BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasar AASHTO 2001 dalam Khisty and Kent, persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum di

dokumen-dokumen yang mirip
M.Nurhadi,MM,MT PERSIMPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan pesat teknologi yang terjadi saat ini telah. memberi banyak kenyamanan dan kemudahan bagi kehidupan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abubakar, I. dkk, (1995), yang dimaksud pertemuan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memancar meninggalkan persimpangan (Hobbs F. D., 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

ANALISIS RESPON PENGENDARA TERHADAP PENGGUNAAN COUNTDOWN TIMER DI PERSIMPANGAN

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jaringan Jalan. B. Simpang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

Rekayasa Lalu Lintas

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

Kaji Banding Waktu Tundaan Dua Persimpangan Terkoordinasi Dengan Simulasi Jarak Antar Simpang Menggunakan Program Transyt 12 dan PTV Vissim 6

DAFTAR ISI. Judul. Pengesahan. Persetujuan. Motto dan Persembahan ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dampak Pertumbuhan Pariwisata terhadap Lalu Lintas

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

ANALISIS KINERJA JALINAN JALAN IMAM BONJOL-YOS SOEDARSO PADA BUNDARAN BESAR DI KOTA PALANGKA RAYA

TEKNIK LALU LINTAS MATERI PERKULIAHAN. Simpang ber-apill (Alat Pengatur Isyarat Lalu Lintas)

SISTEM PENGENDALIAN LALU LINTAS PADA PERTEMUAN JALAN SEBIDANG. Ir. JONI HARIYANTO. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

2. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada persimpangan jalan.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi sumber kecelakaan. (EC.,1996) kecelakaan di jalan raya penyebab

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

BAB I PENDAHULUAN. instansi swasta, pemerintahan, pendidikkan, dan perbelanjaan yang memiliki

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

KINERJA LALU LINTAS PERSIMPANGAN LENGAN EMPAT BERSIGNAL (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN JALAN WALANDA MARAMIS MANADO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari sekian banyak kota besar, ternyata transportasi melalui jalan

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

PERENCANAAN PERSIMPANGAN TIDAK SEBIDANG PADA JALAN RAYA. Ir. JONI HARIANTO. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Rambu yield

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: SIMPANG PADA RUAS JL. BASUKI RAHMAT KOTA MALANG)

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas di dalamnya. Menurut Hobbs (1995), persimpangan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Berdasar AASHTO 2001 dalam Khisty and Kent, 2005 persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum di mana 2 jalan atau lebih bergabung atau bersimpang termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di dalamnya(khisty dan Kent, 2005). Tujuan pembuatan persimpangan adalah mengurangi potensi konflik di antara kendaraan (termasuk pejalan kaki) dan sekaligus menyediakan kenyamanan maksimum dan kemudahan pergerakan bagi kendaraan (Khisty dan Kent, 2005). Dalam buku Dasar-dasar Rekayasa Transportasi (Khisty dan Kent, 2005) disebutkan bahwa secara umum terdapat tiga jenis persimpangan, yaitu : 1. persimpangan sebidang, 2. pembagian jalur jalan tanpa ramp, 3. interchange (simpang susun). Namun dengan mempertimbangkan penggunaan countdown timer yang hanya dipasang pada APILL persimpagan sebidang, maka pembahasan lebih lanjut akan mengulas mengenai persimpangan sebidang. 11

12 Persimpangan sebidang adalah persimpangan di mana dua jalan raya atau lebih bergabung, dengan tiap jalan raya mengarah ke luar dari sebuah persimpangan dan membentuk bagian darinya. Persimpangan seperti ini mempunyai keterbatasan dan kegunaan sendiri. Berikut ini adalah empat elemen dasar yang umumnya dipertibangkan dalam merancang persimpangan sebidang : 1. faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, dan waktu pengambilan keputusan dan waktu reaksi, 2. pertimbangan lalu lintas, seperti kapasitas dan pergerakan membelok, kecepatan kendaraan, dan ukuran serta penyebaran kendaraan, 3. elemen-elemen fisik, seperti karakter dan penggunaan dua fasilitas yang saling berdampingan, jarak pandang dan fiturfitur geometris, 4. faktor ekonomi, seperti biaya, manfaat, dan konsumsi energi (Khisty dan Kent, 2005). Untuk penggambaran mengenai konflik-konflik yang terjadi pada persimpangan sebidang akan dibahas pada pembahasan mengenai lampu lalu lintas karena berhubungan dengan penggunaan lampu lalu lintas pada persimpangan sebidang.

