Clipping Service Anti Money Laundering 27 Juni 2011 Indeks 1. Korupsi PLTS Muhaimin persilakan KPK telusuri 2. Nazaruddin: Duit Untuk Pejabat MK Diketahui Partai 3. Suap Wisma Atlet KPK panggil Nazaruddin sebagai saksi untuk Wahid 4. Korupsi APBD Rumanjar kembali diperiksa Cetak.kompas.com Senin, 27 Juni 2011 KORUPSI PLTS Muhaimin Persilakan KPK Telusuri Jakarta, Kompas - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mempersilakan Komisi Pemberantasan Korupsi menelusuri dugaan korupsi pengadaan pembangkit listrik tenaga surya di kementeriannya pada 2008. Namun, dia mengaku belum mengecek langsung proyek pengadaan PLTS yang diduga merugikan negara Rp 3,8 miliar itu.
Sebelumnya, KPK menyidik kasus dugaan korupsi pengadaan PLTS di Kemennakertrans itu setelah disinyalir proyek itu belum terealisasi meskipun dananya telah digelontorkan. KPK menetapkan Kepala Subbagian Tata Usaha Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana Kemennakertrans Timas Ginting sebagai tersangka. Muhaimin mengatakan, proyek pengadaan PLTS bukan tanggung jawabnya. Itu tahun 2008. Belum saya menterinya, ungkapnya di Jakarta, Sabtu (25/6). Karena telah menangani dugaan korupsi pengadaan PLTS itu, Muhaimin menyerahkan sepenuhnya kepada KPK untuk membongkar kasus korupsi itu. Silakan ditelusuri sampai tuntas oleh KPK, katanya. Dalam penyidikan kasus ini, KPK sebenarnya memanggil istri mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, Neneng Sri Wahyuni, sebagai saksi. Namun, dia mangkir dari panggilan KPK. Selain Neneng, KPK juga memeriksa Mindo Rosalina Manulang sebagai saksi dalam kasus ini. Mindo adalah tersangka kasus suap kepada (mantan) Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam. Mindo merupakan Direktur Pemasaran PT Anak Negeri. Nazaruddin pernah tercatat sebagai pemilik perusahaan itu. Tender pengadaan PLTS di Kemennakertrans dimenangi PT Alfindo Nuratama Perkasa dengan nilai Rp 8,7 miliar. Namun, PT Alfindo menyubkontrakkan proyek itu kepada PT Sunday Indonesia dengan nilai Rp 5,3 miliar. Pekerjaan subkontrak inilah yang diduga merugikan keuangan negara. Juru Bicara KPK Johan Budi SP mengatakan, Neneng dan Mindo terafiliasi dengan PT Sunday. KPK juga memeriksa pemilik PT Mahkota Negara, Marisi Matondang. Marisi juga terafiliasi dengan PT Sunday. Nazaruddin pun tercatat pernah memiliki PT Mahkota Negara ini. Meski stafnya dijadikan tersangka oleh KPK, Muhaimin mengaku tak mengetahui secara detail perkembangan penyidikan kasus itu. Tanya ke KPK saja, ujarnya. (BIL) Tempointeraktif.com Senin, 27 Juni 2011 Nazaruddin: Duit untuk Pejabat MK Diketahui Partai
TEMPO Interaktif, Jakarta -Bekas Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin terus melontarkan tuduhan kepada kolega dan partainya. Kali ini dia mengungkapkan bahwa pemberian uang Sin$ 120 ribu kepada Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi Janedjri M. Gaffar diketahui partainya. Dari Singapura, lewat pengacara O.C. Kaligis, Nazaruddin meminta petinggi Partai Demokrat menjelaskan tujuan pemberian uang tersebut. "Tanya ke partai apa maksud uang itu," kata Kaligis melalui telepon, Sabtu lalu. Anggota Dewan Pembina Demokrat, Ahmad Mubarok, kemarin menyangkal tuduhan Nazaruddin. "Tidak mungkin partai tahu pemberian uang itu," kata Mubarok melalui telepon. Agar persoalannya menjadi terang, Mubarok meminta Nazaruddin segera kembali ke Jakarta. "Nazaruddin harus pulang," kata dia. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD telah melaporkan pemberian uang oleh Nazaruddin kepada Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pada Mei lalu. Menurut Mahfud, Nazaruddin menyerahkan uang kepada Janedjri di sebuah kafe di kawasan Jakarta Selatan pada September 2010. Atas perintah Mahfud, Janedjri mengembalikan uang asing bernilai Rp 826 juta itu kepada Nazaruddin. Dalam wawancara langsung di sebuah stasiun televisi, Mahfud juga menyebutkan bahwa Nazaruddin sering berhubungan dengan Janedjri. Nazaruddin bahkan pernah mengajak Janedjri menemui Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum. Menurut Kaligis, Nazaruddin tengah menyiapkan affidavit ihwal sejumlah kasus yang membelit dirinya. Dalam keterangan di bawah sumpah itu, Nazaruddin akan memaparkan aliran keuangan Demokrat, termasuk para pihak yang menyerahkan dan menerima uang atas nama partai. Saat Nazaruddin menjadi bendahara partai, kata Kaligis, "Uang semuanya melalui dirinya." SUKMA N. LOPIES ALWAN RIDHA RAMDANI Detik.com Senin, 27 Juni 2011 Suap Wisma Atlet KPK Panggil Nazaruddin Sebagai Saksi untuk Wafid
