BAB I. I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Standar Nasional Pendidikan

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan kepribadian dan akhlak mulia. Menurut Undang-Undang. mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Djuharis Rasul Peneliti di Pusat Kurikulum Diknas Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN. Yoga Yolanda Universitas Negeri Malang

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*)

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang berupaya meningkatkan pendidikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I. Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa:

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

Transkripsi:

BAB I ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan dan inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh bangsa itu sendiri. Karena itu, setiap bangsa terus bekerja keras dan berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, sebab dengan pendidikan yang berkualitas dalam arti mampu menghasilkan dan menamatkan para lulusan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral, akademik, pengetahuan maupun keterampilan, dan kompetensi kerja menjadi syarat mutlak dan faktor penentu dalam kehidupan global yang terus berkembang di masa sekarang dan masa depan. Pendidikan yang berkualitas, merupakan visi pendidikan bangsa Indonesia. Dalam Undang-undang (UU) RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) ditegaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Mengingat tujuan pendidikan nasional yang masih sangat ideal, luas dan umum tersebut, maka dalam proses pencapaiannya, masih perlu dijabarkan dalam berbagai hirarki tujuan yaitu: 1) tujuan institusional atau tujuan kelembagaan seperti tujuan pendidikan tingkat SD/MI, tingkat SMP/MTs, tujuan pendidikan menengah tingkat SMA/MA dan SMK, 2) tujuan kurikuler atau tujuan yang terdapat dalam setiap mata

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan dan inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh bangsa itu sendiri. Karena itu, setiap bangsa terus bekerja keras dan berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, sebab dengan pendidikan yang berkualitas dalam arti mampu menghasilkan dan menamatkan para lulusan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral, akademik, pengetahuan maupun keterampilan, dan kompetensi kerja menjadi syarat mutlak dan faktor penentu dalam kehidupan global yang terus berkembang di masa sekarang dan masa depan. Pendidikan yang berkualitas, merupakan visi pendidikan bangsa Indonesia. Dalam Undang-undang (UU) RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) ditegaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Mengingat tujuan pendidikan nasional yang masih sangat ideal, luas dan umum tersebut, maka dalam proses pencapaiannya, masih perlu dijabarkan dalam berbagai hirarki tujuan yaitu: 1) tujuan institusional atau tujuan kelembagaan seperti tujuan pendidikan tingkat SD/MI, tingkat SMP/MTs, tujuan pendidikan menengah tingkat SMA/MA dan SMK, 2) tujuan kurikuler atau tujuan yang terdapat dalam setiap mata pelajaran seperti tujuan mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa serta Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), dan 3) tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran

yang terdapat dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Di samping itu, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut, diperlukan kerjasama dan koordinasi antara seluruh komponen bangsa mulai dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, masyarakat, orang tua, sekolah, guru serta peserta didik itu sendiri sebagai subjek utama tujuan pendidikan. Salah satu paradigma baru pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah adanya pemberian kewenangan yang besar oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan sekolah untuk mengembangkan, merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan menentukan langkah-langkah kebijakan dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan, perluasan kesempatan, pemerataan dan relevansi pendidikan. Semua itu dilakukan dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang kompetitif dan unggul dalam era globalisasi sekarang ini. Akhir-akhir ini pendidikan nasional sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, berkaitan dengan Undang-undang, manajemen, dan kurikulum, yang diikuti oleh perubahan perubahan teknis lainnya. Perubahan perubahan tersebut diharapkan pada gilirannya dapat memecahkan berbagai permasalahan pendidikan, baik masalah konvensional maupun kontemporer. Peraturan Pemerintah (PP) RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), menetapkan bahwa pendidikan yang akan diselenggarakan oleh seluruh komponen masyarakat dan pemerintah Indonesia haruslah pendidikan yang berkualitas. Karena itu, penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas harus memiliki suatu standar tertentu, dan standar tersebut haruslah diberlakukan secara Nasional. Maka pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menetapkan delapan standar nasional pendidikan yaitu: Standar Isi (SI), standar proses, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana

dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Setiap lembaga pendidikan, baik yang dikelola pemerintah, organisasi, masyarakat maupun perorangan yang ada di Indonesia diharapkan untuk memenuhi dan mengacu pada standar nasional tersebut dalam penyelenggaraan pendidikannya. Karena keberadaan standar nasional pendidikan tersebut berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Berdasarkan PP. RI No. 19 tahun 2005 pasal 17 ayat 1 bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada prinsipnya, setiap sekolah/madrasah memiliki tugas dan kewenangan untuk mendesain dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh sekolah tersebut. Karena kewenangan sudah berada di sekolah, maka guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan pemahaman tentang perencanaan, implementasi, dan evaluasi terhadap kurikulum. Tanpa kemampuan itu semua, maka kegiatan pengembangan kurikulum yang telah menjadi kewenangan sekolah, menjadi terabaikan dan menghambat penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah tersebut, yang akibatnya Peraturan Menteri (Permen) No 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permen No.22 tentang SI dan 23 tentang SKL tersebut, semakin jauh dari harapan dan realita. Dalam memandang keberadaan kurikulum bagi penyelenggaraan pendidikan. Dewasa ini, pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum

merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun nonformal, sehingga gambaran pendidikan terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain, sistem kurikulum pada hakekatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri. Keberadaan kurikulum dalam sistem penyelenggaraan pendidikan suatu bangsa sangat menentukan, karena tujuan dasar dan tujuan utama pembangunan sumber daya manusia generasi masa depan termaktup dalam sistem kurikulum pendidikan bangsa itu. Kurikulum adalah inti dari proses pendidikan, sebab di antara bidang-bidang pendidikan yaitu manajemen pendidikan, kurikulum-pengajaran, dan bimbingan siswa, kurikulum-pengajaran merupakan bidang yang paling langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Pernyataan Sukmadinata di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan tanpa ditentukan dan ditetapkan kurikulum yang akan menjadi panduan dan dasar pijakan bagi guru dalam melaksanakan proses implementasi kegiatan pembelajaran di kelas. Keberadaan kurikulum adalah bukan sesuatu yang abadi dalam arti kurikulum yang berlaku saat sekarang tidak akan ada perbaikan dan atau pengayaan pada suatu masa tertentu. Perubahan atau penyempurnaan suatu kurikulum harus tetap dan terus dilakukan, hal ini sejalan dengan tuntutan dan perubahan filosofis suatu bangsa, tingkat pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak sebagai peserta didik, dan kemajuan serta tuntutan sosiologis-teknologis yang selalu mengalami pertumbuhan dan peningkatan yang cepat. Kurikulum yang telah ditetapkan akan memberikan makna dan fungsi berarti apabila guru sebagai pelaksana kurikulum dalam kegiatan pembelajaran memiliki kemampuan dan pemahaman yang jelas dan baik terhadap kurikulum tersebut.

Berkaitan dengan keberadaannya sebagai perencana, pelaksana, evaluasi kurikulum, guru merupakan subjek penting dan penentu ketercapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Orang yang bertanggung jawab langsung dalam upaya mewujudkan apa yang tertuang dalam kurikulum resmi adalah guru. Ini disebabkan beberapa alasan: (1) Guru yang langsung melaksanakan kurikulum dalam kelas; (2) Guru yang bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkatan pengajaran; (3) Guru langsung menghadapi masalah-masalah yang muncul sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum di kelas; (4) Guru yang mencarikan upaya memecahkan segala permasalahan yang dihadapi, dan melaksanakan upaya itu. Memerhatikan tugas guru dalam implementasi kurikulum, agar dapat melaksanakan tugas dan perannya dengan baik dan maksimal, maka sangat diperlukan adanya kompetensi tertentu untuk kesuksesan pelaksanaan tugasnya. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru tersebut tertuang dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kompetensi tersebut meliputi; kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam kaitannya dengan kompetensi profesional tersebut, Wina Sanjaya mengatakan bahwa: Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum, tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan; dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Sejalan dengan keberadaan guru dalam kegiatan pengembangan kurikulum, mengatakan bahwa guru dituntut kemampuannya untuk mengkombinasikan empat peran guru dalam mengembangkan kurikulum yaitu peran guru sebagai implementasi

