrizal 1, Dodi Sofyan Arief 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293 fahri11_06@yahoo.com Abstract Selection of the appropriate grinding parameters are needed and grinding parameters that affect the quality of surface roughness such as rotation speed grinding machines, the speed of rotation of the workpiece using the coolant medium is coolant mixture is in the form of palm oil additives RBDO with calcium hypochlorite. Coolant mixture is obtained based on the results of research that has been done by Buma in 2014. This study used three variations of round rotation workpieces are low speed (83 rpm), medium speed (194 rpm) and high speed (304 rpm). Likewise with varying depth of cut is 0.005 mm, 0.010 mm, 0.015 mm. This test is a variation on the round grinding machine and workpiece feeds depth very big influence on the surface roughness. In this case can be concluded that the greater the level of rotational speed of the workpiece and the depth of feeds, then the smaller the surface roughness value is in the variation of the rotational speed of the workpiece at a speed of 304 rpm with a depth of 0.015 mm Ingestion is worth 0.84 μm. The lower level of the rotational speed of the workpiece and the depth of feeds, the greater the surface roughness value is in the variation of the rotational speed of the workpiece at a speed of 83 rpm with a depth of 0,005 mm Ingestion is worth 2.43 μm. Keywords: Surface roughness, Grinding machine, Depht of feeds and Depht of cut 1. Pendahuluan Salah satu kualitas dari produk hasil pemesinan adalah tingkat kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan adalah salah satu penyimpangan yang disebabkan oleh kondisi pemotongan dari proses pemesinan. Kekasaran permukaan merupakan salah satu sifat yang penting dari permukaan suatu benda karena pada elemen mesin yang bergerak, kualitas permukaan berpengaruh pada gesekan dan keausan. Kekasaran permukaan suatu produk mekanik dapat dihasilkan melalui sejumlah proses manufaktur, salah satunya adalah melalui proses gerinda [1], dimana kualitas permukaan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kecepatan pemakanan, kekerasan benda kerja, dan grit batu gerinda. Proses penggerindaan (grinding) merupakan proses permesinan lanjut untuk mendapatkan tingkat kekasaran permukaan tertentu yang dapat dicapai pada proses pengerjaan akhir (finishing). Pekerjaan gerinda ini juga dapat dilakukan untuk menghaluskan benda kerja yang telah dikeraskan (heat-treated). Menurut penelitian Sridhar et.al. (2014) melakukan penelitian untuk mengoptimasi parameter kecepatan putar benda kerja, kedalaman pemakanan pada mesin gerinda silinderis dan jumlah geram yang terbuang pada materal Baja OHNS AISI 0-1. Penelitiannya bertujuan untuk mendapatkan proses penggerindaan yang dapat JOM FTEKNIK VOLUME 3 No. 1 Februari 2016 1

dimanfaatkan untuk memprediksi kinerja penggerindaan dan mencapai parameter yang optimal pada proses penggerindaan dari berbagai bahan material. Jumlah geram yang terbuang dari kecepatan penghasil beram adalah parameter yang dominan dari tiga parameter yang diteliti. Parameter yang optimal untuk OHNS adalah putaran batu gerinda 150 rpm, kedalaman pemakanan 0.02 mm dan jumlah geram yang terbuang di skala 1 dari 3. [3] Hasil kekasaran permukaan bergantung kepada parameter-parameter pemotongan, salah satunya yaitu media pendingin. Salah satu pengaruh yang muncul akibat perubahan parameter adalah nilai kekasaran permukaan