Jakarta - Keterkaitan Muhammad Nazaruddin dengan para tersangka kasus suap wisma atlet memang cukup kuat. Buktinya, setelah dipanggil sebagai saksi untuk Mindo Rosalina Manulang, kini mantan Bendahara Umum Demokrat ini dipanggil sebagai saksi untuk Sesmenpora Wafid Muharam. "Nazaruddin hari ini dipanggil untuk tersangka WM," tutur Kabag Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Anugrah saat dihubungi, Senin (27/6/2011). Apakah Nazaruddin akan hadir? Kecil kemungkinan dia untuk datang. Dalam beberapa hari terakhir, belum ada kabar dia telah kembali dari persembunyiannya di Singapura. Untuk diketahui, dalam kasus ini KPK sebelumnya telah dua kali memanggil Nazaruddin sebagai saksi untuk Rosa. Rosa tercatat setidaknya pernah menjadi anah buah Nazaruddin di PT Anak Negeri. Berkas Rosa sendiri kini dinyatakan lengkap, dan otomatis keterangan Nazaruddin untuk Rosa di penyidikan tak lagi diperlukan. Nazaruddin sendiri memiliki sejumlah kaitan langsung dengan Wafid dalam kasus ini. Dia pernah mengadakan pertemuan dengan petinggi Kemenpora tersebut, khusus untuk membahas proyek wisma atlet. "Pertemuan itu benar ada. Tapi, Saya tidak tahu di restoran mana," kata Erman Umar, pengacara Wafid, di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kesempatan sebelumnya. KPK sebelumnya telah memastikan, keterangan Nazaruddin tetap diperlukan meski berkas tersangka kasus suap wisma atlet Mindo Rosalina Manulang telah dinyatakan lengkap. "Meski dia (Rosa) sudah selesai kan, penyidikan kan belum usai, ya kita tunggulah. Masih (keterangan Nazaruddin diperlukan). Pengembangan penyidikan kan masih berlanjut," terang Wakil Ketua KPK Haryono Umar saat dihubungi detikcom, Jumat (26/6/2011). (fjp/anw) Cetak.kompas.com Sabtu, 25 Juni 2011
KORUPSI APBD Rumajar Kembali Diperiksa Manado, Kompas - Terpidana kasus korupsi Jefferson Rumajar yang juga Wali Kota Tomohon (nonaktif) kembali harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. Kali ini dia diperiksa dalam kasus dugaan korupsi APBD tahun 2009-2010 senilai Rp 39 miliar. Pada Mei lalu, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi telah menghukum Rumajar sembilan tahun penjara atas kasus korupsi APBD Kota Tomohon 2006-2008. Selain itu, Rumajar juga diwajibkan membayar denda Rp 200 juta dan ganti rugi Rp 31 miliar. Jika tidak membayar uang ganti rugi, ia harus mengganti dengan kurungan dua tahun. Pelaksana Tugas Wali Kota Tomohon Jemmy Eman, Jumat (24/6), mengatakan, petugas KPK kini tengah memeriksa 43 pejabat dan mantan pejabat Pemerintah Kota Tomohon, antara lain Penjabat Wali Kota Gerson Mamuajadan, mantan Sekretaris JPM Mambu, serta Ketua DPRD Kota Tomohon Sengkey. Selama tiga hari terakhir, petugas KPK memeriksa bergantian para pejabat dan mantan pejabat di sebuah ruangan Sekolah Polisi Negara Karombasan dan Kantor Inspektorat Sulawesi Utara. Kami terbuka atas pemeriksaan ini. Tidak ada yang perlu ditutupi, katanya. Menurut Eman, pemeriksaan kasus penyimpangan APBD Kota Tomohon itu berdasarkan laporan yang diterima KPK pada Januari 2011. JWT Lengkey, mantan anggota DPRD Kota Tomohon sebagai pelapor kasus korupsi APBD Kota Tomohon, mengatakan, pemeriksaan ulang terhadap Rumajar tidak menyalahi asas hukum, nebis in idem. Kasus korupsi APBD 2006-2008 berbeda dengan kasus korupsi APBD 2009-2010. Tidak ada pengulangan kasus sebab penyimpangan APBD terjadi dalam kurun waktu berbeda meski pelakunya sama, kata Lengkey. (zal) Humas PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Centre (INTRAC) (P) +62-21-3850455/3853922
(F) +62-21-3856809/3856826 (E) humas-ppatk@ppatk.go.id DISCLAIMER: Informasi ini diambil dari media massa dan sumber informasi lainnya dan digunakan khusus untuk PPATK dan pihak-pihak yang memerlukannya. PPATK tidak bertanggungjawab terhadap isi dan pernyataan yang disampaikan dalam informasi yang berasal dari media massa.