kurikulum, adaptasi, pengembang dan peneliti kurikulum. Sedangkan Hamalik, juga menegaskan bahwa dalam pengembangan kurikulum, guru berperan penting dan menjadi komponen yang sangat penting. Setelah KTSP secara resmi ditetapkan sebagai kurikulum yang akan dipakai oleh seluruh satuan pendidikan di Indonesia, mulai dari pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan tingkat menengah, maka tuntutan terhadap guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya semakin berat dan kompleks. Sementara pemahaman dan penguasaan guru terhadap kurikulum, khususnya KTSP perlu ditingkatkan, sehingga dalam mengimplementasikannya, tidak menemui hambatan dan kendala dalam proses pembelajaran di lapangan (sekolah/madrasah) baik di dalam maupun di luar kelas. Berkaitan dengan implementasi kurikulum, Hasan mengatakan bahwa: Implementasi adalah proses kurikulum yang lebih rumit dibandingkan konstruksi kurikulum. Dalam implementasi berbagai faktor bekerja berpengaruh terhadap implementasi. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor pendukung untuk keberhasilan seperti manajemen sekolah yang baik, kontribusi komite sekolah, sikap masyarakat, semangat dan dedikasi guru serta fasilitas belajar yang memenuhi syarat serta ketersediaan dana yang diperlukan. Berdasarkan pandangan tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: 1) implementasi kurikulum merupakan kegiatan kurikulum yang lebih rumit dari pada kegiatan perencanaan, 2) sangat diperlukan kerjasama berbagai faktor pendukung agar kegiatan implementasi dapat berhasil dengan baik, 3) semangat dan dedikasi guru, kepala sekolah dan dukungan komite, sikap masyarakat menjadi faktor penentu keberhasilan implementasi kurikulum. Hamalik mengatakan bahwa implementasi kurikulum memegang kunci dalam kurikulum. Kunci utama adalah guru sebagai

seorang pribadi dan pelaksana kurikulum, yang kedua adalah sekolah sebagai sistem sosial. Karena itu, penulis berpendapat bahwa dengan diiplementasikannya KTSP sekarang ini di sekolah/madrasah, sangat diperlukan adanya kesiapan mental, pemahaman, pengetahuan guru terhadap kegiatan implementasi kurikulum. Standar isi mata pelajaran Al-Qur an-hadis untuk Madrasah Aliyah (MA) menegaskan bahwa: mata pelajaran Al-Qur an-hadis dalam kurikulum Madrasah Aliyah adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur an-hadis, membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur an-hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan dan meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan Al-Qur an-hadis. Pembelajaran Al-Qur an-hadis di Madrasah Aliyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1) meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur an-hadis. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan dapat menjadi pedoman dalam kehidupan pribadi dan sosial, 2) membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur an-hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. Pengamalan diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan ajaran Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, 3) meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan al-qur an-hadis yang dilandasi dengan dasar-dasar keilmuan tentang Al-Qur an-hadis. Berkaitan dengan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, bahwa di madrasah masih unggul dibandingkan dengan sekolah umum. Menurut Masyhuri Secara kualitatif, prestasi akademik bidang keagamaan, madrasah lebih

