BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAM PENGESAHAN... HALAM MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan penerbangan tumbuh dengan pesat banyak perusahaan atau maskapai

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat transportasi untuk mempermudah mobilisasi. Dari berbagai

BAB II TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA ATAS KORBAN KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAPAT BAGASI PENUMPANG YANG HILANG ATAU RUSAK

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan yang telah diinvestigasi KNKT, yaitu human factor, teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

KEWAJIBAN PERDATA AIR ASIA TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PESAWAT QZ8501

JURNAL ILMIAH. TANGGUNG GUGAT MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT PADA PENGANGKUTAN UDARA DOMESTIK (Studi di Bandara Internasional Lombok)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP KEHILANGAN BARANG BAGASI TERCATAT MILIK PENUMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perlindungan Konsumen Penumpang Pesawat Terbang. a. Pengertian Pelindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak

BAB III METODE PENELITIAN. hukum empiris. Penelitian hukum normatif akan mengkaji asas-asas, konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan

Vania Astrella dan Heri Tjandrasari. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Hubungan hukum antara pihak maskapai penerbangan dengan konsumen. berdasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata.

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

No. 42 Tahun 1999, TLN No. 3821, ps. 6 huruf a. Perlindungan hukum..., Dea Melina Nugraheni, FHUI, 2009 Universitas Indonesia

BAB II TANGGUNG GUGAT MASKAPAI PENERBANGAN ATAS HILANG, MUSNAH, DAN RUSAKNYA BARANG KONSUMEN DI BAGASI PESAWAT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan

Privat Law Vol. V No. 1 Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen dalam

KEKUATAN HUKUM PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI LEMBAGA SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal bukan hanya angkutan darat dan angkutan laut tetapi ada juga

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB III TANGGUNG JAWAB MASKAPAI TERHADAP KETERLAMBATAN PENERBANGAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen.

TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PEMAKAI JASA TRANSPORTASI UDARA G DYAH LESTARI WAHYUNINGTHYAS KSPA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENUMPANG PESAWAT TERBANG TERHADAP KEHILANGAN BARANG BAGASI

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu action yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 Volume I Nomor 1

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

PERLINDUNGAN KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JASA PENERBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya dalam kehidupan perekonomian khususnya dalam bidang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran manusia yang lain. Pada masa dahulu ketika kehidupan manusia

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN. global yang memiliki peran penting dalam pembangunan di berbagai sektor.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TANGGUNG GUGAT TERHADAP PERUSAHAAN PEMASANG IKLAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN ABSTRAK

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan apabila menghadapi masalah hukum. Class action merupakan contoh

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang dibuat atas dasar

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH MASKAPAI PENERBANGAN TERKAIT PEMBATALAN DAN KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nomor Pokok Mahasiswa :

TANGGUNG JAWAB JASA ANGKUTAN UDARA TERHADAP KECELAKAAN PESAWAT MELALUI PENELITIAN DI PT GAPURA ANGKASA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua pihak, yaitu pengangkut dalam hal ini adalah perusahaan atau maskapai penerbangan dan pihak pengguna jasa atau konsumen. Para pihak tersebut terikat oleh suatu perjanjian, yaitu perjanjian pengangkutan. Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang. Terlaksananya pengangkutan melalui udara karena adanya perjanjian antara pihak pengangkut dan penumpang. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (UU Penerbangan) dengan jelas menyebutkan, perjanjian pengangkutan udara adalah perjanjian antara pengangkut dan pihak penumpang dan/atau mengirim kargo untuk mengangkut penumpang dan/atau kargo dengan pesawat udara dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa lainnya. 1 Secara teoritis, perjanjian pengangkutan merupakan suatu perikatan dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain sedangkan pihak lainnya, menyanggupi untuk membayar ongkosnya. 2 Ketentuan tentang pengangkutan tersebut juga berlaku di dalam kegiatan pengangkutan atau transportasi udara, dalam hal ini pengangkut atau maskapai penerbangan berkewajiban untuk mengangkut penumpang dengan aman dan selamat sampai di tempat tujuan secara tepat waktu, dan sebagai 1 Pasal 1 angka 29 UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2 R. Subekti, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya, Bandung, 1995, Hal. 69

