BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. tidak dapat dipisahkan dari kinerja manajemen. Laba dijadikan salah satu ukuran

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS. RMK Pertemuan 13 MANAJEMEN LABA OLEH: NI MADE KUSUMA AYUNI (32) PROGRAM EKSTENSI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN I.1

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prespektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB II LANDASAN TEORI. Teori pensinyalan (signaling theory) mengasumsikan bahwa terdapat asimetri

BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri

STIE DEWANTARA GCG Bank

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengujian pengaruh komponen corporate governance terhadap earning

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Berikut akan dibahas mengenai teori keagenan, teori sinyal, manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan kepada stakeholdersdalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen (agent) di bahas dalam Teori Agensi. Teori agensi

BAB I PENDAHULUAN. Efek Jakarta. Pasar modal merupakan suatu pasar yang didalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba dalam

BAB I PENDAHULUAN. internal (Belkaoi, 2006 dalam Prastiti, 2013). 1, informasi laba merupakan sasaran utama dalam menilai kinerja dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan. Laporan keuangan. manajemen adalah profitabilitas perusahaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Good Corporate Governance Indaryanto (2004) yang dikutip oleh Setyaningrum mendefinisikan Corporate governance suatu mekanisme atau aturan yang mengarahkan dan mengontrol tindakan manajemen, sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas dan nilai perusahaan melalui monitoring kinerja manajemen dan akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder (h.75). Solomon (2007) Menyatakan, Corporate governance is defined as the system of checks and balances, both internal and external to companies which ensures that companies discharge their accountability to all their stakeholders and ach in a socially responsable way in all areas of their business activity (p.14). Vanderloo yang diterjemahkan oleh Khairandy dan Malik (2007) mendefinisikan, corporate governance mengacu pada suatu prosedur yang dibuat dalam perusahaan yang memberikan kewenangan pada direksi, untuk memberitahukan tentang fakta-fakta material keadaan investor dan stakeholder lain dan membuat keputusan yang efisien dan akurat dalam perusahaan. Corporate governance disini menggambarkan tentang serangkaian aturan hukum yang mengatur mengenai kewenangan dan kewajiban direksi, officer dan pemegang saham (h.62). 7

Krismantono et al (2004) yang dikutip oleh Setyaningrum mendefinisikan Corporate governance sebagai titik balik yang sangat menentukan praktek tata kelola korporasi yang baik secara terus menerus yang di kembangkan untuk memaksimalkan nilai perusahaan (Firm Value) dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan keadilan bagi seluruh pemegang saham baik mayoritas maupun minoritas (h.74). Sjahdeini yang dikutip oleh Khairandy dan Malik (2007) mendefinisikan, Corporate governance adalah suatu konsep yang menyangkut struktur organisasi perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur yang membentuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut (h.63). Khairandy dan Malik (2007) mendefinisikan, Good corporate governance merupakan sebuah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan, antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada shareholder dan stakeholders (h.73). Jadi kesimpulan dari beberapa pengertian di atas adalah bahwa Good corporate governance adalah suatu sistem tata kelola yang baik serta mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para stakeholders. 8

II.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Untuk merealisasikan sasarannya, dalam corporate governance dipergunakan 5 (Lima) prinsip utama yang di perlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan yaitu dengan memperhatikan pemangku kepentingan (Stakeholders) yang di buat oleh pemerintah dengan keputusan Menko bidang perekonomian Nomor : KEP / 49 / M.EKON / 11 / 2004 yang telah menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) yang membuat prinsip dasar dalam penerapan Good Corporate Governance. Lima prinsip dasar penerapan Good Corporate Governance yaitu : 1. Transparansi (transparency) Transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan, yaitu informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. 2. Akuntabilitas (accountability) Akuntabilitas dilakukan melalui pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan antara pengawas, pengurus, pemegang saham, dan auditor. 3. Tanggung jawab (responsibility) Prinsip tanggung jawab menekankan pada sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada para shareholder. Prinsip tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. 9

4. Independensi ( Independency ) Prinsip independensi menekankan pada masing-masing organ didalam perusahaan sehingga tidak saling mendominasi atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lainnya sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. 5. Keadilan (fainess) Prinsip ini menekankan pada keadilan dan kesetaraan perlakuan pemegang saham minoritas agar terlindung dari kecurangan serta perdagangan dan penyalahgunaan oleh orang dalam. Praktek fairness ini juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakan hukum yang jelas dan berlaku bagi semua pihak (h.5-7). II.3 Pedoman Praktis Penerapan GCG KNKG (2006) menjelaskan, pedoman praktis penerapan GCG dinyatakan sebagai berikut: a. Dalam rangka penerapan GCG, perusahaan harus menyusun pedoman GCG dengan mengacu pada pedoman GCG. Pedoman GCG perusahaan mencakup sekurang-kurangnya sebagai berikut: 1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan. 2. Kedudukan dan fungsi RUPS, dewan komisaris, direksi, komite penunjang dewan komisaris, dan pengawasan internal. 3. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ perusahaan secara efektif. 10

4. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang efektif dan pelaporan keuangan yang benar. 5. Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis. 6. Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. 7. Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi prinsip GCG. b. Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut : 1. Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh semua anggota direksi dan dewan komisaris, serta pemegang saham pengendali, dan semua karyawan 2. Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan 3. Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan. 4. Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan sehari-hari. 5. Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS tahunan (h. 27). 11

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) menjelaskan, Pedoman umum GCG Indonesia yang untuk selanjutnya disebut Pedoman GCG merupakan acuan bagi perusahaan untuk melaksanakan GCG dalam rangka: a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi, dan rapat umum pemegang saham c. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional (h. 2). 12

II.4 Strategi Dalam Menciptakan Good Corporate Governance yang Baik Menurut Indroes dan Sugiarto (2006) Terdapat banyak teknik dan strategi untuk menciptakan Good corporate governance diantaranya adalah, a. Nilai-nilai perusahaan (corporate value), aturan main (code of conduct) dan standar perilaku (behavior) yang sesuai dan sistem untuk memastikan kesesuaiannya. b. Strategi perusahaan yang dirumuskan dengan baik, yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan seluruh jalannya usaha serta kontribusi individu didalamnya c. Kejelasan tugas bagi penanggung jawab serta otoritas pengambilan keputusan, yang di padukan dengan hirarki yang terpadu dalam suatu persetujuan dari bawah hingga dewan direksi d. Adanya mekanisme interaksi dan kerja sama di antara dewan komisaris, dewan direktur eksekutif, manajemen senior dan direktur. e. Sistem pengawasan yang kuat, meliputi fungsi audit internal dan eksternal. f. Pemantauan khusus atas suatu resiko dimana konflik kepentingan cukup kentara yang meliputi relasi dengan pemegang saham utama, manajemen senior, serta pengambilan keputusan. g. Insentif finansial dan manajerial dijalankan dengan cara yang benar, yang harus ditawarkan kepada manajemen senior, promosi dan bentuk penghargaan lainnya. h. Aliran informasi yang sesuai, baik secara internal maupun informasi kepada publik (h.170). 13

II.5 Pengertian Earnings Management Menurut Statment of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001) informasi laba merupakan, perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban management. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang Adanya kecenderungan memperhatikan laba ini didasari oleh management sehingga mendorong timbulnya penyimpangan yang salah satu bentuknya adalah earnings management Scott (1997) yang diterjemahkan oleh Widyaningdyah Mendefinisikan earnings management sebagai tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan dan nilai pasar perusahaan. (h.90). Gumanti (2000) mendefinisikan, earnings management muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba (earnings), demi kepentingan pribadi dan/atau kepentingan perusahaan (h.104). Sugiri (1998) yang dikutip oleh Widyaningdyah Mendefinisikan Earnings Management menjadi dua, yaitu: 1. Definisi Sempit : Earnings Management dalam hal ini berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Mengenai perilaku manajer untuk bermain dalam komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings 14

2 Definisi Luas : Earnings Management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut (h.92). Menurut Surifa (1999) yang dikutip oleh Widyaningdyah menyebutkan earnings management dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan, karena earnings management merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sarana komunikasi antara manajer dengan pihak eksternal perusahaan (h.92). Jadi kesimpulan dari beberapa pengertian diatas adalah bahwa earnings management merupakan tindakan yang dilakukan secara disengaja oleh manajemen dalam proses pelaporan keuangan perusahaan kepada pihak eksternal perusahaan yang memanfaatkan penilaian (judgement) mereka untuk mempengaruhi keputusan para penggunanya serta demi memperoleh keuntungan pribadi maupun kesejahteraan perusahaan. II.6 Bentuk-Bentuk Earnings Management Terdapat berbagai bentuk earnings management yang dilakukan oleh para manajemen untuk melakukan tindakan kecurangan yang akan dilakukannya. Menurut Scott yang diterjemahkan oleh Lontoh dan Lindrawati (2004), bentuk-bentuk earnings management yang dilakukan oleh manajer antara lain: 15

a. Taking a bath, dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari pada periode berjalan, dengan cara mengakui biayabiaya pada periode-periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan. b. Income minimization, dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan sebagainya. Cara ini mirip dengan taking a bath namun kurang ekstrim. c. Income maximization, yaitu memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang lebih besar. Dimikian pula dengan perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak hutang jangka panjang, manajer perusahaan tersebut akan cenderung untuk memaksimalkan laba. d. Income smoothing, merupakan bentuk earnings management yang paling sering dilakukan dan paling populer. Lewat income smoothing, manajer menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak beresiko tinggi (h.9). II.7 Pemicu Earnings Management Earnings management merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Praktek earnings management akan menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai hasil rekayasa tersebut sebagai angka-angka atas laporan keuangan tanpa rekayasa. 16