unggul dibandingkan dengan sekolah umum pada berbagai jenjang pendidikan. Walaupun pernyataan tersebut mengesankan bahwa kualitas pendidikan keagamaan di Madrasah masih cukup baik, akan tetapi setelah diimplementasikannya KTSP, peneliti merasa terpanggil untuk mengetahui dan memperoleh gambaran menyeluruh tentang implementasi KTSP dalam pembelajaran Al-Qur an-hadis di madrasah sekarang. Implementasi kurikulum mata pelajaran Al-Qur an-hadis menunjukkan bahwa implementasi tingkat kelas belum mencerminkan ide-ide yang terkandung dalam kurikulum, proses pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh unsur kebiasaan guru dan bahkan kadang-kadang tanpa membuat RPP. Meskipun guru membuat RPP, itu hanya sekedar menfotokopi ulang program pengajaran tahun-tahun sebelumnya. Rencana pembelajaran, baik program semester maupun silabus dan RPP yang dibuat oleh guru masih berdasarkan motivasi sekedar untuk memenuhi administrasi bukan sebagai rencana untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Kurikulum pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru pada dasarnya merujuk pada kurikulum Nasional sebagaimana madrasah-madrasah lainnya. Namun demikian kurikulum lokal yang ditawarkan oleh Yayasan Pesantren Modern Biru yang menaungi Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah tersebut mempunyai kontribusi khususnya pada pengembangan dan peningkatan pemahaman pada Al-Qur an-hadis. Hal ini dikarenakan kehadiran pengajian kitab kuning yang dapat menopang dan membentuk siswa memahami lebih mendalam ajaran Islam khususnya mata pelajaran Al-Qur an-hadis. Dengan adanya pembelajaran tambahan pada madrasah tersebut mengakibatkan KTSP mata pelajaran Al-Qur an-hadis terkesan enak dan menyenangkan karena adanya faktor yang cukup mendukung seperti pengajian kitab kuning, menghafal materi-materi pelajaran khususnya

Al-Qur an-hadis. Berbagai permasalahan seperti tersebut akankah KTSP Al-Qur an-hadis tetap diperhatikan guru mata pelajaran Al-Qur an-hadis. Hal tersebut mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh tentang proses pembelajaran Al-Qur an-hadis berdasarkan KTSP dan kesesuaian antara dokumen yang dibuat oleh guru Al-Qur an-hadis dengan implementasi yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajarannya, dan faktor yang menjadi pendukung dan penghambat guru dalam implementasi KTSP mata pelajaran Al-Qur an-hadis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone? 2. Bagaimana hasil implementasi KTSP dalam pembelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone? 3. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat implementasi KTSP dalam pembelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone? C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman tentang fokus penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan definisi secara umum pada penelitian ini. KTSP merupakan acuan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan dalam pembelajaran Al-Qur an -Hadis yang

berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Implementasi KTSP mengarah pada penerapan KTSP dalam pembelajaran Al-Qur an-hadis. Pembelajaran Al-Qur an-hadis yairu proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Al-Qur an-hadis pada madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone. Dengan demikian yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone. 2. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis memberikan ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut: a. Proses pembelajaran Al-Qur an-hadis berdasarkan KTSP pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone. b. Hasil implementasi KTSP dalam pembelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone. c. Faktor pendukung dan penghambat implementasi KTSP dalam pembelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Kabupaten Bone. \ D. Kajian Pustaka Upaya penelusuran terhadap berbagai sumber yang memiliki relevansi dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini telah penulis lakukan. Tujuan pengkajian pustaka ini antara lain agar fokus penelitian ini tidak merupakan pengulangan dari penelitian-penelitian sebelumnya, melainkan untuk mencari sisi lain

yang signifikan untuk diteliti dan dikembangkan. Berdasarkan penelusuran terhadap berbagai sumber terutama hasil penelitian sebelumnya berupa buku-buku dan karya ilmiah lainnya yang membahas tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) cukup banyak, diantaranya adalah buku yang ditulis oleh Satuan Pendidikan) Masnur Muslich dalam bukunya KTSP (Kurikulum Tingkat membahas tentang pengertian, landasan, prinsip dan pengembangan KTSP. Hasbullah. A (2007) Desain dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran PAI di SMP Garut. Tesis program Pasca Sarjana UPI Bandung. Studi ini membahas desain dan implementasi KTSP mata Pelajaran PAI di SMP Garut menekankan pada aspek desain pembelajaran dan Implementasi kemudian memberikan rekomendasi terhadap implementasi KTSP. Rommy Bau (2009) Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kaitannya dengan peningkatan mutu di MAN Model Gorontalo, Tesis Program Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar. Studi ini juga membahas faktor pendukung dan penghambat serta solusi dalam penerapan KTSP tersebut. Naidin Syamsuddin (2009), Persepsi Siswa Terhadap Materi Bahan Ajar Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di Kelas XI SMA Negeri I Walenrang Kabupaten Luwu, Tesis, Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. Tesis ini membahas tentang deskripsi tentang Persepsi Siswa Terhadap Materi Bahan Ajar Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sabriadi H.R (2009) Pengembangan KTSP muatan lokal pada Madarasah

