Muhamad Habibi, Zainuddin, dan Misbah Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BUNYI UNTUK SISWA SMP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSEDURAL SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 31 BANJARMASIN MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INTRUCTION

Kata kunci: Perangkat pembelajaran, keterampilan berkomunikasi, pembelajaran diskusi kelas

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

Nina Selvizia, Zainuddin, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATERI SUHU DAN KALOR DI SMK FARMASI ISFI BANJARMASIN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA TOPIK FLUIDA BERORIENTASI MASALAH LAHAN BASAH MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no.1 Februari 2016

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA FISIKA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN TATA SURYA

Amelya Larasati,Zainuddin, Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pend. Fisika FKIP UniversitasLambungMangkuratBanjarmasin

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MELATIHKAN PENERAPAN KONSEP SISWA SMP

PENGEMBANGAN LKS BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI OPTIKA GEOMETRIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PADA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SMPN 24 BANJARMASIN

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Anggun Novita Anggraini, Zainuddin, Sarah Miriam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlan Banjarmasin

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK BERBASIS IT PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Syitaul Umaha, Sri Wahyuni, Subiki

Ernita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

IMPLEMENTASI MODUL FISIKA SMP MATERI POKOK GERAK DENGAN MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

BAB III METODE PENELITIAN. yang diperoleh berupa angka aktivitas guru dan siswa, keterampilan proses

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LINGKUNGAN BANTARAN SUNGAI BARITO UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI LEARNER AUTONOMY PADA TOPIK OPTIKA GEOMETRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH

Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis dengan Menggunakan Model Discovery Learning di SMAN 5 Banjarmasin

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

Suci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

E-journal Prodi Edisi 1

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REACT PADA MATERI ELASTISITAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT IINSTRUCTION (DI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN TIK IKIP PGRI PONTIANAK

Erna Yunita Sari 37, Sunardi 38, Susanto 39

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR II

Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching

Dwi Ratnaningdyah. Universitas PGRI Palembang, Palembang. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 50 54

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN CHARTA

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

PENGARUH PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MATARAM TAHUN AJARAN

Pengembangan Multimedia Interaktif pada Materi Sistem Saraf untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas XI

BAB III METODE PENELITIAN. mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKDP) BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA PESERTA DIDIK SMP

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

BAB III METODE PENELITIAN

Sally Ahliha, Mastuang, Andi Ichsan Mahardika Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 3 MAN 3 BANJARMASIN MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MEDIA VIRTUAL

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Peserta Didik (LKPD) IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Research and Development (R&D). Maksud

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

IMPROVING THE RESULT OF STUDY VII E GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 26 BANJARMASIN USING PROBLEM SOLVING METHOD IN DIRECT INTRUCTION SETTING

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGAPLIKASIKAN RUMUS FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Dewi Puji Astuti*, Rasmiwetti**, Abdullah*** No Hp :

Kata Kunci: mobile learning berbasis android, hasil belajar ranah kognitif, minat belajar

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI)

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development. Model Research and Development yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. modul IPA ini menggunakan metode Research and Development. (R&D). Penelitian R&D menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2012:

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN SLIDE PRESENTASI 3 DIMENSI SEBAGAI MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA POKOK BAHASAN KALOR UNTUK SISWA SMP

Transkripsi:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MENGGUNAKAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN TEKANAN Muhamad Habibi, Zainuddin, dan Misbah Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin muh.habibi.j@gmail.com Abstrak: Perangkat pembelajaran pada pada awal semester II menggunakan model kooperatif, hasilnya terlihat siswa cenderung kurang menguasai kemampuan pemecahan masalah dalam mengerjakan soal. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fisika berorientasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan model pengajaran langsung memiliki tujuan khusus: (1) mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran, (2) mendeskripsikan kepraktisan perangkat pembelajaran yang ditinjau dari keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran, (3) mendeskripsikan efektivitas perangkat pembelajaran yang ditinjau dari hasil belajar kognitif siswa, (4) mendeskripsikan pencapaian kemampuan pemecahan masalah yang ditinjau dari tes hasil belajar siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan desain model pengembangan Dick and Carey. Teknik pengumpulan data berupa validasi perangkat pembelajaran, pengamatan keterlaksanaan RPP, tes hasil belajar, dan penilaian kemampuan pemecahan masalah. Teknik analisis data bersifat deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) validitas perangkat pembelajaran berkategori sangat baik, (2) kepraktisan perangkat pembelajaran berkategori sangat baik, (3) efektifitas perangkat pembelajaran berkategori tinggi, (4) pencapaian kemampuan pemecahan masalah berkategori sangat baik. Diperoleh simpulan bahwa perangkat pembelajaran IPA Fisika berorientasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan model pengajaran langsung yang dikembangkanlayak digunakan dalam proses pembelajaran. Kata kunci: Perangkat pembelajaran, kemampuan pemecahan masalah, model pengajaran langsung, tekanan. Abstract: The result show that students tend to be less mastering of problem solving skill ability in solve problems. Based on this, researher develop learning materials of sceince physics oriented problem solving skill ability using direct instruction. Has purpose to: (1) to describe validity of learning materials, (2) to describe practicality of learning materials review from teaching materialize, (3) to describe effectiveness of learning materials review from student test score, (4) to describe achievement of problem solving skill ability review from student test score. Development of learning materials use Dick and Carey development models. Technique of collection is learning materials validation, teaching materialize observation, student test score, and problem solving ability. Technique of data analys is descriptive quantitative. The results showed: (1) the validity of learning materials is categorized as excellent, (2) practicality of learning materials is categorize as excellent, (3) effectiveness of learning materials is categorized as g-high, (4) problem solving skill ability achievement is categorized as excellent. The conclusion is sceince physics learning materials oriented problem solving skill materials using direct instruction model developing devent to use in learning process. Keywords: Learning materials, problem solving skill ability, direct instruction, pressure. 1

