BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kebutuhan pada jaman modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun kebutuhan bagi industri untuk kelangsungan kerjanya. Kebanyakan manusia membutuhkan 2,5 liter air setiap harinya untuk dikonsumsi secara langsung dan 200 liter air untuk kebutuhan sehari-hari (Hamil dan Bell, 1986 dalam Ademilua dkk, 2014). Air berperan pengembangan pekerjaan perindustrian komersial diberbagai sektor yang ada, seperti sektor perdagangan, pertanian, perkebunan, pertambangan, dan berbagai sektor lainnya. Kebutuhan air semakin tahun semakin meningkat dikarenakan pertumbuhan manusia dan berkembangnya industri yang ada. Kebanyakan air yang diberdayakan dan dicari dalam kegiatan komersial ini merupakan air yang diambil dari dalam tanah atau biasa disebut sebagai airtanah. Airtanah berada di suatu lapisan batuan yang disebut sebagai akuifer yang memiliki kedalaman berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Sehingga yang terjadi di beberapa tempat dapat dengan mudah didapatkan air pada kedalaman yang dangkal dan di beberapa tempat membutuhkan pengeboran yang lebih dalam untuk mendapatkan airtanah yang dibutuhkan. Perbedaan kedalaman yang ada akhirnya akan berimbas pada anggaran yang dibutuhkan untuk mengambil air dari dalam tanah yang semakin dalam airtanah yang ada, maka anggarannya akan semakin tinggi. 1
2 Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman akuifer yang ada, salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan metode geofisika berupa survei geolistrik atau survei resistivitas. Prinsip metode survei ini adalah dengan mengukur sifat kelistrikan batuan yang ada di bawah permukaan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, dimana jika terdapat kandungan air akan menurunkan nilai resistivitas batuan. Lokasi penelitian berada di desa Tiron, Kecamata Banyakan, Kediri, Jawa Timur. Alasan pemilihan lokasi penelitian mengacu pada kondisi air yang ada di sana. Di daerah penelitian airtanah banyak digunakan untuk kebutuhan irigasi pada perkebunan-perkebunan. Airtanah yang digunakan berasal dari satu sumber air berupa satu sumur bor yang dibagikan melewati pipa-pipa. Air yang ada pada musim kemarau akan mengalami penurunan volume yang berimbas pada tidak tercukupinya kebutuhan air di beberapa tempat. Oleh karena itu dibutuhkan sumur baru untuk mengatasi masalah kekurangan air. Dilakukan survei resistivitas untuk membantu dalam pemilihan lokasi mana yang berpotensi. Dengan melakukan survei resistivitas, dapat diketahui kondisi bawah permukaan seperti litologi penyusun sekaligus kedalaman-kedalaman airtanah yang ada dengan membuat model sayatan geologi berdasarkan nilai resistivitas dan peta kontur resistivitas. Perlu diketahui bahwa model sayatan geologi berdasarkan nilai resistivitas dan peta kontur resistivitas bersifat tidak tetap, artinya model dapat berubah apabila data pengukuran resistivitas bertambah.
3 Selain data resitivitas, digunakan juga data geologi dan data well logging untuk menguatkan interpretasi yang ada. Data geologi digunakan untuk menentukan batuan apa yang ada di lapangan yang kemudian memiliki nilai resistivitas sesuai dengan hasil survei resistivitas yang telah dilakukan. Sedangkan data well logging dugunakan untuk penentuan rentang nilai resistivitas yang akan digunakan dalam penentuan jenis batuan serta korelasi hasil survei resistivitas di titik pengukuran resistivitas di dekat sumur (titik pengukuran TR-1) dengan hasil pengukuran survei well logging. I.2. Rumusan Masalah 1. Berapa kedalaman airtanah di daerah penelitian? 2. Batuan apa yang berperan sebagai akuifer di daerah penelitian? 3. Tipe akuifer apa yang berkembang di daerah penelitian? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui berapa kedalaman airtanah di daerah penelitian. 2. Mengetahui batuan apa yang berperan sebagai akuifer di daerah penelitian 3. Mengetahui tipe akuifer yang ada di daerah penelitian. I.4. Batasan Masalah Fokus penelitian adalah penentuan kedalaman airtanah dan batuan yang berperan sebagai akuifer, serta tipe akuifer di tiap titik pengukuran resistivitas di daerah penelitian dengan menggunakan interpretasi data model sayatan resistivitas
4 dan peta kontur resistivitas yang di dapatkan dari hasil analisis data resistivitas yang didukung oleh data well logging dan data geologi. Beberapa kendala yang ada ketika penelitian berlangsung adalah batuanbatuan yang ada di pemukaan pada daerah penelitian telah mengalami pelapukan yang cukup intensif, kegagalan dalam pembuatan sayatan tipis disebabkan oleh kondisi batuan yang hancur ketika dilakukan penyayatan, kesulitan menemukan singkapan karena sebagian telah dikeruk untuk digunakan sebagai areal persawahan dan perkebunan, dan kesulitan menemukan sumur galian karena sebagian besar warga di daerah penelitian menggunakan PDAM untuk memenuhi kebutuhan airnya. I.5. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki manfaat, manfaat tersebut antara lain : 1. Dengan diketahuinya kedalaman airtanah dan lapisan akuifernya, serta tipe akuifernya, dapat diketahui titik atau daerah mana yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumur baru. 2. Membantu mengurangi resiko kegagalan dalam pemboran. 3. Bagi perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan daerah penelitian, dapat membantu masyarakat dengan cara menyediakan sumur baru untuk pemenuhan kebutuhan air bersih agar dapat terjalin komunikasi dan menjaga citra yang baik dengan masyarakat sekitar.
