BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II METODE PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. digunakan untuk melayani beban lalu lintas [6]. Perkerasan merupakan struktur

EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

EVALUASI TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN No. 22.2/KPTS/Db/2012 DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang buruk pula. Jalan yang baik memberikan manfaat seperti ;

ANALISIS PENGARUH SUHU PERKERASAN TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS JALAN TOL SEMARANG)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE DISAIN PERENCANAAN PERKERASAN JALAN. Copyright 2017 By. Ir. Arthur Daniel Limantara, MM, MT.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2005 oleh Washington State Departement of Transportation (WSDOT).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa lapis perkerasan dari bahan-bahan yang diproses, dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA DONI IKRAR DINATA, ANITA RAHMAWATI, DIAN SETIAWAN M. ABSTRACT

yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan lainnya hanya bersifat

DESKRIPSI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE AASHTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

Naskah Publikasi Ilmiah. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

PERHITUNGAN KERUSAKAN STRUKTUR PERKERASAN LENTUR AKIBAT PENGARUH TEMPERATUR (STUDY LITERATUR) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

EVALUASI TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN NO.22.2/KPTS/Db/2012 DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS RUAS JALAN TOL SEMARANG)

BINA MARGA PT T B

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S - 1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODULUS RESILIENT TANAH DASAR DALAM DESAIN STRUKTUR PERKERASAN LENTUR SECARA ANALITIS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam

TUGAS AKHIR. Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

Perencanaan Bandar Udara

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

EVALUASI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL PERKERASAN LENTUR PADA JALAN NASIONAL BANDUNG-PURWAKARTA DENGAN METODE AUSTROADS 2011

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Austroads 1992

EVALUASI TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN NO.22.2/KPTS/Db/2012 DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, Indonesia sedang giatnya melaksanakan pembangunan, salah

BAB III METODA PERENCANAAN

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 13

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara adalah infrastruktur jalan. Menurut Undang Undang Republik Indonesia

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar yang lunak, perkerasan yang dirancang untuk menghindari kegagalan geser tanah dasar. Para Insinyur menggunakan pengalaman berdasarkan keberhasilan dan kegagalan dari proyek sebelumnya, menjadi pengalaman dan mengembangkannya menjadi beberapa metode seperti metode perencanaan perkerasan berdasarkan kekuatan geser tanah dasar (Putri, 2014). Sejak saat itu, volume lalu lintas telah meningkat dan kriteria desain telah berubah. Sama pentingnya dengan memberikan dukungan tanah dasar, mengevaluasi kinerja perkerasan sama pentingnya yaitu melalui kualitas perjalanan dan tekanan permukaan yang meningkatkan tingkat kerusakan struktur perkerasan. Kerkhoven dan Dormon (1953) dalam Putri (2014) pertama kali menyarankan penggunaan tekanan vertikal regangan pada permukaan tanah dasar sebagai kriteria kegagalan untuk mengurangi deformasi permanen. Saal dan Pell (1960) dalam Putri (2014) menerapkan penggunaan regangan tarik horizontal pada bagian bawah lapisan aspal untuk meminimalisir terjadinya fatigue cracking, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Sehingga kedua konsep tersebut pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat oleh Dormon dan Metcalf tahun 1965. 5

6 Sumber : http://nptel.ac.in/courses/105101087/27-ltexhtml/p20/p.html Gambar 2.1 Tensile dan Compressive Strains di Flexible Pavements Kekuatan menjadi titik fokus dari perencanaan perkerasan. Metode berdasarkan serviceability (indeks kualitas pelayanan perkerasan) yang dikembangkan berdasarkan percobaan test track. The AASHO Road Test pada tahun 1960-an melakukan sebuah eksperimen yang mana menjadi panduan desain AASHTO. Metode yang dikembangkan dari data uji laboratorium atau percobaan tes jalur di mana kurva model yang dilengkapi dengan data adalah contoh khas metode empiris. Meskipun metode ini mungkin menunjukkan akurasi yang baik, metode empiris hanya berlaku untuk bahan-bahan dan kondisi iklim dimana metode tersebut dikembangkan. Sementara itu, material baru mulai digunakan dalam struktur perkerasan yang memberikan perlindungan tanah dasar yang baik, tetapi dengan model kegagalan. Kriteria desain baru yang diperlukan untuk memasukkan mekanisme kegagalan tersebut (misalnya, kelelahan retak dan deformasi permanen dalam kasus beton aspal). Metode Asphalt Institute dan metode Shell Petroleum International adalah contoh prosedur berdasarkan kelelahan retak aspal beton dan mode deformasi kegagalan permanen. Metode ini adalah yang pertama untuk menggunakan mekanika teori linear-elastis untuk menghitung respon struktur, dalam kombinasi dengan model empiris