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Suatu kelompok manusia akan mustahil dapat hidup berkembang untuk mencapai cita-cita tanpa adanya pendidikan. Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk kita kritisi dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut. Salah satunya menyebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, hal ini dapat diartikan proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan sembarangan, akan tetapi semua yang dilakukan guru dan siswa ditujukan pada pencapaian tujuan. Menurut Sanjaya (2006) guru mempunyai banyak peran, diantaranya guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demostator, pembimbing, motivator, dan evaluator. Berdasarkan dari hal ini diketahui bahwa guru merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak semuanya sesuai dengan harapan diatas, termasuk di SMP Negeri 11 Banjarmasin. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan yang dilakukan peneliti sebelum penelitian ini dilakukan, terlihat bahwa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kurang menguasai kemampuan pemecahan masalah dalam mengerjakan soal. Contohnya seperti langsung mengerjakan soal hitungan dengan menulis rumus dan memasukkan nilai dari soal tanpa adanya tahap pemahaman masalah seperti menuliskan diketahui, ditanya, dan situasi fisisnya. Selain itu juga tidak adanya pengecekan kembali dan tidak menuliskan kesimpulannya. Proses belajar mengajar IPA yang digunakan pada awal semester II menggunakan perangkat pembelajaran dengan model kooperatif. Oleh sebab itu siswa kurang diberi kesempatan untuk belajar secara langsung dari demonstrasi pengetahuan oleh guru khususnya untuk memperoleh pengetahuan deklaratif dan prosedural, karenanya kemampuan pemecahan masalah siswa juga cenderung menjadi kurang. Hal ini juga 2

diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA bahwa penggunaan perangkat pembelajaran yang menggunakan model kooperatif pada awal semester II dimana materinya adalah fisika menghasilkan kemampuan pemecahan masalah siswa saat menjawab soal-soal masih kurang baik sehingga perlu perbaikan terhadap perangkat tersebut. Pembelajaran IPA pada sekolah menengah pertama merupakan tahap awal dimana siswa harus memahami konsep-konsep dasar ilmu fisika agar dapat menerapkan pada pembelajaran lanjutan. Salah satu upaya untuk mendapatkan pemahaman tersebut adalah dengan menerapkan model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dibutuhkan untuk pengajaran lebih jauh (Khun dalam Eggen, 2012: 363). Seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Saputri (2016) bahwa model pengajaran langsung efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal-hal tersebut maka diperlukan upaya mengembang-kan perangkat pembelajaran siswa dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Fisika Berorientasi Kemampuan Pemecahan Masalah Menggunakan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Tekanan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah secara umum Bagaimanakah kelayakan perangkat pembelajaran IPA Fisika berorientasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan model pengajaran langsung pada pokok bahasan tekanan?. TINJAUAN PUSTAKA Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan perencanaan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran agar mencapai kesuksesan pembelajaran (Daryanto dan Dwicahyono, 2014). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini meliputi RPP, materi ajar, LKS, dan THB. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut Suyidno dan Jamal (2012: 52) merupakan strategi yang dipersiapkan guru sebelum mengajar agar pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung efektif dan efesien. Menurut Suyidno dan Jamal (2012: 53) 3