5 I.6. Lokasi Penelitian Secara administratif daerah penelitian berada di Desa Tiron, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Secara astronomis, daerah ini berada di kordinat UTM 602800-605200 E dan 9140400-9142000 N zona 49 S. Luas daerah penelitian kurang lebih 200 ha atau 2 km x 1 km. Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian
6 I.7. Peneliti Terdahulu 1. Soekardi Puspawardojo (1984) Soekardi Puspawardojo (1984) melakukan pemetaan hidrogeologi di daerah Kediri dan menghasilkan Peta Hidrogeologi Lembar X, Malang dengan skala 1 : 250.000. Peta tersebut menunjukan kondisi hidrogeologi di daerah Malang, termasuk kondisi hidrogeologi di daerah penelitian. Berdasarkan peta tersebut, akuifer daerah penelitian termasuk akuifer dengan produktivitas sedang, penyebaran luas. Akuifer di daerah ini memiliki keterusan yang beragam dan umumnya dalam. Litologi yang kemungkinan berperan sebagai akuifer adalah batuan volkanik Kuarter Tua yang memiliki kelulusan rendah hingga sedang, tergantung banyaknya celah-celah yang ada. 2. Adi Prawito (2003) Adit Prawito (2003) melakukan penelitian tentang re-desain jaringan irigasi airtanah di Desa Gadungan, Kabupaten Kediri. Dalam penelitiannya, dilakukan penyelidikan lapangan tentang kondisi geologi di daerah Kediri. Dari penyelidikan yang dilakukan, didapatkan bahwa daerah Kediri terletak di daerah kaki pegunungan volkanik dimana batuannya tersusun dari batuan hasil kegiatan volkanik yang berupa satuan batuan piroklastik yang berselang-seling dengan endapan lahar. Endapan lahar inilah yang umumnya merupakan lapisan pembawa air (akuifer) di daerah Kediri.
7 3. Haryadi Tirtomihardjo (2009) Haryadi Tirtomihardjo (2009) melakukan penelitian tentang potensi airtanah yang ada di Indonesia dan manajemennya. Penelitian ini dilakukan mengingat ketersediaan dan kualitas airtanah tergantung oleh beberapa faktor dimana airtanah harus diatur sebaik-baiknya untuk kebutuhan orang banyak Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa airtanah di daerah Kediri secara umum berada di batuan sedimen Kuarter yang belum terkonsolidasi (unconsolidated) dan setengah terkonsolidasi (semi-consolidated) yang umumnya memiliki permeabilitas yang cukup untuk mengalirkan air dengan kuantitas yang besar. Umumnya airtanah yang ada di daerah Kediri digunakan untuk sarana air irigasi. 4. Tim Geologi UGM (2015) Tim Geologi UGM (2015) melakukan penelitian well loging pada salah satu sumur di desa Tiron, kecamatan Banyakan, kabupaten Kediri, Jawa Timur. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan membandingkan nilai tahanan jenis batuan (resistivitas) dengan nilai SP (Self Potential) pada salah satu sumur bor yang ada di daerah tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan adalah litologi yang berperan sebagai akuifer adalah pasir tufaan dan tufa pasiran yang memiliki kedalaman sekitar 95 sampai 145 m.
8 I.8. Keaslian Penelitian Penelitian yang akan dilakukan dalam tugas akhiri ini masih asli dan memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu sebelumnya. Perbedaan tersebut adalah bahwa pada penelitian ini secara umum sebagian besar akan menggunakan data resistivitas. Data resistivitas ini didapatkan setelah dilakukan survei resistivitas. Perbedaan dengan penelitian terdahulu, khususnya penelitian yang pernah dilakukan oleh tim Geologi UGM dengan metode survei well loging adalah pada penelitian oleh Tim Geologi UGM dilakukan pengukuran hanya pada 1 titik di salah satu sumur yang ada, sedangkan pada penelitian ini dilakukan survei resistivitas dengan 17 titik pengukuran yang tersebar di daerah penelitian. Dari 17 titik yang ada, beberapa titik nantinya akan saling dikorelasikan untuk mendapatkan model sayatan geologi berdasarkan nilai resistivitas. Selain itu dibuat juga peta kontur resistivitas untuk melihat perubahan yang terjadi secara keseluruhan