Tsanawiyah Al-Junaidiyah Biru. Tesis ini mengembangkan muatan lokal dilatar belakangi oleh kurikulum lokal yang membutuhkan perhatian khusus demi pengembangan kurikulum ke arah yang lebih baik. Arisandi (2011) Implementasi KTSP Pendidikan Agama Islam di SMP 5 Ajangale meneliti tentang pemahaman guru PAI tentang KTSP disesuaikan dengan proses perencaan dalam merealisasikan KTSP PAI di SMP 5 Ajangale. Tulisan-tulisan di atas tentunya akan menjadi rujukan teoritik dalam pelaksanaan penelitian ini. Namun berbeda dengan tulisan-tulisan tersebut, penelitian ini akan memfokuskan pada implementasi KTSP pada Madrasah Aliyah Ma had Hadits al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone (tinjauan pembelajaran Al-Qur an-hadis). E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan masalah pokok yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini adalah: a). Tujuan Penelitian 1. Untuk menggambarkan proses pembelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone. 2. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone. 3. Untuk menggambarkan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi KTSP pada pelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone. b). Kegunaan Penelitian

1).Untuk memberikan informasi akademis bagi pengembangan kurikulum dalam rangka peningkatan dan penyempurnaan kegiatan pembelajaran Al-Qur an-hadis dengan menggunakan KTSP. 2. Untuk memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan tentang berbagai upaya mengatasi problematika implementasi KTSP dan pihak-pihak yang terkait dengan Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone. E. Garis Besar Isi Tesis Upaya untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi tesis ini, berikut ini penulis paparkan garis besar isi tesis: Bab satu berisi tentang pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Garis Besar Isi Tesis. Bab dua berisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri atas pembahasan implementasi kurikulum, dalam pembahasan ini dipaparkan konsep implementasi kurikulum, Prinsip-prinsip Implementasi Kurikulum, Pendekatan dan Model-model Implementasi Kurikulum, Tahap-tahap Implementasi Kurikulum, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum, Komponen-komponen Implementasi Kurikulum, Kompetensi Guru dalam Implementasi Kurikulum, Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum. Selanjutnya dalam bab ini juga dibahas tentang Hakikat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), di dalamnya dipaparkan tentang Definisi Kurikulum, Definisi KTSP, Karakteristik KTSP, Tujuan KTSP, Landasan Penyusunan KTSP, Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP, Komponen KTSP. Lebih

lanjut dalam bagian ini dipaparkan tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, di dalamnya dibahas tentang Struktur Kurikulum SMA/MA/SMK, Tujuan Al-Qur'an-Hadis di MA, Ruang Lingkup Al-Qur an-hadis, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Al-Qur an-hadis. Bab tiga dibahas tentang metodologi penelitian. Pembahasan dalam bagian ini terdiri atas Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Tujuan dan Kegunaan Penelitian. Bab empat berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi: gambaran umum Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaisiyah Biru Kabupaten Bone, proses pembelajaran Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Biru Kabupaten Bone, hasil implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Al-Qur an-hadis pada Madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Kabupaten Bone, faktor penghambat dan pendukung Implementasi KTSP Al-Qur an-hadis pada madrasah Aliyah Ma had Hadis al-junaidiyah Kabupaten Bone. Bab lima berisi kesimpulan, saran dan implikasi penelitian.