benda kerja. Media pendingin (coolant) adalah cairan yang digunakan dalam proses produksi yang fungsinya untuk pendinginan panas yang tinggi akibat gesekan dua benda. Media pendingin (coolant) mempunyai kegunaan yang khusus dalam proses pemesinan. Selain untuk memperpanjang umur pahat, cairan pendingin dalam beberapa kasus, mampu menurunkan gaya dan memperhalus permukaan produk hasil pemesinan. Selain itu, media pendingin juga berfungsi sebagai pembersih /pembawa beram (terutama dalam proses gerinda) serta melindungi benda kerja dan tool dari korosi. Efektifitas dari cairan ini hanya dapat diketahui dengan melakukan percobaan pemesinan [2]. Menurut penelitian Buma (2014), berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, campuran minyak sawit dan calcium hypochlorite dengan persentase 5% memiliki kriteria yang baik untuk dijadikan sebuah produk coolant, hal ini dapat direkomendasikan sesuai dengan analisis dan data referensi sebuah coolant yang telah memperoleh hak paten yaitu dari produk Z dengan merk X. Sifat fisik pada campuran 5% sangat mendekati bahkan dapat melebihi sifat fisik dari coolant X, data tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Spesifikasi Coolant X Viscosity (cst) Density Flash/Fire Pour 40ºC 100ºC (g/ml) (ºC) (ºC) 66,4-85 16 0,955 >154 - Tabel 2. Spesifikasi Coolant Campuran Komposisi 5% Hypo 10% Hypo 15% Hypo Viscosity (cst) Density Flash/Fire Pour 40ºC 100ºC (g/ml) (ºC) (ºC) 53,264 63,737 75,098 8,726 11,426 12,878 0,902 0,901 0,898 260 240 >300 Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: Berapa besar pengaruh variasi kecepatan putaran benda kerja dan kedalaman pemakanan gerinda pada pengaruh penggunaan coolant campuran pada mesin gerinda terhadap kekasaran permukaan benda kerja hasil gerinda silinderis pada bahan AISI 4140?. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai kekasaran permukaan antara variasi kecepatan putaran benda kerja dan kedalaman pemakanan mesin gerinda pada pengaruh penggunaan media pendingin (coolant campuran) terhadap kekasaran permukaan benda kerja. 2. Metode Prosedur penelitian ini diringkas dan diskemakan pada diagram alir seperti ditunjukkan Gambar 1 berikut: -2,11-1,4-0,2 JOM FTEKNIK VOLUME 3 No. 1 Februari 2016 2

Mulai Studi Literatur: Referensi Jurnal dan Buku Persiapan dan Pembuatan Media Pendingin (Coolant Campuran Minyak Sawit dan Calcium Hypochlorite) Persiapan dan Pembuatan Spesimen Uji Baja Silindris AISI 4140 dengan kecepatan putaran benda kerja 83 rpm (kedalaman pemakanannya 0.005 mm) Baja Silindris AISI 4140 dengan kecepatan putaran benda kerja 194 rpm (kedalaman pemakanannya 0.010 mm) Baja Silindris AISI 4140 dengan kecepatan putaran benda kerja 304 rpm (kedalaman pemakanannya 0.015 mm) Lengkap Persiapan Alat Ukur Kekasaran Permukaan dan Pengambilan Data Kekasaran Permukaan Analisis kekasaran permukaan pada kecepatan benda kerja 83 rpm Analisis kekasaran permukaan pada kecepatan benda kerja 194 rpm Analisis kekasaran permukaan pada kecepatan benda kerja 304 rpm Hasil Kesimpulan Selesai Gambar 1. Diagram alir penelitian 2.1 Variabel Penelitian Variabel adalah suatu atribut atau sikap dari suatu objek yang mempunyai variabel-variabel tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Adapun variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel Bebas Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur, yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan muncul-nya variabel lain yang disebut variabel terikat. Muncul atau adanya variabel ini tidak dipengaruhi atau tidak ditentukan oleh ada atau tidaknya variabel lain. Sehingga tanpa va-riabel bebas, maka tidak akan ada variabel terikat. Demikian pula terjadi bahwa jika variabel bebas berubah, maka akan muncul variabel terikat yang berbeda. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah: Variasi kecepatan putaran benda kerja yaitu 83 rpm,194 rpm dan 304 rpm Variasi kedalaman pemakanan proses gerinda silinderis adalah 0.005, 0.010 dan 0.015 mm 2) Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kekasaran permukaan pada proses penggerindaan silinderis dengan bahan baja AISI 4140 3) Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur didalamnya, yang berfungsi untuk mengendalikan agar variabel terikat yang muncul bukan karena variabel lain, tetapi benar-benar karena variabel bebas tertentu. Pengendalian variabel ini dimaksudkan agar tidak merubah atau menghilangkan variabel bebas yang akan diungkap pengaruhnya. Dalam penelitian ini variabel kontrolnya adalah: Pengambilan data difokuskan pada proses finishing penggerindaan silinderis. Kecepatan putaran mesin gerinda silinderis 1430 rpm Jenis Batu Gerinda yang digunakan adalah A 46 Q V Proses penggerindaan dengan media pendingin berupa coolant campuran minyak sawit dan calcium hypochlorite. Coolant campuran yang didapatkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Buma pada tahun 2014. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukannya, bahan coolant campuran minyak sawit dan calcium hypochlorite dengan persentase 5% memiliki kriteria yang baik untuk dijadikan sebuah produk coolant, maka didapatkan JOM FTEKNIK VOLUME 3 No. 1 Februari 2016 3

spesifikasi coolant campuran sebagai berikut: Tabel 3. Spesifikasi Coolant Campuran [4] Komposisi Viscosity (cst) Density Flash/Fire Pour 40ºC 100ºC (g/ml) (ºC) (ºC) 5% Hypo 53,264 8,726 0,902 260-2,1 2.2 Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat dan bahan penelitian adalah sebagai berikut : Alat : 1. Kunci Chuck 2. Kunci L 3. Kamera digital 4. Mesin Gerinda Silinderis 5. Alat Ukur Kekasaran Permukaan 6. Coolant campuran 7. Spesimen uji Baja AISI 4140 2.3 Tahapan Pengambilan Data Langkah-langkah pengambilan data dalam penelitian ini dapat di-gambarkan dengan bagan alir proses pengambilan data: nw = 83 rpm Kedalaman pemakanan proses gerinda silinderis 0,005 mm. Kecepatan putaran mesin 1430 rpm Coolant campuran Mulai Persiapan Bahan Baja AISI 4140 Pembuatan Benda Uji nw = 194 rpm Kedalaman pemakanan proses gerinda silinderis 0,010 mm. Kecepatan putaran mesin 1430 rpm Coolant campuran Pengukuran Kekasaran Permakaan Analisis Data Kesimpulan Selesai nw = 304 rpm Kedalaman pemakanan proses gerinda silinderis 0,015 mm. Kecepatan putaran mesin 1430 rpm Coolant campuran Gambar 2. Bagan Alir Proses Pengambilan Data Langkah-langkah yang dalam proses pengambilan data penelitian dapat digambarkan dengan Bagan alir proses pengambilan data seperti pada Gambar 2 adalah sebagai berikut: Langkah pertama, yang harus dilakukan yaitu persiapan peralatan yang mendukung dalam proses penggerindaan nanti diantaranya Kunci Chuck, kunci L dan peralatan lainnya. Dimana bahan yang dipilih untuk penggerindaan adalah Baja AISI 4140 yang panjang 10cm dan berdiameter 1,5 inch dengan jumlah sampel sembilan benda uji. Langkah kedua, benda uji dicekamkan pada Chuck lalu dilakukan proses penggerindaan permukaan benda uji, pada tabel kecepatan putar benda kerja