BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasi ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab. Dalam perkembangan dunia globalisasi ini telah membawa pengaruh yang besar dalam sistem pendidikan. Persaingan didalam dunia kerja semakin ketat yang sangat menuntut tantangan dalam profesionalisme di dalam dunia bekerja. Menurut Arie (2009 : 19) : Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta pendidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan dan arah Pendidikan Tinggi di Indonesia seperti yang tercantum dalam Kep-Men 232/U/2000, bahwa : Pendidikan tinggi sebagai pendidikan akademik yang merupakan kelanjutan pendidikan menengah pada program sarjana khususnya, para lulusan di harapkan memiliki kualifikasi menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada didalam kawasan keahliannya, mampu 1
menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan bidang keahlian dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama, mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian yang merupakan keahliannya. Tidak hanya itu, secara umum pendidikan di Indonesia juga untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dari tujuan dan arah pendidikan tinggi serta tujuan pendidikan secara umum di Indonesia tersirat tuntutan yang juga harus dipenuhi sebagai seorang lulusan perguruan tinggi tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Cristina (2012) menyatakan : Dalam mengukur kinerja sumber daya manusia terdapat 3 hal yang penting, yaitu : Kecerdasan Intelektual atau Intelligence Quotient (IQ), Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ), dan Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ). Paradigma lama beranggapan bahwa kecerdasan intelektual sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan, yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan dan kesuksesan kinerja sumber daya manusia. Seorang akuntan yang memiliki pemahaman atau kecerdasan emosi dan tingkat religiusitas yang tinggi akan mampu bertindak atau berpikir dengan etis dalam profesi dan organisasi. Slamet dan Taufan (2012 : 1) menyatakan : Islam sebagai agama yang terakhir, yang diturunkan oleh Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia, mempunyai karakteristik yang banyak berbeda dengan agamawi sebelumnya yang diturunkan kepada rasul-rasul terdahulu. Sebagai agama terakhir islam telah mengatur dari yang bersifat filosofi, sistemik, maupun sampai aturan praktis, sperti ketentuan zakat, waris, nikah, dan lain-lain. Hal ini dapat dipahami 2
dengan akal sehat, sebagai agama terakhir maka Allah SWT harus membuat ketentuan yang lengkap dan menyeluruh untuk mengatur kehidupan manusia agar hidupnya nanti bahagia dunia dan akhirat. Slamet (2006) dalam Slamet dan Taufan (2012) mengungkapkan : Islam sebagai agama dan pandangan hidup yang komperhensif atau lengkap, menyeluruh (kafah) dapat ditunjukkan dengan ayat-ayat Al- Qur an yang apabila dikelompokkan akan mengatur diantaranya : aqidah, etika, akhlaq, ibadah, dan muamalah. Slamet dan Taufan (2012 : 5) menyatakan : Disamping Islam mengatur 5 kelompok di atas, Islam juga memberikan dasar-dasar pengaturan tentang politik-kenegaraan, ekonomi, perdagangan dan keuangan, keilmuan, teknologi dan lainnya yang pengembangannya di bawah kelompok muamalah. Pilar islam adalah : aqidah, syariah, dan akhlaq. Industri keuangan syariah mengalami tiga dasawarsa terakhir, tidak hanya di dunia namun juga di Indonesia. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia telah menunjukkan peranannya dalam perkembangan industri keuangan syariah. Pemerintah mendukung industri ini dengan regulasi-regulasi yang memperlakukan industri ini secara netral dibandingkan dengan industri keuangan konvensional, mesipun bila dibandingkan Negara-negara tetangga yang di regional asia, khususnya Malaysia, Singapura, dan Negara-negara Timur Tengah, regulasi industri keuangan syariah di Indonesia belum selengkap di Negara-negara tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang baik dan benar tentang akuntansi syariah untuk seorang akuntan. 3
Apabila seorang akuntan tidak mempunyai religius yang tinggi maka seorang akuntan bisa saja melakukan hal yang menyimpang misalnya saja tidak jujur, padahal dalam aqidah dan etika seorang akuntan harus bertindak jujur. Dalam profesi akuntan, seorang akuntan dituntut intregitas dan kejujuran agar objektif. Secara realita, perasaan memberi kita informasi penting dan berpotensi menguntungkan setiap saat. Umpan balik inilah dari hati, bukan hanya pikiran di kepala saja, yang membuat kreatifitas, membuat jujur terhadap diri sendiri, menjalin hubungan yang saling mempercayai, memberi panduan nurani bagi hidup dan karir dan menuntut kita kepada kemungkinan yang tidak terduga. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual menuntut kita untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan, pada diri kita dan orang lain serta untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Dengan mengetahui adanya keterkaitan antara prestasi dan pemahaman akuntansi syariah dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, maka diharapkan para pengambil keputusan di institusi pendidikan tersebut dapat mengikutsertakan pertimbangan yang berkaitan dengan emosi dan agama dalam keorganisasian atau pembelajaran dalam mata kuliah. Hasil penelitian Arie (2009) menunjukkan bahwa secara simultan (serentak) kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. 4
Proses yang dijalani selama menuntut ilmu di perguruan tinggi secara langsung ataupun tidak langsung akan melatih kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya bisa jadi meningkatkan kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan spriritual mampu untuk merubah mahasiswa menjadi religius. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Berlandaskan pemahaman tentang kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, peneliti ingin meneliti apakah ada pengaruh terhadap pemahaman akuntansi syariah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI SYARIAH. 5
B. Perumusan Masalah sebagai berikut : Berdasarkan uraian di atas dapat dilakukan perumusan masalah 1. Apakah terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara serentak terhadap pemahaman akuntansi syariah? 2. Apakah terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara parsial terhadap pemahaman akuntansi syariah? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris mengenai : 1. Terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara serentak terhadap pemahaman akuntansi syariah. 2. Terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara parsial terhadap pemahaman akuntansi syariah. 6
2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Mahasiswa Akuntansi Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mahasiswa akuntansi tentang Pendidikan Tinggi Akuntansi dapat mempengaruhi Kecerdasan Emosional diri dalam pekerjaan, kegiatan sehari-hari dan belajar. Sehingga dapat menambah ilmu dalam kecerdasan emosional. b. Bagi Fakultas Ekonomi dan Jurusan Akuntansi Dapat memberi masukan untuk menyusun dan menyempurnakan sistem yang diterapkan dalam Jurusan Akuntansi tersebut dalam rangka menciptakan seorang akuntan yang berkualitas. c. Bagi penulis Sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) dan penelitian ini bermanfaat sebagai wadah yang tepat bagi penulis untuk dapat mengetahui pengaruh pendidikan tinggi akuntansi terhadap kecerdasan emosional. 7