BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

P E N D A H U L U A N

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Ketentuan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, perkawinan di bawah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan zoon politicon atau makhluk sosial. Manusia tidak

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 09 TAHUN 2003 TENTANG PELANGGARAN HUBUNGAN SUAMI ISTRI DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL )

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawin adalah perilaku mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia berkembang biak. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan, perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk jangka waktu yang lama. Menurut Saleh (2001 : 23), Perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri. Perkawinan juga merupakan kebutuhan bagi setiap manusia selain merupakan panggilan alamiah juga dianggap suci untuk meneruskan keturunan. Djaren Saragih (1980: 26). mengatakan : bahwa hukum perkawinan adat batak adalah keseluruhan kaidah- kaidah hukum yang menentukan prosedur apa yang harus ditemuh oleh orang laki-laki dan seorang wanita, didalam menuju kehidupan bersama dalam satu rumah tangga beserta akibat- akibat hukum yang timbul sebagai nakibat dari proses itu. Menurut Nalom dalam Bukunya Adat Batak (1982:50). mengatakan : bahwa hukum perkawinan adat batak adalah upacara adat yang terpenting bagi orang batak oleh karena hanya orang nyang sudah kawin berhak mengadakan upacara adat nikah. Damanik (1974: 85), mengatakan : 1

Bahwa perkawinan atau dalam bahsa simalungun marhajabuon, dalam hukum adat batak simalungun bertitik tolak dari pemikiran (cita-cita) yaitu : a. Melanjutkan atau meneruskan keturunan. b. Sebagai perpautan tali perhubungan kekeluargaan dalam rangka family. Dalam kehidupan masyarakat simalungun salah satu bentuk perkawinan yaitu kawin lari (Marlua-lua) seperti di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya. Kawin lari atau Marlua-lua atas kesepakatan kedua calon mempelai sangat sering terjadi. kasus ini timbul karena orang tua tidak merestui si pemuda (laki-laki) atau si pemudi (perempuan) pilihan anaknya. Atau dengan kata lain, Kawin lari merupakan tindakan melarikan seorang wanita tanpa izin, yang bertujuan untuk hidup bersama maupun menikah. Menurut Hilman Hadikusuma, ( http //.Wikipedia.org/ wiki/ pelaksanan kawin lari. Hukum- adat. Com) diakses hari selasa, 08 Mei 2012: jam 15.00 WIB, bahwa latar belakang terjadinya kawin lari adalah dikarenakan : 1. Syarat-syarat pembayaran (tuhor/sinamot), pembiayaan dan upacara perkawinan yang diminta pihak perempuan tidak dapat dipenuhi pihak laki-laki. 2. Perempuan belum diijinkan oleh orang tuanya untuk bersuami tetapi dikarenakan keadaan perempuan bertindak sendiri. 3. Orang tua akan keluarga perempuan menolak lamaran pihak laki-laki, lalu perempuan bertindak sendiri. 4. perempuan yang telah bertunangan dengan seorang pemuda yang tidak disukai oleh si perempuan. 5. Perempuan dan laki-laki telah berbuat yang bertentangan dengan hak adat dan hukum agama (perempuan sudah hamil, dan lain-lain). Berdasarkan pengertian perkawinan diatas maka dapat dikatakan bahwa perkawinan merupakan anugrah pemberian yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, karena Dialah yang memberi jalan hidup untuk mengubahnya jadi 2