yang tertera di mesin gerinda silinderis dipilih tiga kecepatan putar benda kerja yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kecepatan rendah putaran benda kerja (83 rpm), kecepatan sedang putaran benda kerja (194 rpm) dan kecepatan tinggi putaran benda kerja (304 rpm). Langkah selanjutnya dapat ditelusuri seperti dibawah ini: 1. Tiga benda uji dengan kedalaman pemakanan 0,005 mm, dilakukan penggerindaan silinderis dimana benda uji pertama digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 83 rpm, kemudian benda uji kedua digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 194 rpm dan benda uji yang ketiga digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 304 rpm. 2. Tiga benda uji dengan kedalaman pemakanan 0,010 mm, dilakukan penggerindaan silinderis dimana benda uji pertama digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 83 rpm, kemudian benda uji kedua digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 194 rpm dan benda uji yang ketiga digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 304 rpm. 3. Tiga benda uji dengan kedalaman pemakanan 0,015 mm, dilakukan penggerindaan silinderis dimana benda uji pertama digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 83 rpm, JOM FTEKNIK VOLUME 3 No. 1 Februari 2016 4

kemudian benda uji kedua digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 194 rpm dan benda uji yang ketiga digerinda menggunakan kecepatan putar benda kerja 304 rpm. 4. Setelah sembilan sampel tersebut selesai digerinda dan diketahui tingkat permukaannya maka akan dilakukan pengukuran nilai kekasaran permukaan sebagai guna untuk diketahui tingkat kekasaran hasil penggerindaan dan untuk analisa hasil penelitian. Langkah yang ketiga atau yang terakhir adalah pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan Surface Tester SJ 301 merek Mitutoyo, proses pembacaan angka-angka profil kekasaran permukaan ditunjukkan dengan stylus dengan panjang pengukuran 0,8 x 5 mm dengan dengan ketelitian 1μm (micron meter) dimana jarum tersebut bergerak meraba bagian dari titik permukaan setelah itu muncul pada layar digital kekasaran berupa grafik dengan nilai Ra (rata-rata uji permukaan) sebagai datanya. Langkah selanjutny data yang diperoleh dari pengukuran tersebut di analisa datanya sebagai hasil penelitian yang mana akan ditarik kesimpulan data penelitian. Gambar 3. Skema Proses Pengukuran Kekasaran Permukaan 2.4 Metode Pengolahan Data Penelitian ini menggunakan metode 3 x 3 sehingga diperlukan 9 kondisi eksperimen atau 9 kombinasi perlakuan yang berbeda-beda. Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas ini disebut faktor. Faktor A mempunyai tiga taraf yaitu kecepatan putar benda kerja mesin gerinda untuk n=83 rpm; n=194 rpm dan n=304 rpm, sedangkan faktor B mempunyai tiga taraf yaitu kedalaman pemakanan yaitu 0.005mm, 0.010mm dan 0.015mm. Pada masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan sehingga tiap perlakuan diperoleh 3 data. Karena pada tiap perlakuan dilakukan replikasi sebanyak tiga kali, maka pada faktoriak 3x3 ini akan diperoleh data sebanyak 27 data. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran dapat diambil hipotesis yaitu : 1. Ada pengaruh yang sangat signifikan variasi kecepatan putar benda kerja mesin gerinda terhadap kekasaran permukaan benda uji hasil penggerindaan silinderis pada Baja AISI 4140. Semakin tinggi kecepatan putar benda kerja mesin gerinda maka semakin halus permukaan yang dihasilkan. 