materi ajar adalah kumpulan tulisan berisi fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan, dan sesuai melalui rumusan indikator pencapaian kompetensi pada RPP. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan perangkat pembelelajaran yang mendukung pelaksanaan rencana pembelajaran, berupa lembaran kertas yang berisi informasi maupun soal-soal (pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab oleh siswa) (Hamdani, 2011: 74). Tes hasil belajar (THB) adalah alat pengumpul informasi yang bersifat resmi untuk mengukur keberhasilan setelah pemberian program pembelajaran (Arikunto, 2012). Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dibutuhkan untuk pengajaran lebih jauh (Khun, 2007 dalam Eggen, 2012: 363). Fasefase dalam model pengajaran langsung adalah menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, memberikan latihan terbimbing, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan emberikan latihan dan penerapan konsep. Polya (1973) mengartikan kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk mencari jalan keluar dari satu kesulitan supaya mencapai satu tujuan yang sulit agar segera untuk dicapai. Pada penelitian ini ada 4 aspek tahapan yang perlu diperhatikan untuk keterampilan siswa dalam menyelesaikan persoalan yaitu pemahaman pada masalah (menuliskan variabel diketahui, ditanya, situasi fisis), membuat rencana pemecahan masalah (menuliskan rumus standar dan formulasinya sesuai pertanyaan), melaksanakan rencana (melakukan perhitungan matematis), dan pengecekan kembali secara keseluruhan (mengecek prosedur penyelesaian dengan menceklis tiap tahap dan menuliskan kesimpulan). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan karena mengembangkan perangkat pembelajaran IPA berorientasi kemampuan pemecahan masalah Kelas VIII SMP pada pokok bahasan tekanan. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi Ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB).Langkah-langkah pengembangan 4

dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan perangkat pembelajaran Dick and Carey. Subjek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran IPA berorientasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan model pengajaran langsung pada pokok bahasan tekanan. Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 11 Banjarmasin yang beralamat di Jalan Tembus Mantuil RT 02 No. 161 Banjarmasin Kalimantan Selatan.Waktu penelitian ini adalah tanggal 13 Maret sampai dengan 20 Mei 20016 atau pada semester genap tahun 2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar validasi RPP, materi ajar, LKS, dan THB; lembar keterlaksanaan RPP untuk mengukur kepraktisan; serta tes hasil belajar untuk mengukur kepraktisan pengembangan peragkat pembelajaran yang dikembangkan. Data yang diperoleh dari hasil validasi RPP, materi ajar, LKS, dan THB kemudian dianalisis dengan membandingkan skor rerata penilaian akademisi dan praktisi, dan dibandingkan dengan Tabel 1 untuk mengetahui kriteria aspek penilaian. Tabel 1. Kriteria aspek validasi perangkat pembelajaran No Penentuan Interval Interval Kategori 1 X > X i + 1,8 sb i X > 3,4 Sangat Baik 2 X i + 0,6 sb i < X X i + 1,8 sb i 2,8 X 3,4 Baik 3 X i 0,6 sb i < X X i + 0,6 sb i 2,2 X 2,8 Cukup 4 X i 1,8 sb i < X X i 0,6 sb i 1,6 X 2,2 Kurang 5 X X i 1,8 sb i X 1,6 Sangat Kurang Keterangan: X i = Rerata ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) Penilain menggunakan efektivitas rata-rata dapat gain sb i = Simpangan baku ideal = 1 (skor 6 maksimal ideal - skor minimal dinormalisasi <g> (Cahyadi, 2003). The Average Normalized Gain <g> menurut ideal) Hake (1998): X = Skor Empiris (Adaptasi Widoyoko, 2009) % G % s f % si g (2) Keterlaksanaan RPP berisi langkah- % G 100 % si max langkah yang harus dilakukan guru, skor dan saran pengamat dituliskan di lembar keterlaksanaan RPP dan dibandingkan dengan Tabel 1 untuk mengetahui kriteria aspek penilaian. Keterangan: <g>= The Average Normalized Gain s = rata-rata skorposttestdi kelas s i f = rata-rata skor pretestdi kelas 5