2 konpensasi dari pelaksanaan kewajibannya tersebut maka perusahaan penerbangan mendapatkan bayaran sebagai ongkos penyelenggaran pengangkutan dari penumpang. Secara teoritis hubungan hukum menghendaki adanya kesetaraan diantara para pihak, akan tetapi dalam prakteknya hubungan hukum tersebut sering berjalan tidak seimbang terutama dalam hubungan hukum antara produsen dan konsumen, hal ini pun terjadi dalam hubungan hukum antara konsumen atau penumpang tidak mendapatkan hak-haknya dengan baik. Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu perlindungan hukum bagi konsumen dalam kegiatan penerbangan khususnya terhadap bagasi. Unsur terpenting dalam perlindungan hukum bagi pemakai jasa angkutan udara serta jenis-jenis angkutan lainnya adalah unsur keselamatan angkutan dan tanggung jawab pengangkut. 3 Namun sering kita temui dalam sistem pengangkutan udara, kerugian yang di alami penumpang salah satunya kehilangan ataupun kerusakan bagasi penumpang. Seringkali bagasi yang di bawa penumpang yang diangkut pihak maskapai penerbangan, tidak sampai lagi ke tangan pemiliknya saat tiba di bandara yang dituju. Seringkali kehilangan atau kerusakan bagasi penumpang tidak di tanggapi serius dan hanya terkesan lambat penanganannya, bahkan banyak kasus kehilangan bagasi sampai berlarut-larut dan menempuh jalur hukum dan tidak menemukan titik temu antar penumpang dan maskapai penerbangan. 1984, hal.163 3 E. Suherman, Wilayah Udara dan Wilayah Dirgantara, Penerbit Alumni, Bandung,

3 Terjadinya kerusakan dan kehilangan bagasi tidak dengan sendirinya merupakan tanggung jawab dari pengangkut, tetapi harus memenuhi persyaratanpersyaratan. Dokumen pengangkutan dalam pengangkutan udara terdiri dari 4 : 1. Tiket penumpang pesawat udara; 2. Pas masuk pesawat udara (boarding Pass); 3. Tanda pengenal bagasi (baggage identification/claim tag) ; dan 4. Surat muatan udara (airways bill) Hilangnya bagasi milik penumpang dalam menggunakan jasa maskapai penerbangan sudah banyak terjadi, salah satunya adalah kasus yang di alami oleh Aripin Sianipar sebagai Konsumen, bertempat tinggal di Jalan Sei Serayu, Nomor 39, Medan. Aripin Sianipar menggunakan jasa pengangkutan udara dari PT. Lion Mentari Airlines, dari Jakarta menuju Medan pada tanggal 20 November 2011 dengan menggunakan Pesawat Terbang Lion Air dengan Nomor Penerbangan JT 204. Saat tiba di Medan kopernya hilang. dimana menurut keterangan bagasi tersebut berisi barang-barang berharga dengan nilai kurang lebih Rp.25.600.000,00. Aripin lalu menggugat Lion Air dan dikabulkan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Medan. Hal ini dikabulkan BPSK Kota Medan dan menghukum Lion Air 60 persen dari nilai barang yang hilang dengan asumsi 40 persen harga barang hilang karena penyusutan nilai barang. Lion Air tidak terima dengan putusan BPSK Kota Medan tersebut lalu mengajukan banding ke Pengadilan Negeri (PN) Medan dan kasasi. Pihak Lion Air berkebaratan dengan dalih berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan 4 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, pasal 150

4 Nomor 77 Tahun 2011, Lion Air maksimal mengganti Rp 4 juta. Tapi Mahkamah Agung bergeming dan menilai Permenhub itu tidak sesuai dengan rasa keadilan: Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 234/Pdt.G/2012/PN.Mdn., tanggal 13 Juni 2013 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, oleh Karena itu permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: PT. Lion Mentari Airlines, tersebut harus ditolak; 5 Menurut Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2011 jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat, ditetapkan sebagai berikut: kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi tercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per kg dan paling banyak Rp.4.000.000,00 (empat juta rupiah) per penumpang; dan kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya bentuk, ukuran dan merk bagasi tercatat. Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan kewajiban pelaku usaha yaitu memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Sehingga Pelaku usaha dalam hal ini Lion Air wajib memberikan ganti kerugian kepada konsumen. Tanggung jawab maskapai penerbangan menjadi sorotan dalam kasus kehilangan ataupun kerusakan bagasi penumpang dalam sistem pengangkutan udara di Indonesia. Maskapai penerbangan berkewajiban mengangkut penumpang dan bagasi dengan aman, utuh dan selamat sampai tujuan, berarti adanya 5 Putusan MA Perkara Nomor 167 K/Pdt.Sus-BPSK/2014, hal. 14