2. Ada pengaruh yang sangat signifikan variasi kedalaman pemakanan terhadap kekasaran permukaan benda uji hasil penggerindaan silinderis pada Baja AISI 4140. Semakin dalam pemakanan batu gerinda maka semakin halus tingkat permukaannya. 3. Ada interaksi antara variasi kecepatan putar benda kerja dan kedalaman pemakanan terhadap kekasaran permukaan benda uji hasil penggerindaan silinderis pada Baja AISI 4140 Kombinasi perlakuan dilakukan dengan mengkombinasikan masing-masing taraf pada faktor A dengan taraf pada faktor B. faktor A (kecepatan putar benda kerja) dan faktor B (kedalaman pemakanan), 3. Hasil Data hasil pengujian kekasaran permukaan setelah dilakukan proses pengukuran kekasaran permukaan dengan menentukan dua faktor yang disimbolkan denan huruf A dan B. Faktor A adalah variasi kecepatan putar benda kerja gerinda silindris yaitu 83 rpm, 194 rpm dan 304 rpm. Faktor B adalah variasi kedalaman pemakanan yaitu 0,005 mm, 0,010 mm dan 0,015. Kedua faktor tersebut merupakan variabel bebas, sedangkan variabel ter- JOM FTEKNIK VOLUME 3 No. 1 Februari 2016 5

ikatnya adalah kekasaran permukaan baja AISI 4140 hasil gerinda silinderis. Sehingga diperoleh desain eksperimen faktorial 3 x 3. Dengan demikian diperlakukan sembilan kondisi percobaan yang berbeda-beda. Pada tiap perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan, sehingga tiap perlakuan diperoleh 3 data. Karena setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, maka pada percobaan 3 x 3 ini diperoleh data sebanyak 27 data penelitian. Tabel 4. Data hasil pengukuran kekasaran permukaan hasil penggerindaan silinderis Baja AISI 4140 4. Pembahasan Dari data yang diperoleh dalam pengujian kekasaran permukaan hasil gerinda silinderis pada Baja AISI 4140 dengan variasi kecepatan putar benda kerja dan kedalaman pemakanan terbagi menjadi 9 kelompok, yaitu hasil variasi kecepatan putar benda kerja dengan kecepatan 83 rpm dengan masing-masing kedalaman pemakanan 0,005 mm, 0,010 mm, dan 0,015 mm. Kecepatan 194 rpm dengan masing-masing kedalaman pemakanan 0,005 mm, 0,010 mm, dan 0,015 mm. Kecepatan 304 rpm dengan masing-masing kedalaman pemakanan 0,005 mm, 0,010 mm, dan 0,015 mm. Tabel 5. Data Rata-Rata Hasil Pengujian Kekasaran Permukaan Benda Kerja Hasil Penggerindaan Silinderis Pada Baja AISI 4140 Faktor A Variasi Kecepatan Putar Benda Kerja Faktor B Variasi Kedalaman Pemakanan 0,005 mm 0,010 mm 0,015 mm 83 rpm 2,43 μm 1,12 μm 1,56 μm 194 rpm 1,95 μm 1,45 μm 1,61 μm 304 rpm 1,16 μm 1,10 μm 0,84 μm Dari tabel data rata-rata hasil pengujian kekasaran permukaan benda kerja hasil penggerindaan silinderis pada baja AISI 4140 diatas, dapat diamati bahwa semakin besar tingkatan kecepatan putar benda kerja dan kedalaman pemakanan, maka nilai kekasaran permukaannya semakin kecil yaitu pada variasi kecepatan putar benda kerja dengan kecepatan 304 rpm dengan kedalaman pemakanan 0,015 mm yaitu senilai 0,84 μm. Semakin rendah tingkatan kecepatan putar benda kerja dan kedalaman pemakanan, maka nilai kekasaran permukaannya semakin besar yaitu pada variasi kecepatan putar benda kerja dengan kecepatan 83 rpm dengan kedalaman pemakanan 0,005 mm yaitu senilai 2,43 μm. Dari tabel 5, data rata-rata hasil pengujian kekasaran permukaan benda kerja hasil penggerindaan silinderis pada baja AISI 4140 diatas, dapat ditentukan toleransi nilai kekasaran rata-rata/ra dan tingkat kekasaran rata-rata permukaan menurut proses pengerjaannya berdasarkan kepada Tabel Klasifikasi Taufiq Rochim, 2001. JOM FTEKNIK VOLUME 3 No. 1 Februari 2016 6