Rumus ini digunakan setelah data diuji normalitasnya. Pada penelitian ini perhitungan uji normalitas menggunakan program statistik dikomputer. Hasil perhitungan The Average Normalized Gain<g> kemudian dibandingkan dengan Tabel 2 untuk mengetahui kriteria aspek penilaian Tabel 2. Kriteria efektivitas pembelajaran No. Nilai Kriteria 1 <g>> 0,7 Tinggi 2 0,7 <g> 0,3 Sedang 3 <g>< 0,3 Rendah (Adaptasi Hake 1999) Penilaian kemampuan pemecahan masalah siswa dilakukan dalam setiap proses pembelajaran berdasarkan THB siswa. Untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa digunakan lembar kemampuan pemecahan masalah siswa. Ada 4 aspek tahapan yang perlu diperhatikan untuk keterampilan siswa dalam menyelesaikan persoalan yaitu pemahaman pada masalah (menuliskan variabel diketahui, ditanya, situasi fisis), membuat rencana pemecahan masalah (menuliskan rumus standar dan formulasinya sesuai pertanyaan), melaksanakan rencana (melakukan perhitungan matematis), dan pengecekan kembali secara keseluruhan (mengecek prosedur penyelesaian dengan menceklis tiap tahap dan menuliskan kesimpulan). Skor rerata penilaian kemampuan pemecahan masalah kemudian dibandingkan dengan Tabel 1 untuk mengetahui kriteria aspek penilaian. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil validasi dan uji coba kelas dari perangkat pembelajaran berorientasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan model pengajaran langsung pada materi tekanan yang telah dikembangkan, maka dihasilkan perangkat pembelajaran yang layak untuk digunakan. Berikut ini adalah hasil uji coba kelas beserta pembahasannya. Hasil Uji Kelayakan Perangkat Pembelajaran Hasil validasi perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, materi ajar, LKS, dan materi ajar dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6 di bawah ini. Tabel 3. Hasil validasi RPP pada setiap pertemuan Aspek Penilaian Rata-rata Per Aspek Kriteria Format RPP 3,8 Sangat Baik Bahasa 4,0 Sangat Baik Isi 3,5 Sangat Baik Rata-rata 3,8 Sangat Baik Reliabilitas 0,77 Cukup 6

Dilihat dari hasil validasi rata-rata skor adalah 3,6 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,77 berkriteria cukup, hal ini dapat dikatakan bahwa RPP yang dikembangkan telah sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Tabel 4. Hasil validasi materi ajar Aspek Penilaian Rata-rata Per Aspek Kriteria Format Buku Siswa 3,7 Sangat Baik Bahasa 3,8 Sangat Baik Isi 3,9 Sangat Baik Penyajian 3,6 Sangat Baik Pengintegrasian 4,0 Sangat Baik Manfaat 3,5 Sangat Baik Rata-rata 3,6 Sangat Baik Reliabilitas 0,94 Tinggi Dilihat dari hasil validasi rata-rata skor adalah 3,6 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,94 berkriteria tinggi, hal ini dapat dikatakan bahwa materi ajar yang dikembangkan telah sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Tabel 5. Hasil validasi LKS Aspek Penilaian Rata-rata Per Aspek Kriteria Format LKS 3,6 Sangat Baik Bahasa 3,8 Sangat Baik Isi 3,8 Sangat Baik Rata-rata 3,7 Sangat Baik Reliabilitas 0,86 Tinggi Dilihat dari hasil validasi rata-rata skor adalah 3,7 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,86 berkriteria tinggi, hal ini dapat dikatakan bahwa LKS yang dikembangkan telah sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Tabel 6.Hasil validasi THB Aspek Penilaian Rata-rata Per Aspek Kriteria Konsruksi Umum 3,8 Sangat Baik Validitas Butir 3,9 Sangat Baik Rata-rata 3,8 Sangat Baik Reliabilitas 0,86 Tinggi Dilihat dari hasil validasi rata-rata skor adalah 3,8 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,86 berkriteria tinggi, hal ini dapat dikatakan bahwa THB yang 7