5 kewajiban pengangkut yang belum terpenuhi. Peristiwa hukum tersebut merupakan permasalahan yang dihadapi perusahaan maskapai penerbangan dan penumpang sebagai pengguna jasa maskapai penerbangan. Disamping itu Peraturan tentang ganti kerugian yang diberikan oleh Menteri Perhubungan dalam Permenhub No. 77 tahun 2011 kurang melindungi hak-hak konsumen dalam menggunakan jasa angkutan udara. Ini dapat kita lihat pada Putusan Mahkamah Agung yang menolak Kasasi yang dilakukan oleh pihak PT. Lion Mentari Airlines terhadap putusan Pengadilan Negeri Medan yang menolak keberatan terhadap putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang memutuskan PT. Lion Mentari Airlines mengganti kerugian melebihi nominal yang telah ditentukan oleh Permenhub No. 77 tahun 2011, dalam Putusan MA Perkara Nomor 167 K/Pdt.Sus-BPSK/2014. Masalah mengenai bagasi penumpang sangat menarik dan mendasar karena sering kali dijumpai adanya kasus-kasus yang merugikan penumpang. Bagasi berdasarkan terminology pada pengangkutan udara ada 2 macam yaitu bagasi tercatat dan bagasi kabin. 6 Bagasi tercatat dan bagasi kabin dibedakan sebagai berikut: - Bagasi tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawat udara yang sama. - Bagasi Kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam pengawasan penumpang sendiri. 6 Lihat Pasal 1 angka 24 dan angka 25 Undang-undang Penerbangan

6 Dari segi hukum, khususnya Hukum Perlindungan Konsumen masalah perlindungan hukum terhadap bagasi penumpang erat kaitannya mempunyai hubungan hukum dengan penumpang maupun pengangkut. Hubungan hukum tersebut menimbulkan suatu hak dan kewajiban antara pengangkut dengan penumpang selaku pemilik bagasi. dengan demikian antar pengangkut dengan penumpang mendapat jaminan kepastian hukum tentang kedudukan hukum serta hak dan kewajibannya. Banyaknya hal-hal lain yang membuat penumpang merasa dirugikan seperti keterlambatan jadwal penerbangan, kehilangan dan kerusakan barang yang diangkut dengan pesawat terbang dan sebagainya. 7 Banyak pengangkut yang mengabaikan masalah bagasi milik penumpang sehingga penumpang angkutan udara merasa tidak nyaman mengenai barang barang bawaan mereka. Setiap Kerugian yang dialami oleh penumpang merupakan masalah hukum khususnya merupakan tanggung jawab perusahaan penerbangan atau pengangkut terhadap penumpang dan pemilik barang baik sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan maupun sebagai konsumen. Sejatinya perlindungan bagi konsumen dimaksudkan untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh rakyat. Keberpihakan pada konsumen sebenarnya merupakan wujud nyata ekonomi kerakyatan. 8 7 Wagiman, Refleksi dan Implemantasi Hukum Udara: Studi Kasus Pesawat Adam Air, Jurnal Hukum Bisnis, Jakarta Vol. 25,2006, hal. 13 8 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal 2.