13 Gambar 2.1 Persimpangan Sebidang (Khisty dan Kent, 2005) 2.2 Pengemudi Dalam pembahasan mengenai seorang pengemudi sebagai operator kendaraan (Oglesby dan Hicks, 1990) harus disadari bahwa tidak ada pengemudi yang sama ataupun kendaraan yang sama : 1. pengemudi dari satu kelompok umur memiliki kemampuan yang jauh berbeda dalam hal penglihatan, informasi proses, pengambilan data dan reaksinya, 2. perbedaan antara siang, sore, malam hari, dan cuaca yang baik atau yang buruk akan membawa komplikasi lebih lanjut,

14 3. pada beberapa tingkatan, karakteristik pengendara juga berbeda menurut jenis kelamin, 4. cara pengemudi juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengemudi, pengemudi yang lebih lanjut usia akan mengadakan kompensasi atas kekurangannya dengan bertindak lebih hati-hati. Dalam Dasar-dasar Rekayasa Transprtasi (Khisty dan Kent, 2005) dijelaskan bahwa dalam karakteristik pengemudi terkandung pengetahuan yang luas yang menangani kemampuan alamiah pengemudi, kemampuan belajar dan motif serta perilakunya. Untuk mengemudi dengan baik tidak dibutuhkan bakat khusus. Uji fisik dan psikologis dapat mengungkapkan kebutuhan akan bantuan mekanis dan visual untuk memperbaiki kelemahan seseorang. Di sisi lain, kemampuan mengemudi (yang dapat dipelajari oleh pengemudi) harus diperoleh dengan cara belajar dan praktik, dan hasil belajar ini dapat diuji untuk mengetahui kekurangannya. Untuk memahami mengapa pengemudi berperilaku seperti yang mereka lakukan, dapat diketahui dari motif dan sikapnya. Perilaku seringkali dapat menentukan bagaimana seorang pengemudi bereaksi terhadap situasi pada saat berkendara. Motif dapat dikaitkan dengan rasa takut akan kecelakaan, takut dikritik dan perasaan tanggungjawab sosial. Karakteristik pengendara dapat berubah

15 secara drastis dan cepat karena penggunaan alkohol, narkotika dan obat-obatan. Rasa sakit, jenuh dan tidak nyaman dapat secara serius mengurangi efisiensi mengemudi. Dalam pembahasan mengenai Analisa Pergerakan Kendaraan Pada Simpang Dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Saat Menyala Kuning (Basuki, 2006) dengan objek pengamatan yaitu beberapa simpang di Kota Yogyakarta didapat kesimpulan bahwa pada saat lampu menyala kuning pengendara kendaraan justru menambah kecepatan agar tidak terkena atau terganggu lampu merah. Dalam penulisan kesimpulan juga dicantumkan bahwa senantiasa terjadi pelanggaran lampu lalu lintas saat menyala merah. 2.3 Persepsi pengemudi Proses seseorang dalam menyimpulkan informasi yang penting dari lingkungannya disebut persepsi. Penglihatan adalah faktor yang utama. Tujuan pengemudi untuk bergerak dari suatu titik ke titik yang lainnya dicapai melalui tiga langkah utama : pengendalian (control), petunjuk (guidance), dan navigasi. Pengendalian berhubungan dengan manipulasi fisik kendaraan, melalui pengendalian lateral maupun longitudinal oleh penyetiran, percepatan dan pengereman. Informasi pengendalian kendaraan diterima oleh pengemudi melalui mekanisme pengindraannya.

16 Petunjuk berhubungan dengan tugas pengemudi untuk menentukan kecepatan yang aman dan memilih jalur pada jalan raya, yang pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan. Dengan demikian mengikuti kendaraan lain, menyusul, dan meninggalkannya adalah aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam kategori ini. Informasi berasal dari lingkungan (jalan), peralatan pengendali lalu lintas dan lalu lintas di sekitarnya. Aktvitas yang berhubungan dengan kemampuan untuk merencanakan dan memutuskan sebuah perjalanan dari titik asal ke tempat tujuan termasuk ke dalam kategori navigasi, di mana informasinya berasal dari peta, rambu, dan tanda jalan. Kadangkala pengemudi menerima informasi tetapi waktunya terlalu singkat untuk dapat diserap dengan baik sehingga akan mengakibatkan kebingungan dan ketegangan. Ketika informasi yang diserap oleh pengemudi terlalu banyak, mereka akan membuat pilihan berdasarkan prioritasnya. Biasanya, pengendalian informasi lebih penting dari pada petunjuk informasi, dan keduanya lebih penting daripada navigasi informasi (Khisty dan Kent, 2005). 2.4 Metode pengendalian simpang Persimpangan merupakan tempat yang rawan terhadap kecelakaan, karena terjadi konflik antara kendaraan satu dengan