7 untuk memprediksi jumlah kegagalan untuk perkerasan lentur. Menurut Fadhlan (2013), jumlah repetisi beban yang dihasilkan tebal perkerasan yang direncanakan dengan metode empiris Bina Marga sangat dipengaruhi oleh ketebalan setiap lapisan perkerasan, semakin tebal lapisan perkerasan semakin besar jumlah repetisi beban, karena pada metode mekanistik program KENPAVE tebal perkerasan sangat mempengaruhi jumlah repetisi beban. B. Perkerasan Jalan Struktur yang menahan beban lalu lintas disebut perkerasan (pavement), karena tanah dalam kondisi alam jika menahan beban yang berulang dari beban lalu lintas akan mengalami deformasi yang besar. Sedangkan lapisan permukaan (surface) yang diletakkan di atas pekerjaan tanah yaitu lapis pondasi. Jadi, perkerasan jalan berfungsi sebagai pelindung tanah dasar dan lapisan pondasi sehingga tidak mengalami tegangan dan regangan berlebihan akibat beban lalu lintas (Hardiyatmo, 2015). Perkerasan di atas tanah biasanya dibentuk dari beberapa lapisan yang relatif lemah di bagian bawah dan berangsur-angsur lebih kuat di bagian yang lebih atas. Susunan yang demikian ini memungkinkan penggunaan secara lebih ekonomis dari material yang tersedia. Fungsi perkerasan jalan sebagai berikut : 1. Untuk memberikan permukaan rata atau halus bagi pengendara. 2. Untuk mendistribusikan beban kendaraan di atas formasi tanah secara memadai, sehingga melindungi tanah dari tekanan berlebihan. 3. Untuk melindungi formasi tanah dari pengaruh buruk perubahan cuaca. Karakteristik perkerasan bergantung tidak hanya pada sifat lalu lintasnya, tapi juga pada sifat-sifat tanah dimana perkerasan dibangun. Berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan : 1. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Perkerasan lentur yaitu menggunakan bahan pengikat aspal dan lapisan-lapisan perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban ke

8 tanah dasar. Kekuatan perkerasan diperoleh dari ketebalan lapisan-lapisan pondasi bawah (sub base), pondasi (base) dan lapis permukaan (surface course). 2. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Perkerasan kaku yaitu menggunakan bahan pengikat semen (Portland Cement). Plat beton dengan atau tanpa tulangan diletakan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah dan perkerasan kaku memikul sebagian besar beban lalu lintas (sebagian beban sudah dipikul oleh plat beton sebelum sampai ke tanah dasar). 3. Perkerasan Komposit (Composite Pavement ) Perkerasan komposit yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur di mana penyusunannya berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau sebaliknya. C. Perencaaan Perkerasan Jalan Untuk dapat membuat perkerasan jalan yang daya dukungnya memenuhi syarat-syarat untuk sesuatu kelas jalan yang tertentu terlebih dahulu diperlukan data untuk perencanaan perkerasan jalan. Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Data CBR (California Bearing Ratio) Merupakan angka perbandingan dari tahanan geser (kekuatan) tanah terhadap kekuatan suatu standard material. 2. Data Lalu Lintas dan Pembebanan Merupakan data masukan utama dalam perencanaan, yang harus dipertimbangkan antara lain beban roda, jumlah pengulangan beban, luas area kontak roda dan kecepatan kendaraan. Menurut Purvis (2013) dalam Putri (2014) jumlah pengulangan beban merupakan faktor yang mempunyai dampak paling besar dalam desain perencanaan baik untuk perkerasan lentur maupun kaku diikuti dengan kekuatan tanah dasar, reliabititas dan umur rencana. Data mengenai kondisi lalu lintas yang meliputi :