dikembangkan telah sesuai dan layak Hasil analisis keterlaksanaan RPP dapat digunakan dalam proses pembelajaran. dilihat pada tabel berikut. Kepraktisan perangkat pembelajaran (keterlaksanaan RPP) Tabel 7. Hasil analisis keterlaksanaan RPP Pertemuan Rata-rata Skor Kriteria Reliabilitas Kriteria I 3,7 Sangat Baik 0,79 Cukup II 3,8 Sangat Baik 0,82 Tinggi III 3,8 Sangat Baik 0,90 Tinggi Rata-rata 3,8 Sangat Baik 0,83 Tinggi Pertemuan I bagian pendahuluan skor rata-ratanya 3,9 berkriteria sangat baik, inti skor rata-ratanya 3,6 berkriteria sangat baik, dan penutup skor rata-ratanya 3,7 berkriteria sangat baik. Secara keseluruhan keterlaksanaan RPP pertemuan I mempunyai skor rata-rata 3,7 berkriteria sangat baik dan reliabilitas 0,79 berkategori cukup, hal ini dapat dikatakan bahwa RPP pertemuan I yang dikembangkan bersifat praktis ditinjau dari keterlaksanaan RPP. Pertemuan II bagian pendahuluan skor rata-ratanya 3,6 berkriteria sangat baik, inti skor rata-ratanya 3,9 berkriteria sangat baik, dan penutup skor rataratanya 3,7 berkriteria sangat baik. Secara keseluruhan keterlaksanaan RPP pertemuan II mempunyai skor rataratanya 3,8 berkriteria sangat baik dan reliabilitas 0,82 berkategori tinggi, hal ini dapat dikatakan bahwa RPP pertemuan II yang dikembangkan bersifat praktis ditinjau dari keterlaksanaan RPP. Pertemuan III bagian pendahuluan skor rata-ratanya 3,9 berkriteria sangat baik, inti skor rataratanya 3,9 berkriteria sangat baik, dan penutup skor rata-ratanya 3,7 berkriteria sangat baik. Secara keseluruhan keterlaksanaan RPP pertemuan III mempunyai skor rata-ratanya 3,8 berkriteria sangat baik dan reliabilitas 0,90 berkategori tinggi, hal ini dapat dikatakan bahwa RPP pertemuan III yang dikembangkan bersifat praktis ditinjau dari keterlaksanaan RPP. Secara keseluruhan pertemuan skor rata-ratanya adalah 3,8 berkriteria sangat baik. Secara keseluruhan pertemuan skor rataratanya reliabilitas 0,83 berkategori tinggi. Keefektivan perangkat pembelajaran (Hasil belajar) Efektivitas perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 8

Ratarata Tabel 8. Perhitungan efektivitas perangkat pembelajaran Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Rata-rata Pretest Pretest Posttest Posttest Posttest Posttest Posttest Posttest 26,69 26,69 10,24 2,04 85,66 82,39 2,04 85,66 <g> 0,9 0,8 0,9 0,9 Kriteria g-tinggi g-tinggi g-tinggi g-tinggi Pada pertemuan I yaitu 0,9 berkriteriag-tinggi. Pada pertemuan II, yaitu 0,8 berkriteria g-tinggi. Pada pertemuan III, yaitu 0,9 berkriteria g- tinggi. Secara keseluruhan, yaitu 0,9 berkriteria g-tinggi. Pencapaian kemampuan pemecahan masalah Hasil pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa per aspek dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 9. Hasil pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa per aspek Aspek Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Ratarata Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Kriteria 1 2,9 Baik 2,8 Baik 2,9 Baik 2,9 Baik 2 4,0 Sangat Sangat Sangat 3,8 3,9 Baik Baik Baik 3,9 Sangat Baik 3 3,3 Sangat Sangat Sangat 3,6 3,6 Baik Baik Baik 3,5 Sangat Baik 4 3,6 Sangat Baik 3,2 Baik 3,2 Baik 3,3 Sangat Baik Rata-rata 3,4 Sangat Baik Tabel 10. Hasil pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa per siswa Pertemuan No Soal Rata-rata Per Soal Kriteria I 2 3,6 Sangat Baik 4 3,6 Sangat Baik 5 3,4 Sangat Baik II 6 3,1 Baik 2 3,6 Sangat Baik 3 3,2 Baik III 4 3,4 Sangat Baik Rata-rata Per Siswa 3,4 Sangat Baik Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu menuliskan variabel diketahui, ditanya, situasi fisis dengan rata-rata 2,9 dan termasuk ketegori baik, menuliskan rumus standar dan formulasinya sesuai pertanyaan dengan rata-rata 3,9 dan termasuk ketegori sangat baik, melakukan perhitungan matematis dengan rata-rata 3,5 dan termasuk ketegori sangat baik,dan mengecek prosedur penyelesaian dengan menceklis tiap 9