7 Perlindungan Konsumen diartikan sebagai segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 9 Penggolongan konsumen mengurut pengertian Konsumen dalam Pasal 1 angka 2 UUPK tidak terbatas pada bidang tertentu. Dengan demikian, perlindungan terhadap konsumen sangat luas di berbagai sektor perdagangan barang dan/atau jasa. Bila kita mengacu pada pengertian tersebut, perlindungan konsumen juga meliputi pemakai jasa angkutan udara. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yang dimaksud dengan angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan pos untuk satu kali perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara. 10 Kegiatan pengangkutan udara merupakan hubungan hukum yang bersifat perdata akan tetapi mengingat transportasi udara telah menjadi kebutuhan masyarakat secara luas maka diperlukan campur tangan pemerintah dalam kegiatan pengangkutan udara yaitu menentukan kebijakan-kebijakan atau regulasi yang berhubungan dengan kegiatan pengangkutan udara sehingga kepentingan konsumen pengguna jasa transportasi udara terlidungi. Meskipun perjanjian pengangkutan pada hakekatnya harus tunduk pada pasal-pasal dari bagian umum dari hukum perjanjian KUHPerdata, akan tetapi oleh undang-undang telah ditetapkan berbagai peraturan khusus yang bertujuan untuk kepentingan umum membatasi kebebasan dalam hal membuat perjanjian pengangkutan yaitu 1987, hal. 10. 9 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Perlindungan Konsumen 10 K Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, Alumni, Bandung,

8 meletakkan kewajiban khusus kepada pihaknya pengangkut yang tidak boleh disingkirkan dalam perjanjian. 11 Dengan banyaknya kasus hilang bagasi dan kurang berpihaknya aturan mengenai ganti kerugian terhadap bagasi penumpang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian perlindungan hukum konsumen terhadap Peraturan Menteri Perhubungan nomor 77 tahun 2011 mengenai ganti kerugian atas hilangnya bagasi milik Konsumen. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas adalah, sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perlindungan hukum konsumen terhadap Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 mengenai ganti kerugian kehilangan bagasi tercatat milik konsumen pada Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 167 K/Pdt.Sus-BPSK/2014? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan, lebih-lebih penelitian dalam rangka penulisan suatu karya ilmiah khususnya skripsi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perlindungan hukum konsumen terhadap Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 mengenai ganti kerugian kehilangan bagasi tercatat milik konsumen pada Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 167 K/Pdt.Sus-BPSK/2014 11 R. Subekti, Aneka Perjanjian, PT.Citra Aditya, Bandung 1995, hal.71

9 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu pengetahuan hukum khususnya pada hukum perlindungan konsumen dan hukum Angkutan Udara. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas tanggung jawab perusahaan maskapai penerbangan terhadap penumpang yang mengalami kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat. E. Metode Penelitian Dalam rangka penulisan skripsi ini sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang bersifat objektif maka diperlukan adanya data dan informasi yang valid dan relevan serta berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Sebagai upaya dalam perolehan data yang valid, penulis mempergunakan metode penelitian yang berfungsi sebagai sarana dan pedoman dalam perolehan data serta untuk mengoperasionalkan tujuan penelitian, meliputi: 1. Jenis Penelitian Yang Digunakan Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian hukum. Penelitian hukum adalah metode penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi konsep dan asas-asas serta prinsip-prinsip perlindungan

10 konsumen yang digunakan untuk mengatur hak dan kewajiban pelaku usaha dalam menyediakan jasa kepada konsumen penggunanya. 2. Pendekatan Yang digunakan Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan perundangundangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) pendekatan perundang-undangan adalah suatu pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian 12 yang dikaji seperti : Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara dan pendekatan konseptual adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, sehingga peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. 13 3. Bahan Hukum Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Bahan Hukum Primer : I. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 12 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Surabaya, 2005, hal.302. 13 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2005, hal.135-136

11 II. III. Undang-undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. b. Bahan Hukum Sekunder : antara lain berupa tulisan-tulisan dari para pakar dengan permasalahan yang diteliti ataupun yang berkaitan dengan bahan hukum primer meliputi literatur-literatur yang berupa buku, jurnal, dan artikel-artikel dari internet. F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan berisi uraian mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan dan Daftar Bacaan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Analisis yang membahas dan menjawab permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu bagaimana perlindungan hukum konsumen terhadap Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 mengenai ganti kerugian kehilangan bagasi tercatat milik konsumen pada Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 167 K/Pdt.Sus- BPSK/2014. Bab III Penutup berisi kesimpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi obyek penelitian dan saran-saran.