indah, dengan kata lain perkawinan menurut Budaya Simalungun bukan hanya mengikuti ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan maksud membentuk keluarga bahagia dan sejahtera, tetapi menyangkut hubungan antara keluarga dari kedua belah pihak, serta membawa dampak yang luas dalam tata pergaulan dan adat-istiadat di tengah tengah keluarga dan masyarakat pada umumnya. Demikianlah pentingnya arti perkawinan itu oleh karenanya harus dengan terang sesuai dengan kaidah- kaidah hukum dan aturan- aturan yang ada ditengah- tengah masyarakat, maupun adatistiadat dan kesiapan yang telah terpelihara dengan baik. Pelaksanaan perkawinan marlua-lua dalam Adat- istiadat Simalungun jika ditinjau dari segi hukum adat yang berlaku. Berbicara tentang adat zaman sekarang ini sering kali orang tua dulu sampai sekarang mengingatkan kepada anak-anak khususnya agar setiap orang harus belajar dari adat atau dengan kata lain yang paling umumnya, adat itu harus diingat jangan dilupakan, karena adat/suku kita sendiri ini adalah tempat dimana kita lahir. Jangan malu sebagai orang Batak Simalungun tetapi kita bangga akan tempat dimana kita dilahirkan khususnya orang Batak Simalungun. Adat-istiadat Simalungun jika dilihat dari segi perkawinan sampai sekarang relatif sama tata cara/proses pelaksanan perkawinan pada Batak Simalungun. Tetapi kenyataannya sekarang ini masih ada orang atau masyarakat yang melakukan perkawinan marlua-lua khususnya di daerah Batak, seperti di daerah Simalungun. Dengan memperhatikan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk 3

mengadakan penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pesta Perkawinan Marlualua Sesuai Adat Batak Simalungun Di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya. B. Identifikasi Masalah Menurut Supranto (2003:180) Agar bisa mengidentifikasikan masalah dengan baik perlu dilakukan studi eksploisasi, yaitu dengan sengaja mencari seluruh kemungkinan faktor yang menjadi penyebab timbulnya persoalan atau masalah. Dengan adanya identifikasi masalah dapat mempermudah penulis dalam melakukan analisis secara mendalam dan dapat menghindari istilah yang tidak tepat. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua. 2. Pengaruh Hukum Adat dalam perkawinan marlua-lua dalam adat Batak Simalungun. 3. Bagaimana pelaksanan Proses tata cara Pelaksanaan Pesta Perkawinan marlua-lua sesuai Hukum Adat Simalungun. C. Pembatasan Masalah menyatakan : Mengenai pembatasan dalam masalah, menurut Supranto (2003:181) Mengingat adanya keterbatasan sarana, prasarana, waktu, biaya, dan tenaga serta tidak tersedianya data dan teori yang mendukung. Disamping itu juga agar bisa dilakukan penelitian yang mendalam maka tidak semua atau faktor penyebab diteliti, perlu adanya pembatasan masalah. 4

Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini, Penulis membuat Rumusan Masalah adalah: 1. Faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua. 2. Proses tata cara Pelaksanaan Pesta Perkawinan marlua-lua sesuai Hukum Adat Simalungun. D. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah merupakan rumusan formal yang operasional dari masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatassan masalah maka diperoleh perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua (kawin lari) pada masyarakat Simalungun? 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua sesuai Hukum Adat Simalungun? E. Tujuan Penelitian Menurut Ali (2000:9), Tujuan penelitian sangat besar pengaruhnya terhadap komponen atau elemen penelitian yang lain terutama metode, teknik, alat maupun generalisasi yang diperoleh, oleh karena itu diperlukan ketajaman seseorang melalui kegiatan atau penelitian yang dilakukannya. Setiap penelitian mempunyai tujuan tertentu dalam melaksanakan penelitiannya, tujuan dalam penelitian dapatlah di ibaratkan sebagai kompas. Mengingat betapa pentingnya tujuan dalam penelitian, maka penulis menentukan tujuan dalam penelitian ini adalah: 5

1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya proses pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua. 2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua sesuai Hukum Adat Simalungun. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka manfaat penelitian yang diharapkan penulis adalah : 1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum adat Simalungun khususnya dalam hal pelaksanaan adat perkawinan. 2. Sebagai bahan kajian maupun menambah literatur dalam bidang Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 3. Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan tentang Pelaksanaan Pesta Perkawinan marlua-lua Sesuai Hukum Adat Masyarakat Batak Simalungun Di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya. 6