tahap dan menuliskan kesimpulan dengan rata-rata 3,3 dan termasuk ketegori sangat baik. Rata-rata secara keseluruhan aspek kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu 3,4 dan termasuk ketegori sangat baik sedangkan rata-rata per siswa sedangkan rata-rata per siswa dari Tabel 10 yaitu 3,4 dan termasuk ketegori sangat baik. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu menuliskan variabel diketahui, ditanya, situasi fisis dengan rata-rata 2,9 dan termasuk ketegori baik, menuliskan rumus standar dan formulasinya sesuai pertanyaan dengan rata-rata 3,9 dan termasuk ketegori sangat baik, melakukan perhitungan matematis dengan rata-rata 3,5 dan termasuk ketegori sangat baik,dan mengecek prosedur penyelesaian dengan menceklis tiap tahap dan menuliskan kesimpulan dengan rata-rata 3,3 dan termasuk ketegori sangat baik. Pembahasan Hasil Penelitian Validitas perangkat pembelajaran RPP yang dikembangkan berjumlah tiga buah, yaitu digunakan tiga kali pertemuan dengan berorientasi kemampuan pemecahan masalah dan menggunakan model pengajaran langsung pada materi tekanan. Hasil penilaian validasi RPP meliputi aspek penilaian format RPP, bahasa, dan isi RPP dalam kategori sangat baik. Selanjutnya RPP yang sudah divalidasi tersebut dilakukan perbaikan berdasarkan saran-saran dari validator agar diperoleh RPP yang lebih baik untuk dijadikan panduan dalam proses pembelajaran. Dilihat dari hasil validasi rata-rata skor adalah 3,6 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,77 berkriteria cukup, hal ini dapat dikatakan bahwa RPP yang dikembangkan telah sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan strategi yang dipersiapkan guru sebelum mengajar agar pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien(suyidno, 2012). Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2013: 363-364). Berdasarkan hal ini diketahui bahwa RPP yang dikembangkan mempunyai derajat ketepatan yang sangat baik untuk oleh guru sebagai strategi sebelum mengajar agar pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung efektif dan efesien. Materi ajar yang dikembangkan digunakan sebagai sumber belajar siswa untuk kegiatan belajar berisi materi tekanan. Materi ajaryang dikembangkan 10

terdiri dari sampul, kata pengantar, daftar isi, judul bab, standar kompetensi, tujuan pembelajaran, peta konsep, beserta isi materi tekanan, rangkuman, uji kompetensi, glosarium, dan daftar pustaka. Adapun hasil penilaian validasi materi ajar meliputi aspek format materi ajar siswa, bahasa, isi materi ajar siswa, penyajian, pengintegrasian dan manfaat atau kegunaan materi. Dilihat dari hasil validasi rata-rata skor adalah 3,6 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,94 berkriteria tinggi, hal ini dapat dikatakan bahwa materi ajar yang dikembangkan telah sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai melalui rumusan indikator pencapaian kompetensi (Suyidno, 2012: 53). Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2013: 363-364). Berdasarkan hal ini diketahui bahwa materi ajar yang dikembangkan mempunyai derajat ketepatan yang sangat baik dalam hal memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai melalui rumusan indikator pencapaian kompetensi. Lembar kerja siswa adalah serangkaian panduan kegiatan siswa yang digunakan untuk pemecahan masalah. Lembar kerja siswa yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri dari tiga buah produk yang disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, yakni Lembar Kerja Siswa Tekanan pada Zat Padat, Lembar Kerja Siswa Tekanan pada Zat Cair, dan Lembar Kerja Siswa Tekanan pada Zat Gas. Lembar kerja siswa pada pembelajaran ini berisikan soal-soal dari sub-sub materi yang membuat siswa lebih memahami pembelajaran karena dicontohkan dulu baru dikerjakan secara individu sehingga setiap siswa bisa mengerjakan persoalan dari sub-sub materi tekanan serta berdasarkan Taksonomi Bloom, daya ingat siswa terhadap pembelajaran akan panjang jika setelah materi dicontohkan persoalan yang berkaitan dengan sub-sub materi tersebut kemudian dikerjakan secara individu sesuai contoh yang dijelaskan. Selain itu juga lembar kerja siswa pada pembelajaran ini dilengkapi prosedur mengerjakan soal hitungan berdasarkan kerangka kerja Polya untuk meningkatkan kemampuan pecahan masalah siswa. Adapun hasil penilaian validasi materi ajar meliputi aspek format LKS, 11