9 a. Jumlah kendaraan yang diperkirakan akan memakai jalan yang akan dibuat dan dinyatakan dalam satuan Satuan Mobil Penumpang (SMP). b. Komposisi serta berat kendaraan-kendaraan yang diperkirakan akan menggunakan jalan. c. Perkembangan lalu lintas kendaran selama jangka waktu tertentu, misalnya 10-20 tahun mendatang. d. Jumlah lajur dan arah pada jalan yang akan direncanakan. 3. Data Material Merupakan hal penting dalam metode Mekanistik-Empiris untuk menentukan respon struktur perkerasan dalam melayani beban lalulintas seperti tegangan, regangan dan penurunan. Input material yang penting dalam perencanaan perkerasan lentur menggunakan metode mekanistikempiris antara lain nilai modulus elastisitas dan poisson ratio tiap-tiap lapisan. Data mengenai jenis-jenis serta sifat-sifat bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan. Material akan dilakukan pengujian yang sesuai standar acuan yang digunakan, karena kualitas material yang digunakan akan sangat berpengaruh kepada ketahanan atau keawetan dari suatu struktur perkerasan jalan. 4. Data mengenai ketentuan-ketentuan lain seperti : a. Keadaan medan setempat di daerah-daerah yang akan dilalui oleh jalan yang direncanakan. b. Kualitas drainase pada struktur perkerasan jalan, yaitu kualitas drainase saat menyerap atau mengendalikan air. c. Umur rencana (Life Time) jalan yang sedang direncanakan. Umur rencana jalan itu diperkirakan dapat bertahan untuk jangka waktu tertentu misalnya untuk 10-20 tahun mendatang. Selama jangka waktu tersebut perkerasan jalan diharapkan sanggup melayani perubahan-perubahan pola lalu lintas dengan hanya mengadakan perbaikan-perbaikan yang tidak berarti. Penentuan umur rencana

10 jalan berhubungan erat dengan biaya pembangunan dan biaya penelitiannya yang besarnya tergantung pada kegunaannya. Jadi singkatnya nilai ekonomi dari suatu jalan sangat perlu diperhatikan. d. Reliability (R), yaitu tingkat pelayanan pada sisi pandang bagi pengguna jalan dalam hal pelayanan jalan selama umur rencana yang direncanakan. e. Serviceability, yaitu tingkat pelayanan pada sistem perkerasan yang dirasakan oleh pengguna jalan. Nilai serviceability menjadi penentu tingkat pelayanan fungsional dari suatu sistem perkerasan jalan. f. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perencanaan suatu perkerasan berupa suhu dan cuaca. 5. Kriteria Kegagalan Merupakan hal penting yang harus ditentukan untuk setiap kerusakan/kegagalan yang mungkin terjadi pada perkerasan. Perkerasan lentur dikehendaki hanya akan mengalami deformasi permanen yang kecil sekitar 20-30 mm, sesudah berumur 20 tahun. Deformasi tanah dasar umumnya diharapkan kurang dari 10 mm pada jumlah lintasan kendaraan kira-kira 100 juta standar beban gandar. Hal ini menunjukkan bahwa akibat tegangan-tegangan yang bekerja, tanah disyaratkan harus masih berprilaku sebagai bahan elastis. Oleh karena itu, modulus elastis lebih penting dibandingkan dengan kuat geser tanah bukan merupakan suatu faktor yang secara langsung mendefinisikan kinerja tanah dasar. Pengalaman menunjukkan bahwa sekali deformasi permanen yang lebih dari 15 mm, maka kemungkinan terjadi retak akan tinggi (Croney, 1998). D. Analisis Perkerasan Pada dasarnya terdapat tiga metode desain Sistem Perkerasan Lentur (SPL), yaitu secara empirik (empirical), mekanistik (mechanistic) dan gabungan keduanya. Secara umum metode empirik menggunakan persamaan atau dengan tabel dan gambar untuk menilai keadaan SPL. Metode mekanistik biasanya