Watts and Zimmerman (1986) yang diterjemahkan oleh Halim.J, Meiden.C, dan Tobing.R.L adalah : Perilaku earnings management dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT) dan Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dijadikan dasar pemahaman tindakan earnings management diantaranya: a. The Bonus Plan Hypothesis Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada diatas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan. b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan 17

dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. c. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis) Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen (h.119). Menurut Blake yang diterjemahkan oleh Lontoh dan Lindrawati (2004) menjelaskan, ada empat cara dimana earnings management dapat timbul: 1. Dengan menguji alternatif pilihan kebijakan akuntansi yang diijinkan. Contohnya, memilih dihapuskan (write off) aktiva atau persediaan. 2. Membuat bias estimasi akuntansi, contoh: estimasi umur aktiva tetap dalam mempertimbangkan depresiasi, menilai keusangan produk jadi di gudang. 3. Membuat transaksi-transaksi untuk memanipulasi perkiraan-perkiraan uang ada. Contoh, dalam suatu pengaturan sale and lease back penjualan aktiva ditekan atau dinaikkan dengan penyesuaian dalam mempertimbangkan pembayaran sewanya. 4. Pengaturan waktu transaksi sesungguhnya untuk memanipulasi perkiraan-perkiraan (h. 7). 18

II.8 Motivasi Melakukan Earnings Management Menurut Scott yang di terjemahkan oleh Lontoh et al (2004) mengungkapkan bahwa beberapa motivasi yang mendorong manajer perusahaan untuk melakukan earnings management, yaitu: 1. Motif Bonus Adanya asimetri informasi antara manajer dengan investor berkenaan dengan laba bersih yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan, dimana pihak manajer mempunyai informasi lebih sebelum dilaporkan dalam laporan keuangan sedangkan pihak luar dan investor tidak bisa mengetahui sampai mereka membaca laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, manajer perusahaan akan berusaha untuk mengatur tingkat laba bersih berdasarkan kontrak perjanjian mereka dengan perusahaan sehingga dapat memaksimalkan tingkat bonus yang mereka terima 2. Motif Kontraktual Kontrak jangka panjang merupakan perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur dengan tujuan untuk melindungi kepentingan kreditur atas tindakan-tindakan yang dilakukan manajer perusahaan. Tindakan-tindakan yang dapat menurunkan tingkat keamanan atau menaikkan resiko kreditur seperti pembagian deviden yang berlebihan, pemberian pinjaman yang berlebihan ataupun memberikan modal kerja kepada pemilik diatas perjanjian yang telah ditetapkan. 3. Motif yang bersifat Politik Adanya aspek politis tidak dapat dipisahkan dari operasional suatu perusahaan, khususnya perusahaan dalam skala besar dan industri strategis 19

yang aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak. Perusahaan seperti ini cenderung untuk menurunkan labanya, misalnya dengan praktik dan prosedur akuntansi, seperti menghindari kebijakan atau regulasi tertentu. 4. Motif Pajak Masalah perpajakan merupakan salah satu alasan mengapa pihak manajemen perusahaan berusaha mengurangi tingkat laba bersih yang dilaporkan agar nilai pajak yang harus ditanggung dapat diperkecil. 5. Motif Pergantian CEO (Chief Executive Officer) Adanya pergantian CEO biasanya diikuti dengan fenomena earnings managemet dimana seorang CEO yang mendekati masa akhir jabatannya biasanya berusaha memaksimalkan laba yang dilaporkan agar tingkat bonus yang mereka terima bisa lebih tinggi. Demikian pula apabila CEO yang kurang berhasil dalam meningkatkan kinerja perusahaannya kadang berusaha melakukan manipulasi biaya yang akan datang dimana ia mengakui biaya yang akan datang dengan harapan mendapatkan tingkat laba yang lebih tinggi dimasa mendatang. 6. Initial Public Offerings (IPO) Perusahaan yang melakukan penawaran saham untuk pertama kalinya biasanya dihadapkan pada masalah penentuan harga saham yang ditawarkan, karena perusahaan tersebut belum mempunyai harga pasar. Untuk itu perusahaan cenderung melakukan earnings management untuk memperoleh harga saham sesuai dengan keinginannya, dengan cara memanipulasi tingkat laba bersih. Laba bersih dalam laporan keuangan 20

dalam prospektus merupakan sumber informasi yang dapat menarik investor, karena laba bersih sering dianggap investor sebagai suatu sinyal mengenai nilai perusahaan. 7. Motif Pasar Modal Efisiensi pasar relatif terhadap ketersediaan informasi secara publik. Jika earnings managemet dapat mengungkapkan inside information, maka hal tersebut dapat meningkatkan informasi pelaporan keuangan. Jika laporan laba diatur agar mewakili manajemen dalam mengestimasi kekuatan laba secara terus menerus, dan pasar mewujudkannya, harga saham secara cepat akan mencerminkan informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor" (h.7-8). 21