bahasa, dan isi LKS. Dilihat dari hasil validasi rata-rata skor adalah 3,7 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,86 berkriteria tinggi, hal ini dapat dikatakan bahwa LKS yang dikembangkan telah sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Hamdani (2011: 74) LKS merupakan perangkat pembelelajaran yang mendukung pelaksanaan rencana pembelajaran, berupa lembaran kertas yang berisi informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa). Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2013: 363-364). Berdasarkan hal ini diketahui bahwa materi ajar yang dikembangkan mempunyai derajat ketepatan yang sangat baik dalam hal mendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. Tes hasil merupakan kegiatan yang diadakan guru untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi selama pembelajaran atau efektivitas pembelajaran. Tes hasil belajar ini berupa posttest yang mana soal yang dibuat mengenai materi tekanan yang disusun menjadi kisi-kisi dimana berisi tujuan pembelajaran, nomor soal, ranah kognitif, skor, soal, dan kunci jawaban. Tes hasil belajar berupa soal essay yang berturut-turut terdiri dari 3 soal tentang materi tekanan pada zat padat, 6 soal tentang materi tekanan pada zat cair, dan 4 soal tentang materi tekanan pada zat gas. Selain itu juga tes hasil belajar pada pembelajaran ini dilengkapi prosedur mengerjakan soal hitungan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Dilihat dari hasil validasi rata-rata skor adalah 3,8 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,86 berkriteria tinggi, hal ini dapat dikatakan bahwa THB yang dikembangkan telah sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Tes hasil belajar (THB) adalah alat pengumpul informasi yang bersifat resmi untuk mengukur keberhasilan setelah pemberian program pembelajaran (Arikunto, 2012). Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2013: 363-364). Berdasarkan hal ini diketahui bahwa materi ajar yang dikembangkan mempunyai derajat ketepatan yang sangat baik dalam hal mengumpulkan informasi yang bersifat resmi untuk mengukur keberhasilan setelah pemberian program pembelajaran. 12

Kepraktisan perangkat pembelajaran (keterlaksanaan RPP) Mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran berorientasi kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan model pengajaran langsung pada materi tekanan, dapat dilihat pada keterlaksanaan RPP yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada materi tekanan pada zat padat, pertemuan kedua pada materi tekanan pada zat cair, dan pertemuan ketiga pada materi tekanan pada zat gas. Langkah kegiatan RPP ini terdiri dari bagian pendahuluan, inti, dan penutup. Secara keseluruhan pertemuan skor rata-ratanya adalah 3,8 berkriteria sangat baik. Secara keseluruhan pertemuan skor rata-ratanya reliabilitas 0,83 berkategori tinggi. Suatu produk dikatakan praktikal apabila produk tersebut menganggap bahwa ia dapat digunakan (usable) (Hamdani, 2011: 24). Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa seluruh RPP yang dikembangkan bersifat praktis atau dapat digunakan ditinjau dari keterlaksanaan RPP. Pada pertemuan pertama masih banyak siswa yang belum paham dengan model pengajaran langsung dan menjawab soal-soal per sub materi pada LKS.Sehingga guru sangat dituntut untuk lebih aktif dalam membimbing siswa terutama pada kegiatan inti. Selanjutnya pada pertemuan kedua dan ketiga siswa sudah mulai memahami dan terbiasa dalam menjawab persoalan dari sub-sub materi pada LKS walaupun guru tetap harus membimbing. Efektifitas perangkat pembelajaran (Hasil belajar) Efektifitas dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat diketahui melalui hasil belajar siswa pada penelitian ini, diukur dari pretest dan posttest setiap pertemuan. Bentuk tes adalah essay sebanyak 3 soal untuk pertemuan I, 6 soal untuk pertemuan II, dan 4 soal untuk pertemuan III, serta dihitung dengan menggunakan The Average Normalized Gain <g> dengan jumlah siswa 23 orang. Kriteria g-tinggi pada penggunaan perangkat pembelajaran IPA Fisika berorientasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan model pengajaran langsung yang dikembangkan ini sesuai dengan landasan teori pendukungnya, yaitu teori menurut Bandura dimana tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mulamula dengan mengamati dan meniru sesuatu, contoh, atau teladan (Arends, 1997 dalam Suyidno, 2012: 124). Selain itu juga sesuai dengan teori Stimulus- Respon, belajar pada hakikatnya adalah 13

pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon (S- R) (Sanjaya, 2006: 114). Hal ini karena pada model pengajaran langsung siswa mendapatkan demonstrasi langsung oleh model (guru) yang bisa dia tiru atau contoh, serta dapat langsung ditangkap oleh panca indra siswa berupa melihat dan mendengar. Hal ini sesuai dengan penelitian Refiana (2016) bahwa melalui model pengajaran langsung dengan metode pemecahan masalah dapa meningkatkan kemampuan analisis siswa. Kriteria g-tinggi pada penggunaan perangkat pembelajaran IPA Fisika berorientasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan model pengajaran langsung yang dikembangkan ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Sofiyah, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung terhadap hasil belajar fisika siswa (Sofiyah, 2010). Penelitian lain yang dilakukan oleh Walidain dan Evisarviana, yaitu penerapan model pembelajaran langsung pada konsep gerak lurus berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Walidain dan Evisarviana, 2013). Penelitian lain yang dilakukan oleh Alia dan Supriyono, yaitu penerapan model Direct Instruction dengan menggunakan keterampilan proses sains pada materi pokok azas Black diperoleh hasil belajar yang lebih baik (Alia dan Supriyono, 2013: 1). Pencapaian kemampuan pemecahan masalah Pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa dinilai berdasarkan tes hasil belajar siswa pada setiap pertemuan dengan jumlah siswa dua puluh tiga orang. Ada empat aspek tahapan yang dinilai untuk mengukur pencapaian kemampuan pemecahan masalah, yaitu pemahaman pada masalah (menuliskan variabel diketahui, ditanya, situasi fisis), membuat rencana pemecahan masalah (menuliskan rumus standar dan formulasinya sesuai pertanyaan), melaksanakan rencana (melakukan perhitungan matematis), dan pengecekan kembali secara keseluruhan (mengecek prosedur penyelesaian dengan menceklis tiap tahap dan menuliskan kesimpulan). Rata-rata secara keseluruhan aspek kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu 3,4 dan termasuk ketegori sangat baik sedangkan rata-rata per siswa sedangkan rata-rata per siswa dari Tabel 10 yaitu 3,4 dan termasuk ketegori sangat baik. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Amrita (2016) bahwa 14