11 menggunakan komputer dalam menghitung dan mendesain keadaan SPL. Gabungan dari kedua metode tersebut dinamakan mekanistik empirik (mechanistic empirical) yang banyak digunakan untuk penyelenggaraan, pemulihan dan perbaikan SPL (Huang, 1993; Ullidtz,1987). Metode untuk perkerasan lentur dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori antara lain : Metode Empirical, Metode Limitting Shear Failure, Metode Limitting Deflection, Metode Regresi berdasarkan pada Performa Perkerasan atau Road Test dan Metode Mechanistic Empirical (Huang, 2004 dalam Putri, 2014). E. Metode Perencanaan Perkerasan Lentur Secara umum ada tiga metode dalam perencanaan perkerasan lentur, yaitu metode empiris, metode mekanistik, dan metode mekanistik empiris. 1. Metode Empiris Metode empiris adalah sebuah sebuah pendekatan desain empiris adalah desain yang didasarkan pada hasil percobaan atau pengalaman yang sudah ada. Pengamatan digunakan untuk membangun korelasi antara input dan hasil dari proses. Misalnya, desain perkerasan dan performa. Pendekatan empiris sering digunakan sebagai pembantu ketika terlalu sulit untuk mendefinisikan secara teoritis penyebab dan efek hubungan yang tepat dari fenomena. Metode empiris di Indonesia menggunakan metode Bina Marga yang dikeluarkan pada tahun 1987. Metode Bina Marga ini merupakan modifikasi dari metode AASHTO 1972. Modifikasi ini dilakukan sesuai dengan kondisi alam, lingkungan sifat tanah dan jenis lapis perkerasan. 2. Metode Mekanistik Metode mekanistik adalah suatu metoda yang mengembangkan kaidah teoritis dari karakteristik material perkerasan, dilengkapi dengan perhitungan secara eksak terhadap respons struktur perkerasan terhadap beban sumbu kendaraan. Metode mekanistik mengasumsikan

12 perkerasan jalan menjadi suatu struktur multi-layer (elastic) structure untuk perkerasan lentur. Akibat beban kendaraan yang bekerja diatasnya, yang dalam hal ini dianggap sebagai beban statis merata, sehingga timbul tegangan (stress) dan regangan (strain) pada struktur tersebut. Lokasi tempat bekerjanya tegangan dan regangan maksimum akan menjadi kriteria perancangan tebal struktur perkerasan metoda perancangan tebal perkerasan lentur secara mekanistik. Pada metode ini memiliki keuntungan yaitu peningkatan reliabilitas dari desain, kemampuan untuk memprediksi jenis kerusakan dan kemungkinan untuk memperkirakan data dari lapangan dan laboratorium yang terbatas. Sedangkan kelemahan desain secara mekanistik adalah penentuan karakteristik struktural bahan perkerasan lentur yang memerlukan benda uji yang relatif mahal. Perhitungan metode mekanistik ini umumnya berdasarkan metode sistem lapis banyak. Konsep ini berasumsi bahwa setiap lapis perkerasan memiliki sifat-sifat seperti homogen, isotropis dan linear elastik yang berarti akan kembali ke bentuk aslinya ketika beban berpindah. Dalam permodelan lapis perkerasan jalan dengan model lapisan elastis ini diperlukan data input untuk mengetahui tegangan dan regangan pada struktur perkerasan dan respon terhadap beban. 3. Metode Mekanistik Empiris Beban lalu lintas yang bekerja pada SPL direspon oleh perkerasan yang melibatkan tegangan tekan (compressive stress), regangan horizontal (tensile strains) dan lendutan (deflection). Performa perkerasan juga melibatkan fungsi pelayanan dan keadaan struktur SPL. Pengetahuan perilaku pergerakan lalulintas, sentuhan roda, modulus, Poisson Ratio, tegangan, regangan, redaman, suhu dan keadaan lingkungan diperlukan untuk menghitung respon dan performa SPL.

13 Metode mekanistik empirik untuk desain SPL memerlukan dua tahap perhitungan. Tahap pertama menghitung respon perkerasan yang berupa tegangan, regangan dan lendutan kritis setiap lapisan SPL dengan menggunakan analisis metode mekanistik yang berdasarkan prinsipprinsip teori elastis. Untuk respon perkerasan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Sumber : Ulitidtz (1987) Gambar 2.2 Respon Sistem Perkerasan Lentur Tahap kedua Gambar 2.3 meramal performa keadaan struktur dan fungsi perkerasan di masa depan. Ini adalah fungsi beban lalu lintas dan pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya.

14 Sumber : Ulitidtz (1987) Gambar 2.3 Performa Sistem Perkerasan Lentur Respon perkerasan dipengaruhi oleh beban lalu lintas dinamik yang bergerak, redaman dan sentuhan roda pada permukaan perkerasan. Bahan perkerasan umumnya anisotropis dan butirannya heterogen yang perilakunya dapat dimodelkan secara liquid newtonian dan solid hookean (Ullidtz, 1998). Metode desain mekanistik empiris didasarkan pada mekanika bahan yang berhubungan dengan data yang diperlukan seperti beban roda, respon perkerasan, seperti tegangan dan regangan. Nilai respon digunakan untuk memprediksi tekanan dari tes laboratorium dan data kinerja lapangan. Sangat perlu dilakukan pengamatan pada kinerja perkerasan karena teori saja belum terbukti cukup untuk desain perkerasan secara realistis.