17 kendaraan lainnya atau kendaraan dengan pejalan kaki (Jarot, 2008). Dalam penelitian Analisa Pergerakan Kendaraan Pada Simpang Dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Saat Menyala Kuning (Basuki, 2006) diungkapkan bahwa metode pengendalian pergerakan kendaraan pada persimpangan diperlukan agar kendaraan-kendaraan yang melakukan gerakan konflik tidak akan saling bertabrakan. Konsep utama pengendalian persimpangan adalah sistem prioritas, yaitu suatu aturan untuk menentukan kendaraan mana yang dapat berjalan terlebih dahulu. Sistem pengendalian ini didasarkan pada prinsipprinsip tertentu, yaitu : 1. aturan prioritas harus secara jelas dimengerti oleh semua pengemudi, 2. prioritas harus terbagi dengan baik, sehingga setiap orang mempunyai kesempatan untuk bergerak, 3. prioritas harus terorganisasi, sehingga titik-titik konflik dapat diperkecil, 4. keputusan-keputusan yang harus dilakukan oleh pengemudi harus dijaga agar sesederhana mungkin, 5. jumlah hambatan total terhadap lalu lintas harus sekecil mungkin.

18 2.5 Lampu lalu lintas Lampu lalu lintas didefinisikan sebagai semua peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan tenaga listrik kecuali flasher (lampu kedip), rambu dan marka jalan untuk mengarahkan atau memperingatkan pengemudi kendaraan.(oglesby dan Hicks, 1990). Dalam penelitian Analisa Pergerakan Kendaraan Pada Simpang Dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Saat Menyala Kuning (Basuki, 2006) diungkapkan manuver yang ada pada pergerakan arus lalu lintas di persimpangan dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu : berpencar (diverging), bergabung (merging), berpotongan (crossing), dan bersilangan (weaving). Adanya manuver-manuver ini menyebabkan terjadinya berbagai macam konflik (titik potong) pada persimpangan. Konflikkonflik ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas, berkurangnya keselamatan dan menambah kelambatan untuk tiap-tiap kendaraan. Untuk mengurangi konflik yang terjadi dapat dilakukan dengan pemisahan arus lalu lintas pada lalu lintas utama dengan pemasangan lampu lalu lintas. Fungsi utama lampu pengatur lalu lintas adalah mengurangi konflik-konflik yang terjadi pada persimpangan dengan menghentikan beberapa pergerakan arus kendaraan dan pada

19 saat bersamaan memberikan kesempatan bagi arus kendaraan lain untuk bergerak. Gambar 2.2 Pergerakan Arus Lalu Lintas di Persimpangan (Jarot, 2008) Secara umum, lampu lalu lintas dipasang pada suatu persimpangan berdasarkan alasan spesifik berikut ini : 1. untuk meningkatkan keamanan sistem secara keseluruhan, 2. untuk mengurangi waktu tempuh rata-rata di sebuah persimpangan, sehingga meningkatkan kapasitas, 3. untuk menyeimbangkan kualitas pelayanan di seluruh aliran lalu lintas (Khisty dan Kent, 2005). Dalam MKJI (2006) dijelaskan bahhwa penggunaan sinyal dengan lampu tiga-warna (hijau, kuning, merah) diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling

20 berentangan dalam dimensi waktu. Hal ini adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-gerakan lalu lintas yang datang dari jalanjalan yang berpotongan (konflik-konflik utama). Sinyal-sinyal dapat juga digunakan untuk memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas lurus melawan, atau untuk memisahkan gerakan lalu lintas membelok dari pejalan kaki yang menyebrang (konflikkonflik kedua). Gambar 2.3 Konfllik Utama dan Kedua pada Simpang Bersinyal dengan Empat Lengan (MKJI, 1997) 2.6 Ringkasan Berdasarkan pembahasan tinjauan pustaka dapat diambil beberapa intisari yang menjadi aspek pendukung dalam penulisan skripsi ini, yaitu :

21 1. Persimpangan sebidang yang menjadi objek observasi merupakan tempat yang rawan terhadap kecelakaan karena konflik yang terjadi antara kendaraan satu dengan yang lain atau kendaraan dengan pejalan kaki, maka perlu dilakukan pengendalian simpang. 2. Kemampuan pengemudi untuk mengendalikan kendaraannya dengan aman dan baik di jalan raya didapatkan dari belajar dan berlatih. 3. Proses pergerakan pengemudi dari suatu titik ke titik yang lain dicapai melalui tiga langkah utama : pengendalian (control), petunjuk (guidance), dan navigasi. Biasanya pengendalian informasi lebih penting dari pada petunjuk informasi, dan keduanya lebih penting daripada navigasi informasi. 4. Dalam konsep pengendalian simpang, pemasangan lampu lalu lintas ditujukan untuk mengurangi konflik yang dapat terjadi. 5. Tindakan pelanggaran yang dikemukakan dalam kesimpulan penelitian (Basuki, 2006) menandakan bahwa pemasangan lampu lalu lintas masih belum dapat menjamin keamanan dan kenyamanan pengendara saat melalui persimpangan.