Tabel 6. Toleransi nilai kekasaran ratarata/ra Grafik rata-rata nilai kekasaran Permukaan Benda Kerja Hasil Penggerindaan Silinderis Pada Baja AISI 4140 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Grafik Nilai Rata-Rata Kekasaran Permukaan Benda Kerja Dari grafik data rata-rata hasil pengujian kekasaran permukaan benda kerja hasil penggerindaan silinderis pada baja AISI 4140 diatas, dapat ditentukan Tingkat Kekasaran Rata-rata Permukaan Menurut Proses Pengerjaannya pada table 7 dibawah ini. Tabel 7. Tingkat Kekasaran Rata-rata Permukaan Menurut Proses Pengerjaannya Untuk pencocokan Tabel 5. Data Rata- Rata Hasil Pengujian Kekasaran Permukaan Benda Kerja Hasil Penggerindaan Silinderis Pada Baja AISI 4140 dan Tabel 6. Nilai kekasaran hasil penggerindaan silinderis Baja AISI 4140 masuk ke dalam proses pengerjaan Finishing, selang (N) N4 N8, harga Ra 0,1 3,2. Dimana nilai kekasaran hasil penggerindaan silinderis Baja AISI 4140 masuk ke dalam kelas kekasaran N6 dan N7. Nilai rata-rata kekasaran permukaan Baja AISI 4140 terendah adalah 0,84µm dan tertinggi adalah 2,43 µm yang masuk dalam wilayah toleransi N6 dan N7. 5. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang didukung oleh landasan teori yang telah dikemukakan dan berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada Bab IV dengan mengacu pada rumusan masalah, tentang pengaruh variasi kecepatan putar benda kerja mesin gerinda dan kedalaman pemakanan terhadap kekasaran permukaan benda kerja hasil penggerindaan selinderis dapa bahan baja AISI 4140, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Semakin tinggi Kecepatan putaran benda kerja dan semakin dalam kedalaman pemakanan maka didapat nilai rata-rata kekasaran permukaan kecil pada variasi kecepatan putar benda kerja dengan kecepatan 304 rpm dengan kedalaman pemakanan 0,015 mm yaitu senilai 0,84 μm. 2. Semakin rendah Kecepatan putaran benda kerja dan semakin dalam kedalaman pemakanan maka didapat nilai rata-rata kekasaran permukaan Besar pada variasi kecepatan putar benda kerja dengan kecepatan 83 rpm dengan kedalaman pemakanan 0,005 mm yaitu senilai 2,43 μm. 3. Nilai kekasaran hasil penggerindaan silinderis Baja AISI 4140 masuk ke dalam proses pengerjaan Finishing, selang (N) N4 N8, harga Ra 0,1 3,2. Dimana nilai kekasaran hasil penggerindaan silinderis Baja AISI JOM FTEKNIK VOLUME 3 No. 1 Februari 2016 7

4140 masuk ke dalam kelas kekasaran N6 dan N7. Nilai rata-rata kekasaran permukaan Baja AISI 4140 terendah adalah 0,84µm dan tertinggi adalah 2,43 µm yang masuk dalam wilayah toleransi N6 dan N7. 4. Dari data nilai rata-rata kekasaran yang didapat maka Coolant campuran cocok digunakan untuk proses finishing. Daftar Pustaka [1] Rochim, Taufiq. 2001, Spesifikasi, Metrologi dan Kontrol Kualitas Geometrik.Bandung. ITB. [2] Widarto, 2008. Teknik Pemesinan Jilid 2 untuk SMK. Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. [3] Sridhar, M Melwin Jagadesh, M Manickam, dan V Kalaiyarasan: 2014. Optimization of Cylindrical Grinding Process Parameters of OHNS Steel (AISI 1-0) Rounds Using Design of Experiments Concept. International Journal of Engineering Trends and Technology (IJETT). [4] Gempa, Buma. 2014. Studi Komparasi Penggunaan Minyak Sawit dan Straight Oil/Syinthetic Oil Sebagai Coolant pada Mesin Bubut. Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau, Pekanbaru. JOM FTEKNIK VOLUME 3 No. 1 Februari 2016 8