dengan model pembelajaran langsung dapa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Berdasarkan data hasil penelitian dapat dilihat bahwa pencapaian kemampuan pemecahan masalah sisw ameningkat pada setiap pertemuannya, hal ini menunjukkan bahwa menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi kemampuan pemecahan masalah dengan model pengajaran langsung yang dikembangkan secara bertahap berhasil membuat kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi lebih baik. Menurut Suyidno (2012: 125) model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah atau tahap demi tahap. Tahapan-tahapan prosedural inilah yang membuat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menjadi lebih baik. SIMPULAN Berdasarkan pada hasil pengembangan dan uji coba, maka diperoleh simpulan bahwa perangkat pembelajaran berorientasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan model pengajaran langsung pada pokok bahasan tekananyang dikembangkan layak untuk digunakan. Hal ini didukun oleh : (1) Validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan menurut validator adalah sangat baik dan layak digunakan, (2) Kepraktisan perangkat pembelajaran berkategorikan sangat baik dari tingkat kesesuaian tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung diamati dengan lembar keterlaksanaan RPP, (3) Efektifitas perangkat pembelajaran berkategori sangat efektif dilihat dari tingkat pencapaian ketuntasan hasil belajar kognitif siswa yang telah ditetapkan dengan persamaan The Average Normalized Gain <g> berdasarkan tes berupa pre-test maupun post-test berkategori g-tinggi, dan (4) Pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswadinilai berdasarkan tes hasil belajar siswa pada setiap pertemuan, dalam ketegori sangat baik. DAFTAR PUSTAKA Amrira, P.D. M.Arifuddin. dan Misbah. (2016). Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui model pengajaran langsung pada pembelajaran fisika di kelas X MS 4SMA Negeri 2 Banjarmasin. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 4 (3), 304-316. Diakses 10 Mei 2016 15

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Alia, N. & Supriyono. (2013). Penerapan Model Direct Instruction Dengan Menggunakan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan Pada Materi Pokok Azas Black. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 02 No. 03. Cahyadi, V. (2003). The Effect of Interactive Engagement Teaching Method to Student Understanding of Introductory Physics at the Faculty of Engineering, University of Surabaya, Indonesia. University of Canterbury. Daryanto & Dwicahyono, A. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Eggen, P & Kauchak D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi ke Enam. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media. Hake, R. R. (1998). Interactive- Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey OfMechanics Test Data For Introductory Physics Courses. American Journal of Physics, Vol. 66, No. 1.USA: Indiana University. Hamdani. (2011). Strategi Belajar mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. Refiana, Rina. M. Arifuddin & Sri Hartini. (2016). Meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas x MS3 SMAN 2 Banjarmasin pada materi gerak melingkar melalui pengajaran langsung bermetode pemecahan masalah. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 4 (1): 84-95. Diakses, 10 Mei 2016 Polya. G. (1973). How to Solve It. New Jersey: Princeton University Press. Safputri, E.I. Zainuddin & Mastuang. (2016). Pengembangan perangkat pembelajaran fisika pada materi ajar usaha dan energi dengan metode problem posing dalam setting model pengajaran langsung pada siswa kelas XI SMAN 4 Banjarmasin. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 4 (2): 119-128. Diakses, 10 Mei 2016 Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sofiyah. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Direct Intruction (Pembelajaran Langsung) Terhadap Hasil Belajar Siswa. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suyidno & Jamal, M. A. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Walidain, B., dan Evisarviana. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Direct Intruction (Pembelajaran Langsung) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Di SMP N 1 Indrapuri. Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh. 16

Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 17